Kab Pasuruan, Bhirawa
Peringatan Hari AIDS Sedunia 1 Desember 2025 menjadi sorotan, sebab kasus penderita HIV/AIDS meningkat tajam di Kabupaten Pasuruan. Berdasarkan data dari BPS 2025, tercatat angka kasus HIV/AIDS sebanyak 178 kasus dan sekaligus menempatkan Kabupaten Pasuruan di posisi lima besar di Jawa Timur.
Penyebabnya selain perilaku, juga rendahnya edukasi dan tingginya stigma sosial. Termasuk pergaulan bebas yang semakin tak terbendung.
”Saat ini, banyak masyarakat yang takut untuk memeriksakan diri, karena khawatir dicap negatif. Padahal, itu justru untuk mendeteksi dini terhadap diri sendiri maupun keluarga,” ujar Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Pasuruan, dr Arif Junaedi, Selasa (2/12).
Disisi lain, minimnya pembahasan terbuka mengenai kesehatan reproduksi turut menjadi hambatan edukasi. Karenanya, kasus HIV dapat dikendalikan bila masyarakat berani memutus stigma dan membuka ruang edukasi. Topik seksualitas masih dianggap tabu, sehingga generasi muda tidak memperoleh pengetahuan yang tepat mengenai pencegahan HIV.
”Pengobatannya melalui pengobatan Antiretroviral (ARV) yang rutin. Sehingga, orang dengan HIV bisa hidup sehat dan bekerja seperti masyarakat pada umumnya,” kata Arif Junaedi.
Disisi lain, pemerintah dalam hal pengobatan tengah memperluas layanan HIV di seluruh Puskesmas agar warga dapat melakukan pemeriksaan dengan mudah. Akses obat ARV saat ini semakin mudah dijangkau dan RSUD Bangil menyediakan layanan pemeriksaan viral load untuk memantau keberhasilan pengobatan.
Tentu, generasi yang terlindungi dari HIV akan terwujud jika semua pihak, mulai dari pemerintah, perusahaan, sekolah, komunitas, dan keluarga saling membangun dengan gerakan bersama.
”Upaya pengendalian HIV harus ada campur tangan dari masyarakat, bukan hanya pemerintah. Kesadaran, empati, dan keterbukaan dalam menerima informasi adalah kunci untuk mencegah penularan baru,” imbuh Arif Junaedi.
Generasi yang terlindungi dari HIV akan terwujud jika semua pihak, mulai dari pihak pemerintah, perusahaan, sekolah, komunitas, dan keluarga membangun gerakan bersama. Hari AIDS Sedunia menjadi pengingat bahwa daerah industri maju seperti Pasuruan juga dapat menjadi daerah yang peduli dan bebas stigma terhadap HIV/AIDS.
Pasuruan sebagai wilayah industri yang strategis juga berada di jalur mobilitas antar daerah, sehingga interaksi sosial sangat tinggi dan meningkatkan risiko penularan. Situasi ini menuntut peningkatan kesadaran masyarakat agar perilaku berisiko dapat ditekan sejak dini. [hil.fen]


