Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memberi sanksi paling keras kepada kader muda yang berkunjung ke Israel. Kepergian lima kader muda NU ke Israel (sekaligus berfoto dengan Presiden Isaac Herzog), sangat melukai warga muslim Indonesia. Karena tindakan biadab Israel yang melakukan genosida terhadap warga muslim Palestina. Bahkan pemerintahan Inggris (yang menggagas awal pendirian negara Isarel) telah mendukung Mahkamah Pidana Internasional (ICC) untuk menangkap Perdana Menteri Israel.
PBNU telah melakukan klarifikasi, sampai penelusuran secara intelijen kepergian lima kadernya ke Israel. Hasilnya, terdapat NGO (Non-Governmental Organization, semacam LSM di Indonesia) sebagai sponsor. LSM Bernama “Rahman.” Konon, LSM ini kerap mengundang warga negara lain untuk menjalin relasi dengan pemerintah Israel. Awalnya, dinyatakan ber-visi dialog lintas agama. Lalu bergeser pada penelitian sosial politik, sampai foto bersama Presiden Israel.
Pergeseran visi kedatangan ke Israel, dilakukan satu per-satu secara individual. Sampai berujung kepentingan politik internasional Israel. Namun beredar berbagai komentar pada media sosial (medsos), termasuk “dendam” lama terhadap NU secara ideologis. Yakni, mengungkit kedatangan Yahya Cholil Tsaquf, ke Isarel, pada tahun 2018 lalu. Walau kunjungannya bersifat pribadi, bertemu Benjamin Netanyahu, berbicara pada Forum Konferensi Global Yahudi, seluruh dunia.
Yahya mengaku kedatangannya sebagai bagian dari lobi untuk kepentingan perdamaian di Palestina. Saat itu Yahya, sebagai Katib Aam (semacam Sekretaris Jenderal kalangan ulama Syuriyah PBNU). Berbicara membela hak bangsa Palestina di hadapan pejabat dan tokoh Israel. Hal yang sama pernah dilakukan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ke Israel, tahun 1994. Sebagai Ketua Umum Tanfidziyah PBNU, Gus Dur menghadiri acara perjanjian perdamaian baru antara Yordan dengan Israel, Oktober 1994.
Realitanya, antara Israel dengan tokoh-tokoh garis garis keras Israel, sulit didamaikan. Awal Oktober 2023 Hamas mendahului menyerang mendadak ke wilayah Israel. Alasannya, sebagai balasan atas blokade di Gaza selama 17 tahun. Banyak korban warga Israel berjatuhan. Berselang dua hari, militer Israel yang menggempur perkampungan sipil Palestina. Berlanjut tak henti sampai saat ini. Mengarah pada Upaya genosida.
Pelibatan ICC (International Criminal Court) menjadi salah satu ukuran, bahwa masyarakat internasional, sepakat mengutuk Israel. Selama 10 bulan serangan ke berbagai perkampungan Palestina, telah menimbulkan korban jiwa hampir menembus 39 ribu orang tewas syahid. Termasuk bayi dan perempuan. Masih ditambah blokade (larangan) aliran bantuan intenasional. Sehingga seluruh wilayah Palestina dalam keadaan tanpa air bersih, tanpa bahan, dan tanpa obat-obatan.
Presiden RI Jokowi menyatakan, negara dan bangsa Indonesia sangat marah terhadap memburuknya situasi di Gaza. Serta pasti akan mengirim bantuan sesuai permintaan dan kebutuhan. Sebelumnya, pada forum resmi, Sidang Dewan Keamanan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), Menteri Luar Negeri RI, juga telah menyatakan ketegasan sikap negara dan bangsa Indonesia. Mengutuk serangan Israel. yang men-target warga sipil, dan fasilitas sipil Palestina. Termasuk rumah sakit Indonesia.
Dengan sarkasme (geram) Menlu RI menyerukan gencatan senjata, dan hentikan pendudukan ilegal. Khusus tema “pendudukan ilegal” diulang dua kali, menandakan urgensi isu. Juga diserukan segera pembukaan kases bantuan kemanusiaan internasional. Maka kedatangan warga negara Indonesia ke Israel sangat menciderai upaya solidaritas kepada bangsa Palestina.
Sikap bangsa dan pemerintah Indonesia, kukuh berdasar pembukaan UUD (yang sakral, dan tidak bisa diubah) alenia pertama, dan ke-4. Khusus pada alenia ke-4 UUD, dinyatakan tujuan negara Indonesia. Yakni, “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial ….”
——— 000 ———