Jombang, Bhirawa
Sejumlah kalangan di Kabupaten Jombang seperti kalangan pesantren, akademisi, hingga anggota legislatif di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Jombang menanggapi fenomena sound horeg.
Salah satu tokoh pesantren di Kabupaten Jombang yaitu Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Darul ‘Ulum Rejoso, Peterongan, Jombang, KH Zaimudin As’ad Wijaya atau Gus Zuem, mengatakan, fatwa yang telah dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) penting untuk mendapatkan dukungan dari pemerintah.
”MUI atau para kiai ini pada tataran fatwa, akan tetapi untuk tindak lanjut penting ada dukungan pemerintah,” kata Gus Zuem, Kamis (17/07).
”Kami mohon aparat penegak hukum supaya bergerak atas dasar fatwa yang ada,” ujar Gus Zuem.
Gus Zuem menambahkan, jangan sampai, pesantren -pesantren ini karena merasa kiainya di bully, dan kiainya dilawan, kemudian pesantren mengerahkan santrinya, ini malah lebih berbahaya.
”Maka kami mohon aparat penegak hukum untuk bertindak cepat agar tidak meluas apa yang menjadi polemik saat ini,” ungkap Gus Zuem.
Kemudian salah satu akademisi di Jombang, yakni, Rektor Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (UNIPDU) Jombang, Dr dr Zulfikar As’ad, MMR atau Gus Ufik, menanggapi fenomena itu dari sisi kesehatan dan sosial.
Gus Ufik mengatakan bahwa, ketika sound horeg memang benar benar mengganggu, maka sebaiknya mengikuti tatanan hukum yang secara kaidah para ulama, serta tentunya sudah disepakati pihak pihak terkait.
”Saya mungkin dari sisi kesehatan dan sosial. Artinya ketika ini sudah mengganggu, berarti ya sebaiknya kita ikuti hukum yang secara kaidah dikaji ulama tentunya juga disepakati pihak terkait karena kegiatan apapun berdampak positif itu maka insyaallah baik dan sebaliknya maka itu bisa dihukumi sebagai makruh bahkan sampai haram,” beber Gus Ufik.
Gus Ufik menegaskan, untuk masalah hukum hendaknya dikembalikan kepada pihak yang ahli di bidangnya.
”Saya dengar sudah ada kajian tentang menghukumi dari sound horeg ini,” ujar Gus Ufik.
Sementara itu, anggota legislatif di DPRD Kabupaten Jombang, M Syarif Hidayatullah atau Gus Sentot juga menyampaikan pandangannya terkait fenomena sound horeg.
”Kalau toh nanti diperbolehkan, saya berharap sound horeg ini dari tingkat kebisingan kemudian dari tingkat sisi moral itu bisa diperbaiki. Insyaallah kita semua bisa menerima,” kata Gus Sentot.
Terlebih sambung Gus Sentot, yang tidak boleh dilupakan, juga pernah melihat ada fenomena gara gara sound horeg, kemudian membongkar jembatan.
”Kita bongkar gapura atau apa saya sadar banyak masyarakat di situ yang kompak ndak apa apa nanti kita ganti kita bangun lagi. Tapi ya tetap saja dari sisi itu merupakan kerugian, karena itu bukan pembelajaran yang baik,” pungkas Gus Sentot. [rif.fen]


