28 C
Sidoarjo
Tuesday, December 16, 2025
spot_img

Bersatu Padu Hadapi Libur Nataru

Oleh :
Oryz Setiawan
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat (Public Health) Unair

Libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru) nampaknya sudah di depan mata. “Ritual” tahunan tersebut jelas menjadi fokus pemerintah dalam mengamankan, melancarkan dan menyukseskan libur nasional sehingga harus dikawal dengan sinergi kuat antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, aparat keamanan, dunia usaha, dan seluruh elemen masyarakat. Berbagai layanan menjadi titik sentral meliputi layanan peribadatan, layanan kesehatan, transportasi, pariwisata, antisipasi bencana, hingga layanan inklusif bagi perempuan. anak, dan penyandang disabilitas, termasuk kesiapan posko layanan Nataru, posko terpadu, posko Kesehatan guna menjamin kelancaran dan keamanan ibadah Natal, menjaga arus transportasi, serta mengantisipasi kepadatan objek wisata.

Layanan inklusif khususnya di stasiun, terminal, pelabuhan, bandara, dan pusat keramaian, serta destinasi wisata juga menjadi perhatian penting, tak terkecuali mengendalikan dan memperbarui informasi cuaca, termasuk operasi modifikasi cuaca di wilayah berisiko tinggi, mengingat potensi fenomena hidrometeorologi masih sangat tinggi. Dibutuhkan sinergi dan kolaborasi khususnya TNI-Polri, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Basarnas, serta Pemda memperkuat posko siaga terpadu, menjaga keamanan, dan meningkatkan kesiapsiagaan bencana. Secara karakteristik bahwa libur nataru merupakan salah satu momen terbesar setelah libur hari raya idul fitri. Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Perhubungan bahwa dari 283,5 juta penduduk Indonesia, sesuai data BPS 2025, diperkirakan masyarakat yang akan melakukan pergerakan adalah 42,01 persen atau kurang lebih 119,5 juta jiwa yang artinya meningkat sebesar 2,71 persen dibanding survei Nataru 2024-2025.

Berita Terkait :  Pastikan Mudik Nyaman, Pemkab Gresik Siapkan Infrastruktur dan Layanan 24 Jam

Pemeriksaan kelaikan moda transportasi menjadi salah satu fokus utama, cuaca ekstrem masih menjadi ancaman. Kondisi yang tidak menentu pun membuat masyarakat diminta tak sekadar fokus pada rencana liburan, namun juga memprioritaskan aspek keselamatan. Pemilihan moda transportasi juga harus disesuaikan, termasuk kesiapan kendaraan ditengah kondisi dan situasi cuaca yang sulit diprediksi. Pilihan destina wisata indoor seperti museum, pusat perbelanjaan, galeri seni, atau pertunjukan dinilai lebih disarankan terutama ditinjau dari perspektif keamanan (safety) minimal dalam menghadapi kondisi iklim dan cuaca akhir-akhir ini. Jika tetap ingin ke wisata alam, disarankan untuk memilih kawasan konservasi yang memiliki manajemen dan infrastruktur mitigasi bencana. Penyedia wisata yang terus mengingatkan wisatawan agar memahami langkah yang diambil jika sudah terlanjur berada di destinasi dan cuaca berubah ekstrem.

Secara operasional seperti memahami titik-titik evakuasi, menghentikan aktivitas jika memang tidak memungkinkan. Kondisi alam yang tak terduga saat ini membuat wisatawan harus lebih bijak dalam mengambil keputusan. Di sisi lain, upaya penguatan literasi kita dalam cuaca dan membangun komunikasi yang aktif atas destinasi yang dikunjungi. Urgensi edukasi dan literasi masyarakat mengenai potensi bencana, terutama saat liburan di daerah rawan bencana, sangat penting dalam membangun dan mendorong aspek kesiapsiagaan dan mengurangi risiko korban jiwa. Pendekatan ini melibatkan berbagai strategi kolaboratif antara pemerintah, industri pariwisata, dan masyarakat. Kondisi jalur menuju lokasi wisata masih memiliki standar keselamatan yang rendah dan menjadi perhatian utama setiap musim libur Panjang, termasuk pelabuhan penyeberangan yang harus dilengkapi dengan buffer zone untuk mengantisipasi cuaca ekstrem serta penggunaan teknologi pemantauan lalu lintas untuk membantu pengambilan keputusan rekayasa lalu lintas secara real-time.

Berita Terkait :  Bupati Tulungagung Janji Berikan Kursi Roda Anggota Veteran yang Sakit

Kesehatan, Jangan Terlupakan
Diantara risikio yang paling utama adalah risiko kesehatan. Beberapa potensi risiko kesehatan kesehatan yang tidak boleh diabaikan antara lain : pertama, penyakit menular. Fenomena mobilitas tinggi dan interaksi antar orang meningkatkan risiko penularan penyakit, termasuk flu, diare, dan potensi penyakit menular lainnya seperti pneumonia mikoplasma. Kedua, faktor kelelahan. Perjalanan panjang dan perubahan rutinitas dapat menyebabkan kelelahan fisik, terutama bagi pengemudi, yang meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas. Bentuk kelelahan antara lain kurang tidur, jam kerja panjang, stres, gangguan tidur, dan kurang pengalaman, yang semuanya menurunkan kewaspadaan dan mengganggu konsentrasi dalam mengemudi. Ketiga, masalah pencernaan. Konsumsi makanan baru atau kurang terjaganya kebersihan pangan selama liburan dapat memicu diare atau gangguan pencernaan lainnya. Salah satu masalah pencernaan adalah diare wisatawan (traveler’s diarrhea) atau sembelit, umum terjadi akibat perubahan pola makan, stres, kurang tidur, dan konsumsi makanan/minuman tidak higienis yang memicu iritasi usus.

Keempat, kondisi perubahan cuaca. Liburan Nataru sering kali mendekati puncak musim hujan, sehingga penting untuk melindungi tubuh dari cuaca ekstrem. Kelima, stres. Meskipun liburan bermanfaat bagi kesehatan mental, perencanaan yang kurang matang dapat menimbulkan stres. Tren penyakit jantung juga meningkat seiring memasuki liburan termasuk nataru. Sebagian orang mungkin telah menyusun rencana untuk menghabiskan masa libur akhir tahun. Hari libur memang merupakan saat uang dinantikan dan diharapkan memberikan denyut kebahagiaan. Namun demikian, buat sebagian orang namun tak sedikit juga yang stres karena memikirkan keuangan, masalah keluarga, jadwal padat, dan rencana liburan. Yang menjadi fenomena adalah tren meningkatnya terkena serangan jantung yang salah satunya dipicu oleh stres yang tak terkendali dan berkepanjangan. Stres kronis bisa meningkatkan tekanan darah, detak jantung, dan kadar kortisol (hormon stres), semuanya berkontribusi dan bermuara pada penyakit jantung. Secara fisiologis bahwa stres mempengaruhi jantung secara langsung dengan meningkatkan detak jantung, tekanan darah, dan peradangan, serta tidak langsung melalui kebiasaan tidak sehat seperti kurang tidur, pola makan buruk, dan merokok, yang semuanya meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, aritmia, dan gagal jantung.

Berita Terkait :  Polres Kota Mojokerto dan MSP Gelar Sarapan Bareng serta Bagikan 100 Sembako untuk Ojol

————– *** ——————-

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru