Surabaya, Bhirawa
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mencegah penyebaran paham radikalisme pada kalangan anak dan remaja.
Pencegahan tersebut membutuhkan sinergi antara sekolah bersama orang tua murid, dimana sekolah memiliki peran vital dalam membangun karakter dan literasi digital anak-anak, Selasa (14/10).
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Yusuf Masruh, menjelaskan guru tidak cuman bertanggung jawab pada akademik, tapi pada pembentukan karakter dan moral anak, dimana yang harus kita siapkan ialah masa depan, seperti Agamanya, karakternya, akademisnya, talenta, minat bakatnya.
“Guru harus siap mendampingi siswa dalam setiap perubahan era, termasuk kemajuan teknologi, sebagai guru itu tidak boleh lelah, tidak boleh pantang menyerah, harus terus yang terbaik untuk anak-anak,” ujarnya.
Yusuf mengatakan penting pola pendampingan dibanding larangan dalam penggunaan gawai, dimana anak jangan dilarang, tapi diarahkan dan didampingi, soalnya nanti pasti itu ada untung rugi kalau anak ketinggalan era ini.
“Pengaturan waktu penggunaan gawai bagi anak-anak menjadi kunci utama, guru juga diminta mampu mendeteksi perubahan perilaku siswa yang berpotensi terpapar ideologi ekstrem, dan harus dibekali kemampuan untuk melihat, mendeteksi tanda-tanda radikalisme di lingkungan sekolah,” tutur Yusuf.
Melalui program Sekolahe Arek Suroboyo (SAS), tambah Yusuf, Pemkot Surabaya memberikan cara menanamkan semangat nasionalisme serta gotong royong pada kalangan pelajar.
“Ada pramuka, ada Paskib, Itu salah satunya untuk menanamkan nasionalis dan kebangsaan, Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) yang dibentuk di setiap sekolah, berperan penting dalam memfasilitasi komunikasi antar siswa,” ucapnya.
Yusuf berharap guru dan orang tua terus bersinergi dalam membentuk generasi yang tangguh menghadapi era digital, butuh support-nya dari semuanya, sinergi terus untuk anak-anak jangan pernah lelah terus dampingi anak-anak di era digital. [ren.wwn]


