Kabupaten Probolinggo, Bhirawa
Dinas Pertanian (Diperta) Kabupaten Probolinggo bersama Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates melakukan pengambilan sampel serum dan darah kuda untuk pemeriksaan African Horse Sickness (AHS) pada 18-21 November 2025. Kegiatan berlangsung di sembilan kecamatan yang memiliki populasi kuda, yakni Banyuanyar, Sukapura, Tiris, Lumbang, Maron, Kraksaan, Bantaran, Dringu dan Krejengan.
Total 136 sampel dikumpulkan oleh dua Tim BBVet Wates yang dipimpin drh Basuki. Personel Diperta mendampingi proses lapangan, termasuk Medik Veteriner Muda drh Machrus, Kepala UPT Puskeswan, dokter hewan penyelia, koordinator lapangan, serta petugas kecamatan.
Kedatangan Tim diterima Kepala Diperta Kabupaten Probolinggo, Arif Kurniadi bersama Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan dan Kesmavet) drh. Nikolas Nuryulianto.
Koordinator Tim BBVet Wates, drh Basuki, menyampaikan apresiasi atas dukungan daerah dalam pelaksanaan surveilans. ”Fasilitas dan pendampingan yang diberikan memungkinkan kegiatan pengambilan sampel AHS berjalan lancar,” ujarnya.
Arif Kurniadi menegaskan, pentingnya pengawasan kesehatan hewan, mengingat Kabupaten Probolinggo berada pada jalur lalu lintas ternak. ”Kami akan terus memfasilitasi kegiatan surveilans, termasuk AHS, karena wilayah kami strategis sebagai titik pengambilan sampel,” jelasnya melalui pesan teks pada Selasa (24/11).
Sebagai informasi, Probolinggo merupakan salah satu wilayah kerja BBVet Wates. Pengambilan sampel tidak hanya dilakukan di daerah ini, tetapi juga di wilayah lain dengan populasi kuda dalam cakupan kerja balai tersebut. Surveilans diharapkan memperkuat pengawasan kesehatan kuda serta menjaga keberlanjutan usaha wisata berbasis kuda.
Sementara itu, drh Nikolas Nuryulianto menekankan, urgensi pemeriksaan AHS di wilayah wisata berkuda seperti Sukapura. ”AHS bukan zoonosis, tetapi berdampak langsung pada pelaku usaha. Jika kuda sakit, pendapatan penyedia jasa transportasi wisata akan turun. Deteksi dini menjadi kunci,” katanya.
Drh Nikolas menambahkan, surveilans perlu dilakukan secara berkala untuk menjaga kesehatan kuda yang digunakan sebagai transportasi wisatawan di kawasan Gunung Bromo. Pemilik kuda juga diimbau berkoordinasi dengan Diperta sebelum melakukan penyuntikan vitamin.
”Penggunaan vitamin herbal tidak masalah, tetapi penyuntikan tertentu tetap harus melalui petugas,” tandasnya. [fir.fen]


