Gresik, Bhirawa
Tahapan pilkada tengah berjalan, pada bulan Agustus sudah mulai calon bupati dan wakil bupati mendaftar ke KPU. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Gresik, sudah ancang-ancang melakukan pemetaan potensi kerawanan pelaksanaan pencocokan dan penelitian (Coklit) pemilih.
Menurut Komisioner Divisi Pencegahan dan Humas Bawaslu Gresik Habibur Rohman, identifikasi peta kerawanan dilakukan dengan melihat hasil Coklit Pemilu sebelumnya. Hasil observasi kondisi di lapangan saat ini, salah satunya terkait adanya kemungkinan Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (Pantarlih) tidak door to door dalam melakukan Coklit.
“Evaluasi identifikasi potensi kerawanan telah di serahkan kepada KPU, selanjutnya sebagai acuan dalam melakukan Coklit. Ada tiga aspek, yaitu aspek ketaatan prosedur, aspek kependudukan dan aspek geografis.”ujarnya.
Pada aspek ketaatan prosedur salah satunya Pantarlih yang tidak door to door dalam melakukan Coklit. Pantarlih tidak menempelkan stiker setelah dilakukan Coklit, Pantarlih yang tidak turun sendiri tapi meminta orang lain untuk melakukan Coklit. Kemudian masih terdapat Pantarlih yang berpotensi tidak ditetapkan oleh KPU, potensi Pantarlih melakukan Coklit tidak sesuai jadwal.
“Menariknya, evaluasi kami juga ada potensi Pantarlih yang bukan warga setempat. Bisa di tengarai mereka kurang paham, sehingga terdapat potensi kerawanan dalam proses Coklit. Seperti penduduk yang direlokasi ke tempat lain, tapi belum mengurus perubahan kependudukan.”ungkapnya.
Ditambahkan Habibur Rohman, bahwa untuk aspek geografis telah memetakan tiga potensi kerawanan. Kawasan yang sulit diakses seperti perumahan elit dan daerah tertutup, daerah yang tidak terjangkau seperti kepulauan serta wilayah yang warganya tidak mau menjadi Pantarlih. Rekomendasi hasil identifikasi peta kerawanan Coklit bisa menjadi atensi KPU, supaya Pilkada nanti bisa berjalan lancar. [kim.wwn]