25 C
Sidoarjo
Thursday, December 11, 2025
spot_img

Bedah Film Dokumenter: Praktikum Mata Kuliah Gersospol Soroti Isu Sosial

Menandai selesainya praktikum mata kuliah Gersospol dengan menggelar diskusi bedah film dokumenter yang diselenggarakan di Gedung pascasarjana Untag Surabaya, kemarin.

Surabaya, Bhirawa.
Praktikum mata kuliah Gersospol berakhir pada selasa 2 Desember 2025 lalu ditandai dengan menggelar diskusi bedah film dokumenter yang diselenggarakan di Gedung pascasarjana untag surabaya.
Praktikum mata kuliah Komunikasi Gersospol ini diselenggarakan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi semester 5 dengan mengusung tema seni dan komunikasi “estetika perlawanan dalam kritik sosial”. Selain untuk memenuhi dan menyelesaikan tugas pada mata kuliah tersebut, praktikum ini juga bertujuan nyata untuk membangun aksi kolektif berupa gerakan sosial yang bisa dimulai dari komunitas kecil.

Diskusi bedah film juga sama halnya dengan diskusi yang sudah dilakukan sebelumnya, yaitu pertunjukan puisi. Dimana acara ini dibuka untuk umum, dan semua peserta boleh menyampaikan kritik yang berkaitan dengan isu sosial dan politik yang terjadi di lingkungan sekitar.

Dalam acara diskusi bedah film tersebut, mahasiswa menayangkan satu film dokumenter garapan watchdoc yang berjudul “Tanah Moyangku”. film dokumenter berdurasi sekitar 84 menit ini bekerja sama dengan lembaga penelitian Belanda KITLV dan disutradarai oleh Edy Purwanto.

Film ini menyajikan jejak panjang konflik agraria di Indonesia — yang tidak hanya masalah kontemporer, tetapi memiliki akar sejarah sejak masa kolonial Belanda.

Saat kolonial, hukum pertanahan seperti Agrarische Wet dan kebijakan Domein Verklaring diterapkan. Aturan ini menyatakan bahwa wilayah yang tidak bisa dibuktikan kepemilikannya melalui dokumen sah dianggap sebagai milik negara. Karenanya, banyak tanah adat — yang diwariskan secara turun-temurun, dengan batas wilayah diukur lewat cara tradisional (misalnya sungai, pohon, batu, atau makam)otomatis “hilang hak”-nya karena tidak memiliki sertifikat atau dokumen formal.

Berita Terkait :  Unusa Gelar Studium Generale, Inovasi Terapi Kanker BNCT untuk Masa Depan

Film ini menggali berbagai kasus nyata konflik agraria di banyak wilayah di Indonesia umumnya melibatkan masyarakat adat atau komunitas lokal, berhadapan dengan perusahaan besar atau kebijakan negara.

Acara ini diikuti oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi lainnya yang juga menaruh minat terhadap isu-isu sosial dan politik di sekitar. Penanyangan film dokumenter “Tanah Moyangku” ini memantik pemikiran kritis dari semua peserta yang telah hadir. Acara diskusi ini dibuka oleh Nizar, selaku mahasiswa Komunikasi Gersospol sekaligus panitia, kemudian operator memutar film dokumenter “Tanah Moyangku”. Selama 84 menit penayangan film, peserta diperlihatkan dengan peristiwa nyata mengenai sengketa tanah antara masyarakat adat dengan pemerintah sekaligus perusahaan besar.

Setelah penayangan film dokumenter diputar, Edria Adna selalu panitia mengajak peserta untuk berdiskusi dan membedah film lebih dalam dengan memancing sebuah pertanyaan mengenai isi dari film dokumenter tersebut. Beberapa peserta terlihat memberikan tanggapan mengenai film dengan antusiasme tinggi. Mereka saling menyanggah dan memberikan argumen kritis mereka sepanjang waktu diskusi. Acara bedah film dan diskusi ini menjadi wadah bagi mahasiswa Komunikasi Gersospol dan peserta untuk ikut mengkritisi dan memahami lebih dalam mengenai konflik yang berkepanjangan antara masyarakat adat dan pemerintah sekaligus perusahaan.

Sementara panitia yang lain Marya Ulfa Hidayah menambahkan, melalui diskusi ini, peserta diajak untuk membedah mengapa pemerintah mau mengambil tindakan yang bisa mengancam hidup orang banyak, terutama masyarakat adat. Acara ini kemudian ditutup oleh Edria dengan menarik kesimpulan mengenai film yang ditayangkan dan diskusi yang diselenggarakan.

Berita Terkait :  Bank Muamalat Luncurkan Co-Branding Kartu Tanda bagi Mahasiswa Unair dan UB

Melalui gerakan sosial bedah film yang menayangkan sebuah film dokumenter “Tanah Moyangku”, mahasiswa diharapkan mau memahami lebih dalam mengenai persoalan yang telah ada sejak zaman belanda dan mampu memberikan kritikan terhadap apa yang telah dilakukan pemerintah kepada masyarakatnya. Bedah film ini berjalan dengan baik dan lancar sekaligus menjadi penutup dalam rangkaian praktikum mata kuliah Komunikasi Gersospol yang diselenggarakan selama dua kali pertemuan selama semester 5. (why.hel)

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru