Surabaya, Bhirawa
Hingga akhir tahun ini diperkirakan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur akan tetap stabil, meskipun harus menghadapi berbagai tantangan. Bahkan menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Jawa Timur pada triwulan II mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,98 persen secara tahunan (yoy) dan 2,87 persen secara kuartalan (q to q).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur, Erwin Gunawan Hutapea, mengungkapkan perekonomian Jawa Timur akan tetap solid hingga akhir tahun. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan antara lain kondisi alam yang mempengaruhi hasil panen, pelaksanaan pemilihan kepala daerah serentak, serta tantangan eksternal lainnya.
“Pertumbuhan ekonomi di triwulan kedua ini masih on the track, dan kami perkirakan pertumbuhan hingga akhir tahun pada rentang 4,7 persen-5,5 persen (yoy),” terangnya, Senin (26/8).
Erwin menambahkan masih kuatnya permintaan domestik dan perbaikan mitra dagang di luar negeri bisa menjadi backbone. Demikian juga dengan pergeseran panen yang maju pada awal triwulan kedua bisa memacu produksi pangan.
Namun, Erwin mengingatkan sejumlah tantangan, baik global maupun domestik. Sebut saja pemilihan kepala daerah serentak maupun pemilihan presiden di Amerika Serikat.
Direktur Pengawasan Prilaku PUJK Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Jawa Timur, Dedy Patria menjelaskan kondisi industri jasa keuangan yang menunjukkan pertumbuhan yang solid. Bahkan diprediksi hingga akhir tahun masih akan tetap stabil.
“Penghimpunan dana pihak ketiga dan penyaluran kredit tumbuh yoy masing-masing sebesar Rp56,8 triliun (7,81 persen) dan Rp29,4 triliun (5,30 persen) per Juni 2024. Risiko kredit terkendali dengan rasio NPL sebesar 3,24 persen,” jelasnya.
Adapun data-data ini didukung dengan pertumbuhan kepedulian masyarakat terhadap asuransi, dana pensiun, industri pembiyaan, dan peningkatan emiten. Ditambah dengan peningkatan jumlah emiten dari Jawa Timur, yang sampai Juni 2024 tercatat 54 perusahaan.
“Pembiayaan fintech per Juni 2024 juga tidak kalah mengejutkan, yakni Rp8,59 triliun atau tumbuh 32,66 persen (yoy). Pembiayaan pergadaian swasta dan lembaga keuangan mikro juga naik meningkat yoy masing-masing 24,68 persen, menjadi Rp9,26 triliun dan 6,94 persen menjadi Rp157 miliar,” paparnya.
Dan OJK juga terus melakukan penetrasi peningkatan inklusi keuangan, seperti optimalisasi berbagai produk simpanan dan kredit atau pembiayaan. Demikian juga dengan upaya peningkatan inklusi keuangan syariah dan memperluas akses keuangan di lingkungan pondok pesantren.
“Tetapi kami juga butuh peran pemangku kepentingan, karena ini tidak bisa jalan sendiri-sendiri. Harapan kami ke depan agar pengembangan keuangan inklusif di daerah pedesaan bisa dilakukan secara massif,” pungkas Dedy. [riq]