Kota Malang, Bhirawa
Sentuhan tangan Bank Indonesia (BI) Malang, kepada para petani kopi di lereng Arjuno, mengantarkan para petani hidup lebih sejahtera. Bahkan kini mereka rata-rata berpenghasilan Rp.200 juta pertahun.
Para petani yamg tergabung dalam kelompok tani Sumber Makmur Abadi (Sumadi), mengembangkan budidaya kopi dengan konsep agroforestri, yang mampu memenuhi pasar lokal dan internasional.
Komoditi ini ditanam di lokasi yang berada di ketinggian sekitar 1.500 mdpl, di Desa Jatiarjo, Kecamatan Prigen, Pasuruan.
Nurhidayat Ketua Kelompok Tani Sumadi, kepada wartawan akhir pekan kemarin, mengutarakan, pihaknya mengelola lahan milik perhutani seluas 54 hektar bersama 54 petani secara agroforestri, yang merupakan kombinasi tanaman perkebunan, tanaman hutan dan tanaman pertanian.
Ditambahkan Nurhidayat, pihaknya sangat terbantu dengan adanya fasilitas green house, bantuan BI Malang. Karena dengan bantuan tersebut, produksi kopinya semakin berkualitas dan dapat menembus pasar internasional.
“Tahun 2018 kami dapat bantuan BI, sejak itu produksi kami makin meningkat dan berkualitas bahkan kini kami melayani permintaan dari Korea Selatan, kopi spesial taste yang ‘single origin’, dengan prosesnya mampu menjaga konsistensi rasa kopi,”imbuhnya.
Sarana green house ini membuat proses produksi bisa full wash 36 jam, tanpa jeda, dari panen langsung dikeringkan. Sehingga mampu memenuhi standart pasar internasional.
Ia lantas menjelaskan jika suhu udara dilereng Arjuno ini berkisar 18 sampai 23 derajat celcius di kawasan ini mendukung untuk pemanfaatan stabilisasi pengeringan biji kopi sesuai standar.
Citarasa kopinya sendiri, imbuh dia, cenderung soft, lembut, ‘creamy’, dan ada ‘fruity’ juga, yang membuat produknya tersebut disukai.
“Kopi arabica ini kami hasilkan dengan serangkaian proses dan pengeringan yang stabil, salah satunya yang diminati adalah ‘special taste’, untuk dikirim ke Korea Selatan tersebut, ” jelas Nurhidayat.
Pasar Korea Selatan ini dalam sekali transaksi sebanyak 1 ton dengan harga Rp150 ribu per kilogramnya.
Selain Korea Selatan yang paling serius, pasarnya juga diminati sejumlah negara seperti Perancis, Swiss, dan China.
“Kalau dari Korea, mereka datang langsung ke sini, lihat prosesnya dan membuat bersama standarisasinya,”terang Nurhidayat.
Dia juga menyampaikan dalam satu hektar, terdapat 2.000 pohon kopi dengan usia per pohon 4 tahun,yang menghasilkan sebanyak 20 Kg sekali panen.
Ia menegaskan, bahwa produksinya saat ini bisa mencapai 12 ton per tahun, berkat green house tersebut.
“Padahal sebelumnya untuk kopi spesial taste ini hanya mampu berproduksi 1 ton per tahun saja,” tukasnya.
Ia merasa pembinaan oleh BI Malang ini banyak berdampak pada penyerapan tenaga kerja. Kini tidak ada warga yang menganggur, karena bekerja sebagai petani dan penghasil kopi.
Sebelumnya para petani di sini hanya memiliki beberapa pohon kopi saja, sehingga penghasilannya pun minim.
Konsep agroforestri yang dikembangkan memang berdampak secara ekonomi, yang membuat para petani bisa mandiri melalui kopi yang kini menjadi komoditas utama serta mampu memenuhi pasar internasional. (mut.hel).