Bojonegoro, Bhirawa.
Dalam rangka mengantisipasi munculnya resiko bencana kebakaran, Prodi Ilmu Lingkungan Universitas Bojonegoro (Unigoro) bekerja sama dengan Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Bojonegoro menggelar pelatihan dan simulasi pemadaman kebakaran, pada Senin (22/7).
Kegiatan ini dilaksanakan di Gedung H Fakultas Sains dan Teknik Unigoro serta diikuti oleh puluhan mahasiswa. Dekan Fakultas Sains dan Teknik Unigoro, Ir. H. Zainnudin, MT., mengucapkan terima kasih atas kerja sama yang terjalin antara Prodi Ilmu Lingkungan Unigoro dengan Dinas Damkar Bojonegoro.
“Semoga materi dan praktik yang diberikan hari ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa ilmu lingkungan. Agar bisa mencegah sekaligus menangani jika terjadi kebakaran di sekitar kita,” ucapnya.
Pelatihan dan simulasi pemadaman kebakaran dipandu oleh Teguh Aris S.B., S.T.P., selaku Kabid Pencegahan, Pengendalian, dan Pemberdayaan Masyarakat.
Di hadapan mahasiswa, Teguh menekankan bahwa ada tiga prinsip yang harus dimiliki seseorang untuk menangani kebakaran secara cepat dan tepat. Yakni ilmu, alat, dan nyali. Selain itu, pemadan juga harus memahami klasifikasi jenis kebakaran.
“Ada kebakaran kelas A, B, dan C. Jadi alat atau media untuk memadamkannya tentu berbeda-beda sesuai dengan klasifikasinya. Contohnya, kebakaran kelas A yang berupa benda-benda padat kecuali logam. Cara penangannya bisa dengan air, pasir, kain basah, atau tepung pemadam,” terangnya.
Teguh melanjutkan, ada tiga teknik pemadaman api yang dilakukan oleh dinas damkar. Antara lain isolasi, pendinginan, dan penguraian. Damkar memiliki waktu respon maksimal 15 menit sejak laporan kebakaran diterima. Itu menjadi alasan mengapa damkar menjadi prioritas utama.
“Kita butuh kerja sama dengan masyarakat agar kendaraan kita lancar di perjalanan dan sampai lokasi selamat. Karena yang sering terjadi malah ketika ada peristiwa kebakaran banyak orang menonton, justru menghalangi kerja damkar,” imbuhnya.
Mahasiswa-mahasiswi Prodi Ilmu Lingkungan Unigoro juga dijelaskan cara penggunaan alat pemadam api ringan (APAR). APAR dapat dioperasikan satu orang dan menjadi alat pemadaman awal kebakaran meskipun volume-nya kecil.
“APAR ini ada masa kadaluarsanya, maksimal tiga tahun. Jadi harus segera digunakan walaupun untuk latihan. Menggunakan APAR juga ada ilmunya. Cara membawanya dipanggul, kemudian diletakkan di lantai untuk memastikan tekanannya. Nah, untuk uji tekanan harus dengan posisi kuda-kuda agar tidak terkena percikan bahan-bahan di dalamnya,” jelas Teguh.
Usai mendengarkan paparan materi, para peserta diajak praktik memadamkan api di ruang terbuka menggunakan alat tradisional maupun APAR sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP). Cara-cara menyelamatkan diri dari kebakaran di antaranya tidak panik, tidak terjebak di keramaian, matikan peralatan listrik, merangkak, dan jangan menggunakan lift. [bas.dre]