Surabaya, Bhirawa
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (FPSI UKWMS) mengadakan workshop internasional yang membahas pentingnya akan perlindungan bagi anak-anak, perlu untuk mengajak masyarakat bersama-sama memahami tentang Upaya pencegahan terjadinya pedofilia di Ruangan Teater Timur, Kampus UKWMS Pakuwon City, Surabaya.
Workshop internasional tersebut mengusung tema “The Uncomfortable Truth: Can We Predict and Prevent Pedophilia?”, dengan narasumber Professor Aureliano Pacciolla, Ph.D., seorang psikolog forensik dan psikoterapis asal Italia, penerima Victor Frankl’s Award 2024. Jumat, (12/9).
Dekan Fakultas Psikologi UKWMS, Agnes Maria Sumargi, M.Psych., Ph.D, Psikolog, mengatakan pentingnya membicarakan isu pedofilia secara terbuka meskipun masih jarang dilakukan.
“Pedofilia adalah isu yang mendesak secara moral dan sosial, hal tersebut jarang di bahas secara terbuka tetapi justru karena itulah kita harus berani membicarakannya demi perlindungan anak-anak,” ujarnya.
Agnes berharap masyarakat semakin sadar bahwa isu pedofilia bukan sekadar masalah individu, tapi tantangan sosial yang harus dihadapi bersama, keterbukaan, edukasi, serta keberanian melindungi anak-anak menjadi kunci dalam upaya pencegahan.
Narasumber, Prof. Aureliano Pacciolla, Ph.D., menjelaskan terdapat beberapa cara untuk bisa mencegah agar pedofilia ini bisa dihindari, serta edukasi yang menjadi pembahasan dalam penelitiannya, dan bisa diterapkan oleh para orang tua serta anak-anak.
“Yang pertama kita lakukan ialah mengedukasi anak-anak sejak usia 5 – 12 tahun, situasi kritis yang berisiko bagi mereka, termasuk ketika diusia remaja, 15 – 16 tahun, Kedua, mengajarkan kepada mereka, bila dalam situasi yang berisiko, apa yang harus dilakukan, termasuk harus segera melapor ke guru atau orang tua,” jelas Prof. Aureliano.
Lanjut Prof. Aureliano menyampaikan metode pengajaran pada anak-anak, seperti menggunakan beberapa media kreatif, antara lain gambar, kartun maupun animasi, hingga cerita yang mudah dipahami oleh anak-anak, nantinya mereka paham dan waspada akan situasi di sekitarnya.
“Sebagai psikolog dan profesional, memiliki tugas untuk bisa memulihkan mereka, tapi untuk bisa sepenuhnya sembuh, belum tentu karena ini adalah gangguan, kita harus merawat mereka, menjaga emosinya,” ujarnya. [ren.wwn]


