27 C
Sidoarjo
Monday, December 15, 2025
spot_img

Tim Dosen PCU, Revitalisasi Tenun Jombang dengan Desain Interior Modern


Surabaya, Bhirawa
Tim dosen Interior Design Petra Christian University Surabaya merevitalisme Pokmas Tenun Wastra Sejahtera di Dusun Penggaron, Mojowarn, Jombang.

Kegiatan didanai melalui Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI tahun 2025. Peresmian Revitalisasi Pokmas Sentra Tenun Wasta Sejahtera dihadiri langsung oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jombang, itu ditandai dengan serah terima alat modifikasi, meliputi alat tenun, alat serut bambu, dan sisir tenun. Senin, (15/12/2025)

Tim dosen PCU, Dr. Sherly de Yong, S.Sn., M.T., mengatakan bahwa jelompok penenun terbentuk akibat masa pandemi dan mayoritas anggotanya adalah orang tua Tunggal, potensi besar mereka belum didampingi dengan maksimal, sebab selama ini produk dihasilkan terbatas hanya pada tekstil fashion dan sistem pemasaran yang diterapkan masih konvensional.

“Kegiatan sejak September 2025 lalu, dibantu oleh beberapa mahasiswa, mereka melakukan pemetaan masalah, mendata kebutuhan bahan baku, pelatihan Co-design (desain motif), Digital Marketing, Manajemen Pameran, produksi prototipe termasuk pembuatan blind tenun bambu dan tenun kontemporer,” jelasnya

Lanjut Sherly mengukapkan bahwa pendekatan kolaboratif Co-Design dimana proyek melibatkan mitra yang ahli di bidangnya masing-masing, mulai dari penenun, pengrajin, seniman hingga akademisi, tujuannya supaya tercipta satu produk yang diluar kebiasaan atau baru, jadi dulu misalnya produknya cuman fashion saja sekarang berupa tirai tenun (produk interior) dengan motif seni kontemporer yang segar dan unik sehingga memberikan kemungkinan produk yang variative.

Berita Terkait :  Industri Televisi Berubah atau Punah

“Mendampingi POKMAS Tenun Wastra Sejahtera juga mengalami kesulitan seperti ide untuk menyesuaikan fungsi yaitu window blind, dimana diperlukan pengerjaan ini adalah kejelian dan kesabaran penenun untuk menghasilkan produk yang bagus dan sesuai,Karena bambu digunakan harus halus dan kaku agar mempermudah proses memasukan kedalam tenunan,” ucap Sherly.

Sherly menceritakan produk window blind (tirai jendela) dihasilkan dibandrol dengan harga Rp 150.000,00 untuk ukuran 45 x 90 cm2, bisa memesan produk sesuai dengan selera masing-masing Tetapi pengerjaannya tidak bisa dilakukan dengan cepat.

“Kenapa tidak bisa cepat karena dalam memproduksi benang tenun saja, para pengrajin membutuhkan waktu yang tidak sebentar, Dimulai dengan membuat bahan mentah berupa lidi bambu, yang disiapkan setiap 50 meter, paling susah ialah proses menggambar motifnya, pasti membutuhkan ketelitian tinggi, Rata-rata hanya mampu menghasilkan 4-5 buah window blind per orang saja dalam sehari,” pungkasnya.

Sherly menambahkan hasil tenun inovatif ini dapat menjadi jembatan antara tradisi dan kebutuhan interior modern. “Karakteristik produknya yang lurus, kaku, dan semi-transparan berkat kombinasi bambu dan benang menjadikannya sangat ideal untuk window blind, dengan potensi pengembangan menjadi wall hanging, taplak dan lainnya,” imbuhnya.

Sherly berharap mampu memperluas market share di segmen interior, dan siap membuka peluang baru, menawarkan solusi dekorasi yang unik dan berkesan alami serta etnik untuk menghiasi rumah-rumah di Indonesia. [ren.wwn]

Berita Terkait :  Pimpinan DPRD Lamongan Konsultasi ke Kemendagri Terkait Efisiensi Anggaran

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru