Pemprov Jatim, Bhirawa
Upaya menyiapkan masa depan lulusan SMK Jawa Timur harus dipersiapkan dengan matang. Melalui agenda “Strategi Peluang Kerja SMK Provinsi Jatim”, Dinas Pendidikan Jawa Timur menghadirkan ruang dialog antara Kementerian Perlindungan Tenaga Kerja dan Migran, Badan Riset dan Inovasi, Kemendikdasmen, Pusat Pasar Kerja Kemenaker serta Apindo, Rabu (3/12) di Ballroom Mercure Surabaya Grand Mirama.
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak sebagai keynote speech yang menyoroti perubahan besar dunia kerja karena adanya revolusi Industri 4.0 dan era society 5.0.
Wagub Emil menegaskan pentingnya penguatan pendidikan vokasi untuk menyiapkan sumber daya manusia unggul di tengah keterbatasan lahan dan tingginya kepadatan penduduk Jawa Timur yang mencapai 42 juta jiwa. Kondisi tersebut, kata Emil, menuntut pemerintah bekerja keras menciptakan lapangan pekerjaan baru tanpa sepenuhnya bergantung pada sumber daya alam.
Apalagi, di era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0 memberikan dampak besar pada pergeseran profesi global. Berdasarkan data yang dipaparkan Emil, yang diperkirakan pergeseran profesi tersebut mencapai 75-375 juta orang dan tergantikannya 1,8 juta pekerjaan oleh kecerdasan buatan.
“Saat ini kita hidup pada era big data dan AI yang mampu menghasilkan informasi bernilai tambah tinggi. Apapun bisa dijadikan uang jika kreatif dan mampu membaca peluang. Owlh karena itu, lulusan SMK diminta tidak berhenti belajar setelah menerima ijazah. Tantangan besar ada di depan mata, karena kita memasuki era big data,” ujarnya Emil.
Lebih lanjut, Wagub juga menyoroti tingkat pengangguran terbuka (TPT) lulusan SMK di Jatim. Meski menurun di angka 6,78 persen, dibanding tahun 2023 yang mencapai 8,70 persen. Namun, Emil menilai angka tersebut masih tertinggi dibanding jenjang pendidikan lain.
“Kita bersyukur angka TPT terus menurun. Mungkin teman-teman SMK ada yang berwirausaha, ada yang freelancer sehingga tidak tercatat. Tapi yang jelas penurunan ini tidak boleh membuat kita berhenti berinovasi,” tegasnya.
Salah satu fokus Emil adalah mendorong lahirnya lulusan SMK yang mandiri melalui konsep gig economy model kerja berbasis proyek. Dengan gaya bahasa sederhana, ia menjelaskan gig economy seperti “panggung” bagi pekerja untuk memperoleh penghasilan dari setiap proyek yang dikerjakan, bukan gaji bulanan. “Ini bisa diterapkan di bidang fotografi, multimedia, event, dan banyak keterampilan lain,” ucapnya.
Wagub juga menyinggung berbagai peluang disiplin ilmu yang muncul melalui kerja sama antara Dinas Pendidikan dan DUDIKA. Seperti dalam program Milenial Job Center dan Merdeka Berkarir yang memungkinkan pelajar menjelajah lintas kompetensi tanpa terikat satu bidang. Dunia industri pun kini membuka kebutuhan yang lebih beragam. Misalnya saja penandatanganan MoU Dinas Pendidikan Jatim dengan United Tractors.
“Bisa jadi yang dibutuhkan tidak hanya mereka yang terampil.mengendalikan alat berat. Tapi mungkin butuh tenaga IT atau administrasi. Begitupun Apotek K24 membutuhkan tenaga pemasaran hingga multimedia. Satu perusahaan saja bisa membuka banyak peluang dari berbagai disiplin ilmu,” ujar Emil.
Emil juga mengapresiasi keterserapan lulusan SMK di Jawa Timur pada 2024 yang menunjukkan tren positif. Di mana sebanyak 49,18 persen bekerja, 24 persen berwirausaha, dan masa tunggu rata-rata hanya 3,3 bulan.
Kesempatan tersebut, lanjut Emil harus dimanfaatkan untuk menggenjot keterserapan tenaga kerja. Misalnya saja, sekolah harus pintar-pinta membaca peluang kerja luar negeri yang saat ini menjadi sorotan.
Sebut saja di Taiwan membuka 15 ribu lowongan kerja, Jepang membutuhkan lebih dari 345 ribu tenaga kerja melalui skema SSW (Specified Skilled Worker) dan Korea menawarkan peluang besar di berbagai sektor. Karena itu, Emil mendorong siswa mulai belajar bahasa asing sejak kelas 9 atau 10. Ia bahkan menyebut minat anak muda pada budaya Korea bisa menjadi pintu masuk belajar bahasa.
“Jangan menunggu lulus untuk belajar bahasa. Siapkan jauh jauh hari. Karena pasti butuh proses panjang juga kn. Jadi kalau ada peluang kerja di Taiwan, Jepang, dan Korea manfaatkan secara legal,” katanya.
Emil berharap, dengan banyaknya kerjasama yang terjalin antara Dinas Pendidikan Jawa Timur dengan DUDIKA juga semakin banyak perusahaan mitra memiliki mentor bersertifikat. Sehingga kualitas pembelajaran vokasi semakin terjamin. Dengan kolaborasi pendidikan, industri, dan penguasaan bahasa asing, Emil optimistis lulusan SMK Jatim mampu bersaing, baik di dalam negeri maupun di pasar global.
Kawal Tiga Langkah Strategis
Sementara itu, dalam meningkatkan keterserapan tenaga kerja dari lulusan SMK, Dinas Pendidikan Jawa Timur berkomitmen dengan melakukan tiga langkah strategis. Hal ini ditegaskan langsung oleh Kepala Dindik Jatim, Aries Agung Paewai dalam forum Sarasehan “Startegi Peluang Kerja SMK Provinsi Jawa Timur”. Sebgai upaya untuk memastikan lulusan SMK mampu bersaing dan terserap dunia kerja, termasuk peluang kerja luar negeri.
Adapun langkah strategis itu pertama memperkuat link and match antara SMK dan DUDIKA. Ia mendorong sekolah dan DUDIK untuk meningkatkan kolaborasi pembelajaran, terutama praktik lapangan. “Industri harus lebih banyak masuk ke sekolah, mengajar, memberi teknik, dan praktek langsung. Itu yang dibutuhkan anak-anak kita,” ujarnya.
Aries mencontohkan keberhasilan penguatan link and match antara sekolah dan DUDIKA seperti di Singapura. Di mana menurut dia, siswa akan langsung dijemput oleh Industri saat mereka lulus.
Langkah kedua adalah percepatan sertifikasi dan penyediaan micro-credential bagi siswa SMK. Diakui Aries, sekitar 5.000 siswa telah memiliki paspor kompetensi yang diakui dan menjadi modal penting bagi mereka untuk bersaing di pasar tenaga kerja global. Ia menekankan bahwa kompetensi juga harus dibarengi karakter kerja yang kuat. “Ada anak yang dipulangkan dari Jepang karena masalah disiplin dan karakter kurang. Ini yang harus diperkuat,” tegasnya.
Strategi ketiga yaitu perlindungan dan perluasan akses pasar kerja, termasuk bagi peserta magang dan calon Pekerja Migran Indonesia (PMI). Dindik Jatim mendorong masukan dari PMI untuk memastikan program magang benar-benar berkelanjutan hingga penempatan kerja. “Kita ingin magang bukan sekadar kewajiban sekolah, tapi berlanjut menjadi kesempatan kerja,” ujar Aries. [ina.wwn]


