Oleh:
Eriska Nanda Pratiwi
Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Di tengah ketatnya persaingan kuliner rumahan, Bu Lilik Catering hadir sebagai UMKM inspiratif yang berhasil membangun identitas unik melalui kue basah khas rumahan, terutama lemper yang telah menjadi favorit masyarakat Surabaya. Berlokasi di kawasan Kampung Lumpia Surabaya, Bu Lilik Catering memilih langkah berbeda dengan tidak berfokus pada lumpia, melainkan menghadirkan kue basah dengan resep klasik turun-temurun dari ibunya.
Keputusan ini justru membawa keberhasilan besar. Lemper khas Bu Lilik terbukti digemari banyak pelanggan dari berbagai kalangan. Bahkan, Rumah Sakit Adi Husada Undaan rutin memesan puluhan lemper sejak pukul 05.00 pagi, menjadikannya bagian penting dari kebutuhan harian para tenaga kesehatan. Tidak jarang para dokter menanyakan langsung apabila lemper favorit mereka belum tersedia.
Dari Resep Warisan Hingga UMKM yang Makin Dikenal
Bu Lilik telah berkecimpung di dunia kuliner sejak duduk di bangku SMK Tata Boga SKKPN (SMK 8 Surabaya), terinspirasi dari sang ibu yang bekerja di Toko Kue Libra tempat asal resep lemper legendaris yang kini menjadi identitas usahanya. Keahliannya semakin terasah karena ia menolak mengandalkan resep viral dari media sosial, dan memilih mempertahankan teknik manual yang terukur dan teruji. “Saya tidak suka mengikuti resep TikTok karena takarannya tidak jelas. Saya lebih percaya pengalaman dan belajar dengan melihat langsung,” ujar Bu Lilik. Konsistensinya dalam menjaga kualitas melahirkan pelanggan loyal yang tidak hanya membeli, tetapi juga merekomendasikan produk secara organik dari mulut ke mulut.

Inovasi Yang Tidak Sengaja Koci-Koci Ungu yang Viral
Salah satu produk menarik perhatian adalah koci-koci ungu yang awalnya dibuat karena kehabisan pewarna hijau. Tidak disangka, varian ini viral dan langsung menjadi menu favorit pelanggan. Koci-koci tersebut kini menjadi salah satu produk yang paling banyak dipesan setiap harinya.
UMKM yang Tumbuh dengan Prinsip Kebersamaan
Bu Lilik Catering tidak hanya bertahan, tetapi semakin berkembang berkat hubungan baik dengan lingkungan sekitar. Saat pesanan ramai, Bu Lilik melibatkan para tetangga untuk membantu produksi. Ia pun tidak pernah merasa bersaing dengan UMKM lain, dan justru saling mendukung ketika salah satu kekurangan varian jajanan.
Setiap Kamis, Bu Lilik secara rutin menyiapkan camilan untuk pengajian masjid terdekat. Selain itu, ia juga aktif dalam kegiatan sosial seperti Jumat Berkah di Kalijudan. “Rezeki itu cukup selama kita tidak mengeluh dan tetap berbagi,” tutur Bu Lilik.
Adaptasi di Era Digital
Meski produk sempat dipromosikan secara organik dari mulut ke mulut. Bu Lilik mulai belajar memanfaatkan media digital sederhana seperti status WhatsApp untuk mempromosikan produknya. Cara ini terbukti efektif meningkatkan penjualan harian, terutama ketika terdapat stok tambahan akibat pembatalan pesanan.
Menuju UMKM yang Semakin Profesional
Ke depan, Bu Lilik berharap dapat memperluas skala usahanya dengan memiliki pegawai tetap dan membuka toko kue basah profesional. Meskipun usahanya masih berbasis rumahan, antusiasme pelanggan membuktikan bahwa kualitas dan ketulusan bisa melampaui batas ruang produksi. “Saya ingin usaha ini lebih besar, punya karyawan, dan suatu saat punya toko sendiri,” ungkapnya.
Informasi dalam artikel ini disusun berdasarkan hasil wawancara langsung mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya dengan Bu Lilik, selaku pemilik Bu Lilik Catering. [*]


