Nganjuk, Bhirawa
Rekonstruksi Jembatan Kutorejo, Dukung Konektifitas antar Kabupaten Jawa Timur. PT. Dwi Mulyo Lestari muncul berulang kali dalam proyek jembatan strategis, baik yang dibiayai APBN (Kementerian PUPR) maupun APBD Provinsi Jatim.
Paket rekonstruksi jembatan Kutorejo, merupakan jalan dan jembatan, Jembatan pada Jalan Provinsi Kolektor. Jalan kolektor primer di Jawa Timur mencakup jalur yang menghubungkan ibu kota provinsi dengan ibu kota kabupaten atau kota, serta menghubungkan antar ibu kota kabupaten atau kota di provinsi tersebut, dan merupakan bagian dari kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Jembatan Kutorejo tersebut menghubungkan antara Nganjuk dan Bojonegoro, Potensi anomali harga Selisih pagu versus kontrak untuk jembatan Kutorejo lebih dari Rp 6,6 miliar, sementara di proyek sebelumnya pun terjadi pola penawaran yang tidak terlalu jauh dari nilai pagu, cukup untuk lolos evaluasi tapi tetap menyisakan ruang margin lebar.
Nama PT. Dwi Mulyo Lestari, Madiun, kian melekat dalam deretan proyek strategis Jawa Timur. Setelah membangun Jembatan Jongbiru di Kediri dan Jembatan Parningkloji di Gresik pada 2023 kemarin. Kini perusahaan yang sama kembali menggenggam proyek rekonstruksi Jembatan Kutorejo, Nganjuk, dengan kontrak Rp 22,81 miliar dari pagu Rp 29,46 miliar.
Pola yang berulang ini menimbulkan pertanyaan publik: apakah PT. Dwi Mulyo Lestari memang jawara kompetensi di proyek jembatan, atau sekadar langganan yang selalu punya tiket emas? Pola Penawaran Rendah yang Konsisten oleh Kontraktor yang Sama:
PT. Dwi Mulyo Lestari kembali menjadi pemenang untuk dua proyek jembatan di tahun 2023. Rata-rata penurunan nilai kontrak terhadap Pagu/HPS pada tahun 2023 adalah 78.52%. Artinya, nilai kontrak rata-rata 21.48% lebih rendah dari perkiraan anggaran. Angka ini konsisten dengan pola tahun-tahun sebelumnya (79.71% pada 2019 dan 74.76% pada 2020).
Selain itu, Fokus pada Proyek Jembatan: 2020: Pembangunan Jembatan Gantung Kali Regoyo (Penurunan 36%), 2023: Pembangunan Jembatan Jongbiru. Pola ini menunjukkan bahwa kontraktor ini secara spesifik sering mengikuti tender-tender proyek jembatan dengan strategi penawaran harga yang sangat kompetitif (rendah).
Interpretasi dan Eskalasi Kekhawatiran. Dengan data tiga tahun ini, kekhawatiran tidak lagi hanya pada satu proyek, tetapi telah berkembang menjadi pola sistemik yang melibatkan entitas yang sama. Pertanyaan tentang Sistem Pengadaan: Pola ini juga memantik pertanyaan tentang efektivitas sistem evaluasi tender. Mengapa kontraktor dengan pola penawaran rendah yang konsisten terus lolos evaluasi teknis dan finansial? Apakah sistem pengadaan cukup ketat dalam menguji kelayakan penawaran semurah itu? [dro.ca]


