25 C
Sidoarjo
Monday, December 8, 2025
spot_img

Jelang Nataru, Harga Daging Ayam di Pasar Pon Jombang Tembus Rp36 Ribu

Jombang, Bhirawa.
Menjelang perayaan Natal 2025 dan Tahun Baru (Nataru) 2026, harga daging ayam di Pasar Pon Jombang merangkak naik. Kenaikan ini mulai terlihat sejak pekan lalu, dari Rp 32.000-33.000 per kilogram kini menembus Rp 36.000 per kilogram. Salah satu pedagang di pasar setempat Dewi Nurkamaru (51) mengatakan, kenaikan harga kali ini terjadi lebih cepat dibanding tahun sebelumnya.

Saat ini harga daging ayam telah berada di kisaran Rp 35.000 hingga Rp 36.000 per kilogram. “Biasanya normal itu Rp 32.000-33.000 per kilo,” kata Dewi, Senin (08/12). “Tapi kalau sudah dekat Natal dan tahun baru memang pasti naik. Sekarang tiap hari naiknya,” ujar dia.

Selain karena menjelang Nataru, Dewi juga menyebutkan adanya program pemerintah Makan Bergizi Gratis (MBG) turut mendorong kenaikan harga daging ayam. Menurut Dewi, permintaan ayam dari berbagai sektor meningkat sehingga stok dari pemasok lebih cepat terserap. “Ada program MBG itu juga, jadi permintaan naik terus. Barang-barang lain juga ikut naik, akhirnya ayam juga ikut naik,” imbuhnya.

Meskipun perayaan Natal masih beberapa minggu lagi, Dewi memprediksi harga daging ayam saat ini sudah mendekati batas tertinggi untuk pasaran Jombang. Meski begitu, dia tidak menutup kemungkinan harga akan kembali naik jika pasokan menipis. “Kayaknya pasarnya kuatnya segitu (Rp 35-36 ribu). Tapi ‘enggak’ tahu kalau nanti naik lagi,” ungkap dia. “Tahun kemarin juga segitu. Paling tinggi itu pas hari raya, bisa sampai Rp 40 ribu kalau Lebaran, karena yang beli banyak,” tambah Dewi.

Berita Terkait :  Ketua Umum Tegaskan Fatayat NU Tak Pernah Ajak Boikot Produk Prancis

Dewi menilai, saat ini untuk harga daging ayam untuk turun kembali ke Rp 30.000 per kilogram hampir mustahil. Hal tersebut kata dia, juga karena ada faktor program MBG. “Ada MBG, jadi ayam untuk turun Rp 30.000 itu kayaknya ‘enggak’ bisa,” tandas dia.

Dewi mengaku omzet penjualannya mulai menurun karena banyak pelanggan yang mengurangi jumlah belanjaan. “Pembeli juga ‘enggak’ berani beli banyak. Katanya uangnya harus dibagi-bagi karena semua harga naik. Cabai dan yang lain-lain juga naik,” tuturnya.

Dalam kondisi harga daging ayam normal, Dewi bisa menghabiskan hingga 5 kuintal ayam pada hari paling ramai. Namun saat ini jumlah tersebut menurun signifikan. Sementara itu, salah satu pembeli daging ayam bernama Umrotin (43) mengaku kenaikan harga ini cukup memberatkan, terutama karena dia membeli ayam sebagai bahan baku untuk jualan mie ayam. “Biasanya saya bisa beli agak banyak untuk jualan mie ayam, tapi sekarang harus dikurangi soalnya mahal,” tutur Umrotin. “Modal makin besar, sementara kalau harga jual dinaikkan pelanggan pasti banyak yang protes,” tuturnya lagi.

Kondisi ini kata dia, memaksanya lebih berhati-hati dalam mengatur modal harian. Jika biasanya dia membeli beberapa kilogram dalam sekali belanja, kini jumlah itu harus dipangkas agar pengeluaran tidak membengkak. “Kalau harga naik segini, ya jelas berat buat pedagang kecil. Kita ini ‘nyesuaiin’ sama pelanggan juga. Kalau mie ayam dinaikkan harganya, takutnya malah makin sepi,” ungkap Umrotin.

Berita Terkait :  Perkuat Ekosistem Tebu Rakyat, SGN Pererat Sinergi dengan Mitra Petani

Dia berharap, pemerintah maupun pemasok dapat melakukan langkah stabilisasi sehingga harga ayam tidak terus berada di level tinggi.[rif.ca]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru