32 C
Sidoarjo
Friday, November 22, 2024
spot_img

Anak Yatim Harapan Indonesia Emas


Oleh :
Teguh Imami
Dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya dan Pegiat Lembaga Filantropi Indonesia

Hari-hari ini diberbagai kota, mulai dari pemerintah, instansi, perusahaan, lembaga sosial, berbondong-bondong mengadakan acara dengan anak yatim. Ada yang memberi santunan, mengajak berbelanja, rekreasi ke tempat wisata, bahkan membelikan keperluan sehari-hari.Bulan ini adalah bulan Muharrom atau bulan Lebaran Anak Yatim, di mana keyakinan sebagian besar masyarakat Indonesia waktunya membahagiakan anak yatim.

Kedermawanan masyarakat Indonesia memang tidak diragukan lagi.Sudah 6 tahun berturut Indonesia mendapat penghargaan sebagai negara nomer wahid di dunia menurut World Giving Index.Memberi adalah aktivitas yang bernilai positif.Anak yatim sangat membutuhkan uluran tangan dari mereka yang hidup berkecukupan.

Sayangnya aktivitas kebaikan itu belum disertai dengan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh anak yatim.seringkali kita melihat acara yang menghadirkan anak yatim adalah acara seremonial belaka. Diundang, diberi santunan, berfoto bersama, diupload di media, kemudian pulang.Anak yatim menjadi pelengkap dari sebuah acara meriah yang diadakan.Hal ini bisa jadi menambah kesedihan bagi anak yatim. Anak yatim hanya akan berada dalam lingkaran kemiskinan.

Anak yatim sangat dekat dengan kemiskinan.Meskipun sebagian kecil anak yatim masih memiliki keluarga berkecukupan, namun sebagian besar anak yatim hidup dalam keterbatasan.Jika anak miskin lebih banyak kekurangan dari faktor ekonomi, anak yatim memiliki beban ganda, yaitu kekurangan ekonomi sekaligus tidak memiliki orangtua. Jika sudah begitu anak yatim akan mengalami kemiskinan dan memiliki masa depan yang suram.

Berita Terkait :  Ciptakan Lingkungan Pendidikan Bersih dari Perundungan

Dekat dengan Kemiskinan
Berdasarkan data Kementerian Sosial pada Mei 2022, jumlah anak yatim di Indonesia mencapai 4.023.622 anak.Sementara nyaris sebagian besarnya dari keseluruhan jumlah anak yatim yakni 3.978.622 anak.Anak yatim yang berada di bawah asuhan keluarga tidak mampu terdiri dari 2.665.676 anak.

Data di atas menunjukkan anak-anak yatim banyak yang menjadi anak miskin.Menurut penelitian dari Smeru Institute sekitar 40 persen anak miskin saat dewasa nantiakan tetap miskin. Selain itu, hasil penelitian dari Smeru Institute juga menunjukkan pendapatan anak-anak miskin setelah dewasa, 87 persennya lebih rendah daripada mereka yang berasal dari keluarga tidak miskin.

Menjadi keluarga miskin tentunya memiliki sumber dana dan daya yang sangat terbatas. Keterbatasan sumber tadi sangat mempengaruhi dalam cara berpikir, tingkat pendidikan, dan ketidakberdayaan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Bagong Suyanto (2019) dalam penelitiannya menemukan bahwa anak miskin dari keluarga miskin seringkali terlebat dalam mencari nafkah.Ketika kondisi ekonomi keluarga tidak lagi mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, memang tidak banyak pilihan yang tersisa.Anak-anak yang seharusnya masih memperoleh kesempatan untuk melanjutkan sekolah, tidak jarang harus putus sekolah di tengah jalan karena terpaksa bekerja, baik membantu usaha orang tua di rumah maupun bekerja di sektor publik -entah di home industry, toko atau di pabrik-pabrik layaknya pekerja dewasa.

Tidak sedikit anak-anak miskin setiap hari harus bekerja dengan rentang jam kerja yang panjang, dan menanggung beban kerja yang berat -di luar kemampuan dan keterbatasan anak-anak yang sebetulnya masih berhak untuk bermain dan melanjutkan sekolah ke jenjang yang setinggi-tingginya. Lingkaran setan kemiskinan ini jika tidak dihentikan akan fatal untuk masa depannya.

Berita Terkait :  Dorong Transformasi Perpustakaan di Era Digital

Harapan Indonesia Emas
M. Quraish Shihab (2017) mengungkapkan bahwa anak yatim jangan hanya diberi makan, akan tetapi pada hakekatnya pelayanan dan perlindunganlah yang diharapkan oleh anak yatim. Anak yatim memerlukan pendidikan, pelayanan kesehatan dan rasa aman. Tanpa semua itu anak yatim akan dapat terjerumus dalam kebejatan moral, yang dampak negatifnya tidak hanya terbatas pada diri anak yatim saja, namun dapat juga mempengaruhi lingkungannya, bahkan dapat mengakibatkan terganggunya ketenangan masyarakat.

Apa yang dikatakan oleh M. Quraish Shihab adalah refleksi serius kita sebagai warga negara. Sejauh mana keseriusan negara dalam memberi perlindungan untuk anak yatim, terlebih pengentasan kemiskinan secara keseluruhan.Anak yatim dan kemiskinan adalah isu sosial yang sangat kompleks dan membutuhkan perhatian serius.Cita-cita Indonesia yang ingin memiliki masa keemasan pada tahun 2045 sebagai negara maju sejahtera dan memiliki sumber daya berkualitas tidak akan berhasil jika masih abai terhadap kemiskinan. Ada faktor pendidikan, kesehatan, dan SDM yang perlu dibenahi.

Pendidikan menjadi salah satu solusi anak yatim bisa memiliki impian ke depan. dengan pendidikan, setidaknya mereka bisa belajar, berpikir, dan mengubah hal-hal yang kurang baik menjadi lebih baik lagi.Pendidikan adalah salah satu upaya untuk memutus lingkaran setan kemiskinan.Maka dengan pemberian beasiswa, atau memberikan jaminan hidup layak, adalah solusi daripada sekadar acara santunan seremonial belaka.

Berita Terkait :  Menjahit Masa Depan Perempuan Desa Melalui Pendidikan Informal Berkualitas

Anak yatim bukan pelengkap dalam acara seremonial belaka.Seyogyanya mereka tidak lagi dihadirkan dalam ruang-ruang agenda pejabat atau pimpinan perusahaan untuk disantuni.Kemudian anak yatim itu di foto, dan diupload di media dengan menyebut sebagai manusia paling dermawan.Jika tidak bisa memberi banyak, bisa didatangi rumah-rumahnya.Jika bisa memberi banyak, bisa dibentukkan dalam beasiswa untuk pendidikannya.

Mereka adalah penerus generasi mendatang.Baik buruknya generasi mendatang, tergandung bagaimana mendidik generasi hari ini.Ada banyak tokoh-tokoh besar di dunia yang semasa kecilnya menjadi yatim, namun saat dewasa menjadi tokoh berpengaruh yang membawa kemaslahatan untuk umat manusia. Jika anak-anak yatim dipelihara dengan serius oleh negara maupun masyarakat, bukan tidak mungkin mereka kelak menjadi salah satu generasi yang akan membawa perubahan bagi Indonesia.

———— *** ————–

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img