Oleh:
Susanto, M.Pd
Penulis adalah Kepala SMAN 1 Sugihwaras-Bojonegoro.
Abad ke-21 ditandai dengan percepatan revolusi digital, di mana Artificial Intelligence (AI) muncul sebagai kekuatan transformatif yang tak terbendung. Kehadiran AI bukan hanya mengubah lanskap industri dan ekonomi, tetapi juga secara fundamental menantang dan membentuk kembali paradigma pembelajaran yang berkarkter berbasis komptensi siswa. Integrasi AI dalam pendidikan menawarkan potensi luar biasa, namun pada saat yang sama menghadirkan serangkaian tantangan kompleks yang harus diatasi untuk memastikan generasi masa depan siap menghadapi dunia yang semakin terotomatisasi yang tidak meingggalkan karakter krestifitas dan kemampuan dasar dan komtetensi siswa.
Potensi AI
Munculnya AI sekarang ini tentunya memiliki sesuatu yang berbeda dengan teknologi yang sebelumnya karena bagaimanapun AI memiliki potensi yang luar biasa khususnya dalam pendidikan yang orientasinya pada pelaksanaan pembelajaran di ruang kelas. Kalau mau jujur potensi AI antara lain: Pertama, AI memiliki kemampuan untuk menganalisis gaya belajar, kekuatan, dan kelemahan individu peserta didik. Dengan demikian, AI dapat menciptakan jalur pembelajaran yang disesuaikan (personalized learning) yang lebih efektif, menyediakan materi yang relevan, dan memberikan umpan balik adaptif secara real-time. Ini akan memungkinkan setiap peserta didik untuk belajar dengan kecepatan dan metode yang paling sesuai bagi mereka.
Kedua, AI dapat menjembatani kesenjangan akses pendidikan. Misalnya, platform pembelajaran bertenaga AI dapat menyediakan konten dalam berbagai bahasa, membantu peserta didik dengan kebutuhan khusus melalui teknologi bantu, atau menjangkau komunitas terpencil yang kekurangan fasilitas pendidikan konvensional.
Ketiga, AI dapat mengambil alih tugas-tugas administratif yang berulang bagi guru, seperti penilaian ujian pilihan ganda, penjadwalan, atau pelaporan. Ini akan membebaskan waktu guru untuk fokus pada interaksi yang lebih bermakna dengan peserta didik, pengembangan kurikulum, dan inovasi pedagogi.AI dapat mengumpulkan dan menganalisis data besar (big data) dapat digunakan untuk menginformasikan keputusan kurikulum, mengidentifikasi area yang memerlukan intervensi, dan terus meningkatkan kualitas pendidikan.
Tantangan Pembelajaran :
Meskipun potensi AI sangat menjanjikan, ada beberapa tantangan krusial yang harus diatasi dalam pembelajaran abad 21 khususnya para guru. Pertama, Peran guru akan bergeser dari penyampai informasi menjadi fasilitator, mentor, dan desainer pengalaman belajar. Guru perlu mengembangkan keterampilan baru dalam mengelola teknologi AI, menganalisis data pembelajaran, dan membimbing peserta didik dalam pemecahan masalah kompleks. Tantangannya adalah mempersiapkan dan melatih guru untuk peran baru ini. Peserta didik dan guru perlu memiliki literasi digital yang kuat, termasuk pemahaman tentang cara kerja AI, potensi bias dalam algoritma, privasi data, dan etika penggunaan AI.
Kedua, Di era AI, keterampilan kognitif tingkat tinggi seperti berpikir kritis, pemecahan masalah kompleks, kreativitas, inovasi, komunikasi, dan kolaborasi menjadi jauh lebih penting daripada sekadar mengingat fakta. Kurikulum harus direvisi untuk fokus pada pengembangan keterampilan ini, yang sulit diotomatisasi oleh AI. Meskipun AI dapat meningkatkan aksesibilitas, masih ada risiko memperlebar kesenjangan digital antara mereka yang memiliki akses ke teknologi canggih dan mereka yang tidak. Memastikan akses yang adil dan merata terhadap teknologi AI dalam pendidikan adalah sebuah keharusan.
Ketiga, Metode penilaian tradisional mungkin tidak lagi memadai untuk mengukur keterampilan abad 21. Diperlukan pendekatan penilaian yang lebih adaptif, formatif, dan berfokus pada kinerja, yang dapat dibantu oleh AI namun tetap memerlukan campur tangan manusia. Sistem pembelajaran adaptif berbasis AI bisa menyesuaikan materi dan skenario pembelajaran etis agar sesuai dengan kekuatan, kelemahan, dan area pertumbuhan setiap siswa.
Solusi Pembelajaran Berkarakter era AI
Ada risiko bahwa ketergantungan berlebihan pada AI dapat mengurangi kemampuan dasar manusia, seperti berhitung mental atau pemecahan masalah sederhana. Penting untuk menyeimbangkan penggunaan AI dengan pengembangan kemandirian belajar dan berpikir kritis. Pengumpulan data dalam jumlah besar oleh sistem AI menimbulkan kekhawatiran serius tentang keamanan data pribadi peserta didik dan privasi. Diperlukan regulasi yang ketat dan praktik terbaik untuk melindungi informasi sensitif ini. AI bisa memfasilitasi skenario etis simulasi yang memungkinkan siswa berlatih penalaran moral dan mengeksplorasi konsekuensi keputusan mereka dalam lingkungan yang aman. Dengan umpan balik instan, siswa dapat menyempurnakan pemahaman mereka tentang nilai-nilai seperti integritas dan akuntabilitas.
AI adalah kekuatan yang tak terelakkan yang akan terus membentuk masa depan pembelajaran. Untuk berhasil menghadapi tantangan pembelajaran abad 21, kita harus merangkul AI sebagai alat yang kuat untuk meningkatkan kualitas pendidikan, bukan sebagai pengganti interaksi manusia. Ini memerlukan investasi yang signifikan dalam pengembangan profesional guru, revisi kurikulum yang progresif, pengembangan literasi digital dan etika AI, serta komitmen untuk memastikan akses yang adil dan merata.
Nah, Penguatan karakter siswa di era AI membutuhkan pendekatan yang seimbang. Kita tidak bisa menolak kemajuan AI, namun kita harus memastikan bahwa penggunaannya selaras dengan tujuan pendidikan karakter. AI harus dilihat sebagai alat pendukung, bukan pengganti interaksi manusia, bimbingan moral, dan pengembangan keterampilan sosial emosional yang esensial.Penting bagi pendidik, orang tua, pembuat kebijakan, dan pengembang teknologi untuk berkolaborasi dalam menciptakan lingkungan belajar yang memanfaatkan AI secara etis dan efektif, sehingga siswa tidak hanya cerdas secara kognitif, tetapi juga memiliki karakter yang kuat, adaptif, dan bertanggung jawab di dunia yang semakin kompleks ini.
———— *** —————-


