Anas Urbaningrum saat menjadi narasumber tamu dalam kuliah dengan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Senin (14/10/2024).
Surabaya, Bhirawa.
Anas Urbaningrum memberikan pendapat kritis tentang belum adanya Partai Politik yang benar-benar secara ideal kuat di Indonesia.
Lebih jauh, mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI periode 2003-2008 menyatakan bahwa realitasnya Parpol di Indonesia itu hanya bisa dikategorikan sebagai Parpol besar, menengah dan kecil sesuai peristiwa politik yang ada dengan basis elektoral.
“Parpol kuat belum ada di Indonesia, parpol baru terkategori sebagai besar, menengah dan kecil terkait momen politik yang terjadi. Jadi bila pendekatan komprehensif yang berbasis ideal, partai kuat masih belum muncul,” kata Anas Urbaningrum saat menjadi narasumber tamu dalam kuliah dengan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Senin (14/10/2024).
Seperti diketahui Intelektual Organik, sebutan untuk Anas Urbaningrum saat Mimbar Akademik di Universitas Brawijaya itu melakukan kunjungan ke sejumlah daerah di Jawa Timur yang diawali sebagai narasumber tamu di kampus tercinta Universitas Airlangga dimana dulu pernah jadi tempat menimba ilmu saat kuliah strata satu.
Secara khusus kedatangan Anas Urbaningrum di ruang Adi Sukadana, kampus Fisip Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Senin (14/10), tampak begitu istimewa bagi para mahasiswa.
Pasalnya, mahasiswa mendapatkan wejangan langsung berupa kuliah umum.
Anas yang juga pernah mengenyam kuliah S1 di Fisip Unair ini menjelaskan kepada mahasiswa maupun beberapa dosen yang hadir tentang kondisi perpolitikan saat ini di Indonesia.
Bahkan, Anas pun mengingatkan kepada mahasiswa untuk tetap membaca buku agar lebih berkualitas.
Anas mengaku kedatangannya hanya untuk memberikan kuliah umum sembari bercerita tentang pengalaman dengan harapan bisa memberikan tambahan wawasan.
Selain itu juga supaya mahasiswa mempunyai semangat belajar dan tetap terjaga mengikuti perkembangan keadaan eksternal kampus.
“Ya, hanya diundang saja untuk memberikan kuliah umum untuk mahasiswa ilmu politik, sambil cerita-cerita kecil yang mudah-mudahan bisa memberikan tambahan wawasan,” ujar Anas.
Anas juga mengingatkan kepada mahasiswa agar mempunyai semangat belajar. Sekaligus tetap mengikuti perkembangan keadaan eksternal kampus.
“Jadi di internal kampus harus makin rajin belajar memperkaya ilmu tetapi tidak boleh lupa perkembangan luar kampus,” jelas pria yang juga Ketum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) ini.
Anas Urbaningrum selain ke Unair, juga menjadi keynote speaker di acara Pelantikan HMI Cabang Bojonegoro pada Senin malam.
Selasa pagi (15/10/2024) berlanjut acara di Tuban dengan pengurus PPI se Jawa Timur.
Selasa Sore (15/10/2024) diajak ngobrol dan diskusi dengan MD Kahmi Gresik dan Selasa Malam sudah di Kota Surabaya kembali untuk bersua dengan HMI Fisip Unair dan MW Kahmi Jatim.
Secara khusus, bagi Anas selama ini mahasiswa mengalami penurunan dalam hal kritik terhadap penguasa bahkan kurang mengikuti perkembangan di luar kampus.
Sekarang diharapkan mahasiswa untuk terus terlibat mengikuti perkembangan luar kampus.
“Ya kritik umum begitu realita umumnya kurang mengikuti perkembangan di luar kampus. Sekarang waktunya mahasiswa untuk terus terlibat mengikuti perkembangan luar kampus intinya adalah pemimpin Indonesia siapapun sebaik apapun sehebat apapun visinya seidealisnya tidak boleh diberikan “cek kosong” harus tetap diawasi harus tetap diingatkan harus tetap diberikan pikiran kritis dan banding biar berjalan dengan baik menuju cita-cita republik,” tegasnya.
Dia memberikan contoh kondisi sekarang di Indonesia yang terdapat partai besar menengah kecil tetapi ukuran prestasi dilihat dari elektoral hasil pemilu perolehan suara atau kursi.
Bahkan menurut Anas partai yang dengan pendekatan komprehensif sebetulnya belum ada Parpol yang dikatakan riil kuat.
“Ya kritik umum begitu realita umumnya kurang mengikuti perkembangan di luar kampus. Sekarang waktunya mahasiswa untuk terus terlibat mengikuti perkembangan luar kampus intinya adalah pemimpin Indonesia siapapun sebaik apapun sehebat apapun visinya seidealisnya tidak boleh diberikan “cek kosong” harus tetap diawasi harus tetap diingatkan harus tetap diberikan pikiran kritis dan banding biar berjalan dengan baik menuju cita-cita republik,” tegasnya.
Dia memberikan contoh kondisi sekarang di Indonesia yang terdapat partai besar menengah kecil tetapi ukuran prestasi dilihat dari elektoral hasil pemilu perolehan suara atau kursi.
Bahkan menurut Anas partai yang dengan pendekatan komprehensif sebetulnya belum ada partai yang kuat.
“Partai yang kuat partai yang sanggup menunaikan tugas atau fungsi dengan baik. Kritik umum di Indonesia partai itu sangat hadir. Sangat hadir di dalam fungsi rekrutmen politik dan itu terwakili dalam pilpres, pileg, pilkada. Fungsi lain tipis-tipis kalau mau jadi partai kuat seluruh fungsi itu dapat ditunaikan dengan baik,” jelas pria yang pernah menjadi Ketum PB HMI 1997-1999.
Sementara itu, dalam kuliah umum tersebut ada pertanyaan dari salah satu mahasiswa yang membandingkan relevansi antara organisasi mahasiswa yang diikuti Anas yakni HMI dengan partai politik.
Anas pun menjawab jika semua organisasi mahasiswa tidak semua dapat membangun sistem, kompetisi, konflik dan konsensus.
“Maka aktif dipolitik tapi tidak punya soft skill dalam mengelola partai ya kosong. Apalagi tidak bisa berdebat. Ketika berdebat keras berbeda pendapat hasilnya pasti mutung. Maka organisasi mahasiswa juga harus membangun sistem, kompetisi, konflik dan konsensus,” pungkasnya. (why .hel).