26 C
Sidoarjo
Thursday, November 21, 2024
spot_img

Dorong Akselerasi Kurikulum Merdeka


Oleh :
Masyhud
Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Malang

Upaya untuk terus mengkualitaskan mutu pendidikan suatu bangsa di setiap negara menjadi suatu keharusan yang perlu dicermati oleh setiap pemeritahan di dunia, termasuk di Indonesia. Pasalnya, tidak dapat dipungkiri kompetisi antarbangsa ke depan semakin ketat dan bangsa berdaya saing tinggilah yang berpeluang memenangkan persaingan. Sebaliknya, daya saing terbatas atau rendahlah yang justru berpotensi menyebabkan bangsa tersebut tertinggal. Berangkat dari kenyataan itulah, kini saatnya akselerasi Kurikulum Merdeka perlu bener-bener digalakkan sekaligus diimplementasikan. Tidak hanya pada satuan atau jenjang pendidikan dasar saja melainkan juga sampai di tingkat menengah atas.

Implementasi Kurikulum Merdeka
Kurikum merdeka merupakan salah satu kebijakan dari program Merdeka Belajar yang diluncurkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim pada tahun 2020. Hal itu sesuai Permendikbud Ristek Nomor 12 Tahun 2024 tentang Kurikulum pada PAUD, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah. Sedangkan untuk daerah tertinggal, terdepan, dan terluar paling lambat tahun ajaran 2027/2028. Sehingga, dalam waktu 3 tahun inilah yang perlu dioptimalkan untuk proses sosialisasi.

Menelesik niat awal kurikulum merdeka memiliki tujuan untuk memberikan keleluasaan kepada pendidik dan peserta didik dalam menciptakan pembelajaran berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar mereka. Untuk itu, cara mengajar yang sesuai dengan Kurikulum Merdeka tentu harus berbeda dengan era kurikulum sebelumnya. Sebab, kebutuhan siswa saat ini juga berbeda dengan zaman dulu.

Berita Terkait :  Regulasi Batasan Usia Minimum Bermedia Sosial

Oleh sebab itu, Kurikulum Merdeka ini dihadirkan oleh Kemendikbudristek. Sehingga, jika tercermati Kurikulum Merdeka yang memberikan konsep merdeka belajar disini memberikan kebebasan kepada pendidik dalam memilih topik, metode, alat pembelajaran yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan zaman yang dilalui. Selain itu, merdeka belajar memiliki keterkaitan dengan landasan pendidikan humanisme, konstruktivisme dan progresivisme. Humanisme merupakan kemerdekaan atau bebas, pilihan personal dalam mengaktualisasikan diri mengembangkan potensi, berfungsi dan bermakna bagi lingkungannya. Konstruktivisme adalah kemerdekaan dalam mengeksplorasi dan mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilan siswa, sedangkan progresivisme menekankan kemerdekaan guru untuk mengeksplorasi dan mengoptimalkan potensi siswa.

Dari situ, terlihat jelas bahwa Kurikulum Merdeka memberikan kemerdekaan yang seluas-luasnya kepada peserta didik memilih materi pembelajaran. Melalui Kurikulum Merdeka, proses pembelajaran akan lebih maksimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan memperkuat kompetensinya. Struktur dari Kurikulum Merdeka pun lebih fleksibel sehingga pendidik dapat lebih leluasa mengajar sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik.

Selain itu, pendidik pun dapat menggunakan berbagai perangkat pembelajaran yang relevan sesuai dengan tahapan fase jenjangnya. Pembelajaran pun berpusat pada materi-materi esensial sehingga baik itu pendidik dan peserta didiknya tidak merasa terbebani dalam menuntaskan capaian pembelajaran. Kurikulum Merdeka juga mampu bertransformasi sesuai dengan karakteristik kondisi sosial dan budaya yang ada di satuan pendidikan, hingga akhirnya dapat digaris bawahi bahwa Kurikulum Merdeka merupakan kurikulum yang fleksibel.

Berita Terkait :  Dorong Pemerintah Tetapkan Aturan Kemasan Rokok Standar

Menuju Indonesia Emas 2045
Pendidikan di Indonesia memang tengah mengalami perubahan besar dengan diperkenalkannya Kurikulum Merdeka dalam beberapa tahun terakhir. Upaya untuk terus mengkualitaskan mutu pendidikan perlu terus ditingkatkan. Pasalnya, tidak dapat dipungkiri kompetisi antarbangsa ke depan semakin ketat dan bangsa berdaya saing tinggilah yang berpeluang memenangkan persaingan. Sebaliknya, daya saing terbatas atau rendahlah yang justru berpotensi menyebabkan bangsa tersebut tertinggal.

Tolak ukur pendidikan di dunia adalah program Programme for International Student Assessment (PISA) yakni suatu studi untuk mengevaluasi sistem pendidikan diseluruh dunia. Sekaligus, salah satu alat yang digunakan Bank Dunia untuk mengukur kualitas pendidikan di negara manapun. Kalau diukur dari hal tersebut, kualitas pendidikan Indonesia masih jauh dari kata sempurna. Hal itu terlihat dari pemeringkatan dari word population review 2021 yang menempatkan negeri ini pada peringkat ke-54 dari 78. Indonesia masih kalah dengan Singapura di posisi 21, Malaysia 38, dan Thailand 46.

Merujuk dari tes soal berbasis PISA Indonesia berada diurutan ke 67 dari 70 negara. Dengan kualifikasi kemampuan membaca siswa Indonesia di skor 371 yang tepatnya berada di posisi 74. Dilanjutkan, kemampuan Matematika di skor 379 yang tepatnya berada di posisi 73, dan kemampuan sains dengan skor 396 yang tepatnya berada di posisi 71. Sedangkan, Level soalnya berada pada C2, C3 dan C4 dalam pembelajaran. C1 merupakan prioritas untuk mengingat dan menghafal, C2 memahami, C3 menganalisa dan C4 implikatif. Standar soal PISA paling rendah level C2, (Republika, 2/8/2024).

Berita Terkait :  Menjaga Asa Sekolah Swasta

Selain itu, bukti rendahnya mutu pendidikan di Indonesia bisa dilihat dari data UNESCO tahun 2000 tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (IPM). Indeks ini merupakan komposisi dari peringkat pencapaian suatu Negara dari berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per-kepala. UNESCO menemukan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun dari tahun ke tahun. Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999) dari 174 negara yang ada di dunia.

Berangkat dari data PISA dan IPM UNESCO tersebut, tersimpulkan bahwa peringkat Indonesia tergolong rendah, bahkan termasuk negara terbawa peringkatnya. Untuk itu perlu upaya untuk menaikkan kualitas pendidikan. Minimal harus memerhatikan tiga komponen pengkualitasan pendidikan. Komponen tersebut antara lain kualitas out put, proses, dan input. Kualitas out put yaitu ketercapaian tujuan pembelajaran, literasi, numerasi, dan karakter.

Untuk itu, generasi unggul harus mampu menguasai dan memanfaatkan perkembangan sains dan teknologi diberbagai bidang, bahkan mampu berkreasi dan berinovasi untuk memajukan Bangsa Indonesia. Sekaligus, mengimplementasikan kurikulum merdeka dengan maksimal agar sumber daya manusia saat ini dan yang akan datang memiliki daya adaptasi yang tinggi dalam mengembangkan kapasitas diri serta penguasaan ragam kompetensi yang relevan. Terlebih, pembangunan yang berkelanjutan menjadi misi pemerintah menuju Indonesia 2045.

———— *** —————

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img