Bojonegoro, Bhirawa
Harga tembakau rajangan kering di Kabupaten Bojonegoro, terus mengalami penurunan signifikan akibat curah hujan yang masih tinggi di sejumlah wilayah. Dari harga semula Rp46 ribu per kilogram (kg), kini turun menjadi Rp36 ribu per kg.
Penurunan harga ini disampaikan oleh Pengawas Mutu Hasil Pertanian Ahli Muda Subkor Tanaman Perkebunan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bojonegoro, Bambang Wahyudi. Meskipun harga menurun, petani tembakau masih mengaku memperoleh keuntungan.
“Harga tembakau memang turun, namun petani menyatakan masih untung. Meski hasil panen berkurang,” katanya Rabu (27/8).
Ia khawatir jika petani menunda penjualan, harga tembakau bisa semakin jatuh karena kondisi cuaca yang tak menentu.
“Karena kondisi cuaca sangat tidak menentu. Hujan kerap mengguyur wilayah Bojonegoro, jadi segera memanen dan menjualnya,” tuturnya.
Lebih lanjut, DKPP Bojonegoro telah meminta pihak pabrikan rokok untuk melakukan penyerapan langsung terhadap hasil panen petani, dengan harga yang disesuaikan berdasarkan kualitas tembakau.
“Kualitas bagus pasti harganya akan tinggi, begitupun sebaliknya. Saat ini harga tertinggi di angka Rp46 ribu per kg tembakau rajangan kering, sedangkan di sebagian wilayah ada yang hanya Rp42 ribu per kg,” jelasnya.
Sementara itu, salah satu petani tembakau asal Desa Mlideg, Kecamatan Kedungadem, Kiswanto, mengaku belum bisa menghitung secara pasti untung dan ruginya. Ia menyebut panen masih berlangsung dan harga terus mengalami penurunan.
“Harga saat ini kembali turun. Untuk tembakau jenis virginia rajangan kering, dari Rp46 ribu per kg, turun ke Rp42 ribu, dan kini hanya Rp36 ribu per kg,” tandasnya.
Petani pun berharap agar harga tembakau segera stabil dan penyerapan hasil panen bisa dilakukan lebih cepat oleh pabrikan, agar kerugian tidak semakin meluas. [bas.kt]


