Oleh :
Akhmad Faishal
Pengelola Perpustakaan SMAN 15 Surabaya dan Pengajar Freelance Sosio-Sejarah di PT. Kreasi Edulab Indonesia
Andaikata perpustakaan sekolah dibanjiri dengan koleksi buku berupa beragam judul karya sastra, apakah akan ramai siswa-siswi atau warga sekolah datang membaca? Mungkin saja. Dugaan kuat : pasti.
Sejauh ini, seberapa banyak perpustakaan sekolah, terutama berstatus negeri, yang perpustakaannya ramai dikunjungi oleh siswa-siswi? Sekadar untuk merebahkan badan atau betul-betul membaca buku? Mengapa mereka belum mendatangi perpustakaan? Apakah itu disebabkan karena fasilitas pendukung perpustakaan kurang, seperti ketiadaan AC?
Sering kali siswa-siswi masa kini yang kesehariannya ingin selalu sejuk menjadikan ketersediaan AC sebagai indikator utama. Mereka ingin ruangan yang sejuk dan dingin, terbukti oleh siswa-siswi SMAN 15 Surabaya yang mengeluh, bila AC perpustakaan mati.
Untuk alasan yang semacam itu, tentu datang dari siswa-siswi yang sebagian hadir hanya untuk merebahkan badan atau sekadar ingin diskusi atau mengerjakan tugas. Sebagian yang lain tentu menanyakan perihal novel ini-itu ada atau tidak. Atau menanyakan adakah karya para tokoh, terutama Tan Malaka ?-ini datang dari permintaan guru mereka. Terkadang, ada sebagian dari mereka yang datang rebahan ternyata tertarik untuk membaca. Dan dari semua novel yang dicari, Tere Liye menempati urutan teratas.
Agaknya, pada masa kini, akan terasa aneh sebuah perpustakaan sekolah yang belum memiliki koleksi karya Tere Liye. Ia menjadi penulis yang difavoritkan oleh sebagian, baik kecil atau besar, siswa-siswi sekolah. Kebetulan pada awal bulan lalu (November 2025), ia datang ke SMAN 15 Surabaya secara tiba-tiba. Ia singgah sebentar setelah tiba dari bandara Juanda. Lantas, mencari sekolah yang siap secara mendadak untuk memberikan kesempatan padanya mengajari pelajaran tulis-menulis kepada siswa-siswi. Dan terjadilah peristiwa yang begitu istimewa. Sebuah momen langka. Satu jam bersamanya terasa begitu cepat. Namun, yang lebih penting dari itu, hampir seluruh karyanya yang dikoleksi oleh perpustakaan SMAN 15 Surabaya, ditandatangani langsung olehnya.
Tanda tangan itu menjadi pemantik bagi siswa-siswi yang sebelumnya telah menjadi pembaca Tere Liye menjadi lebih suka lagi. Bahkan, beberapa siswa yang belum pernah membaca karyanya untuk pertama kalinya membaca dan meminjamnya. Tentu, beberapa diantara mereka mengeloksi karya, terkadang ada yang belum lengkap dan tersedia di perpustakaan sekolah. Pada akhirnya siswa-siswi berebut untuk meminjam.
Disamping karya Tere Liye, karya Brian Khresna “Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati” juga menjadi rebutan siswa-siswi untuk meminjamnya. Sayangnya, karena eksemplarnya hanya satu dan itu merupakan hibah, maka perpustakaan sekolah perlu untuk mengupayakan agar eksemplarnya ditambah. Hal ini sebagai wujud keseriusan perpustakaan sekolah terhadap gemar membaca untuk menciptakan sikap literasi.
Sebagaimana yang diketahui perpustakaan sekolah merupakan bagian atau item yang berfungsi sebagai pelengkap proses pembelajaran. Akan aneh rasanya sebuah sekolah tanpa adanya perpustakaan. Dan akan aneh rasanya sebuah perpustakaan sekolah belum memiliki koleksi karya favorit siswa-siswi. Karena, sebagian besar mereka yang datang dengan niat membaca buku lebih memilih untuk berkerumun di area rak nomor 800 (nomor klasifikasi untuk literature).
Sungguh akan sangat menyenangkan bagi siswa-siswi perpustakaan sekolahnya menyediakan novel-novel terkenal. Dan sekaligus yang bermutu. Saat ini, novel yang paling banyak dibaca bergenre romantis, horor, misterius, fiksi ilmiah dan fantasi. Sedangkan, untuk penulis yang karyanya banyak digemari sampai pada tahun 2022 (berdasar data gramedia) terdiri dari Cantik itu Luka-Eka Kurniawan, Cerita-cerita bahagia Hampir Seluruhnya-Norman Erikson Pasaribu, Kita Pergi Hari Ini-Ziggy, Bibi Gill-Tere Liye, Layangan Putus-Mommy ASF, Hujan-Tere Liye, Home Sweat Loan-Almira Bastari, Heartbreak Motel-Ika Natassa, dan Laut Bercerita-Leilas S. Chudori.
Akan lebih bersyukur, jika perpustakaan sekolah mengoleksi seluruh karya pemenang Kuala Sastra Khatulistiwa Award. Atau karya pemenang yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Provinsi. Mengapa begitu? Tentu saja, karena karya pemenang itu pasti bermutu. Karya tersebut pasti telah melewati tahapan penjurian yang ketat. Para jurinya pun memiliki pengalaman yang tidak main-main. Itulah alasan perlunya setiap sekolah wajib memiliki karya para pemenang sayembara tersebut.
Sejak penyelenggaraan Khatulistiwa Award pada tahun 2000-an, jujur saja perpustakaan SMAN 15 Surabaya belum sama sekali memiliki karya-karya itu. Bahkan, untuk karya pemenang Kuala Sastra Khatulistiwa Award tahun 2013, yakni Leila S. Chudori, perpustakaan SMAN 15 Surabaya, hanya memiliki karyanya yang berjudul “Laut Bercerita”. Bukan “Pulang”. Entah, dengan perpustakaan sekolah lainnya, mungkin diantaranya beberapa telah dikoleksi.
Karya-karya tersebut dapat dijadikan sebagai umpan penarik siswa-siswi untuk meramaikan perpustakaan sekolah. Tentu bukan ditujukan untuk sekadar merebahkan bada. Di titik ini, sungguh memang agak riskan dan menjadi serba salah, kalau melarang siswa-siswi datang ke perpustakaan untuk tiduran. Hal itu akan menjadikan situasi dan kondisi perpustakaan sekolah menjadi sepi layaknya pemakaman. Setidaknya, secara kuantitas, dari lima siswa-siswi yang datang ke perpustakaan : 4 membaca buku, 1 tiduran.
Oleh sebab itu, dalam upaya mencapai tujuan itu, setidaknya pelan-pelan, tetapi pasti pengadaan koleksi dengan mengutamakan karya sastra haruslah menjadi kewajiban. Dan dalam rangka menumbuhkan generasi minat baca, upaya tersebut menjadi salah satu dari upaya lainnya atau bahkan untuk mengawali agar tercipta generasi yang demikian. Memang, untuk mencapai posisi generasi yang berliterasi tinggi masih begitu cukup jauh bagi Indonesia.Hal itu dapat dilihat dari hasil statistik yang diselenggarakan oleh PISA. Namun, semangat meniti jalan ke tahap itu perlu terus untuk dijaga. Dan dalam upaya untuk mendekatkan ketercapaian itu, mereka harus didorong membaca novel-novel bermutu dan berkelas yang disediakan oleh perpustakaan sekolah.
Apakah perpustakaan sekolahmu, telah menyediakan karya sastra atau novel favoritmu?*
————— *** ——————-


