31 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

NTP Jawa Timur Turun 0,47 Persen pada November 2025

Pemprov Jatim, Bhirawa
Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur pada November 2025 tercatat turun 0,47 persen, dari 114,98 menjadi 114,44. Penurunan ini mengindikasikan melemahnya daya beli petani, terutama karena indeks harga yang diterima petani (It) menurun, sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) justru naik.

Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, It turun sebesar 0,32 persen, dari 144,87 menjadi 144,41. Sementara Ib naik 0,15 persen, dari 126,00 menjadi 126,19. Kondisi tersebut membuat posisi tawar petani menurun dibandingkan bulan sebelumnya.

Dari lima subsektor pertanian, empat mengalami penurunan NTP. Penurunan terdalam terjadi pada subsektor Tanaman Pangan yang merosot 2,08 persen dari 118,44 menjadi 115,97. Disusul subsektor Peternakan turun 1,00 persen, Tanaman Perkebunan Rakyat turun 0,11 persen, dan Perikanan turun 0,10 persen.

Kepala BPS Jatim melalui Statistisi Ahli Madya BPS Provinsi Jawa Timur, Debora Sulistya Rini mengatakan, satu-satunya subsektor yang mengalami kenaikan signifikan adalah Hortikultura yang melonjak 8,07 persen, dari 124,25 menjadi 134,28. “Lonjakan ini dipicu meningkatnya harga sayur-sayuran seperti tomat, cabai rawit, dan bawang merah,” katanya.

Harga Komoditas Penyumbang Kenaikan dan Penurunan It. Sebanyak 10 komoditas menjadi penyumbang utama kenaikan It, antara lain tomat, jagung, cabai rawit, bawang merah, wortel, buncis, sapi potong, sawi hijau, kopi, dan jeruk. Di sisi lain, penurunan It dipicu oleh melemahnya harga gabah, telur ayam ras, ayam pedaging, mangga, ketela rambat, kubis, semangka, kentang, kambing, dan tebu.

Berita Terkait :  2.000 ASN Pemkab Gresik Ikuti Pembekalan Penilaian Kompetensi Tahun 2024

Indeks Harga Dibayar Petani Naik 0,15 Persen. Kenaikan Ib disebabkan oleh meningkatnya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (KRT) sebesar 0,40 persen. Sementara Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) justru turun 0,38 persen.

Komoditas yang paling mendorong kenaikan Ib antara lain tomat sayur, bawang merah, bakalan sapi umur di atas 12 bulan, terung, cabai merah, sawi hijau, ketimun, kacang panjang, emas perhiasan, dan bibit sapi.

Jika dilihat NTP per Subsektor, pertama, Tanaman Pangan (NTPP), NTPP turun 2,08 persen akibat It anjlok 1,97 persen, terutama karena harga gabah merosot. Sementara palawija naik 2,07 persen berkat jagung, kacang tanah, dan kacang hijau. Ib naik tipis 0,12 persen.

Kedua, Hortikultura (NTPH) NTPH naik 8,07 persen. Harga sayur naik 10,15 persen, terutama tomat dan cabai rawit. Buah-buahan turun 2,59 persen dipicu mangga dan semangka. Ib naik 0,01 persen.

Ketiga, Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR). NTPR turun 0,11 persen. Harga tebu, tembakau, dan kelapa melemah. Ib naik 0,07 persen. Keempat, Peternakan (NTPT). NTPT turun 1,00 persen. Harga telur, susu, kambing, dan ayam pedaging turun cukup dalam. Ib naik 0,31 persen. Kelima, Perikanan (NTPPi).

NTPPi turun 0,10 persen. Perikanan budidaya naik 0,86 persen, sementara perikanan tangkap turun 0,90 persen. Nilai Tukar Nelayan (NTN) dan Pembudidaya Ikan (NTPi). NTN tercatat turun 1,11 persen akibat penurunan harga hasil tangkapan laut seperti layang, tongkol, dan teri.

Berita Terkait :  Atasan Wanita dari Brand Minimal yang Ada di Blibli, Bisa Menambah Koleksi Anda!

Sementara NTPi naik 0,76 persen, didorong membaiknya harga hasil budidaya air payau seperti bandeng, udang, dan mujair. Dari lima provinsi di Pulau Jawa, empat mengalami penurunan NTP. Penurunan terdalam terjadi di DIY sebesar 2,08 persen. Jawa Timur berada pada posisi penurunan ketiga (0,47 persen). Hanya Jawa Barat yang mengalami kenaikan NTP sebesar 0,28 persen.

Indeks Konsumsi Rumah Tangga Naik 0,40 Persen. Kenaikan KRT dipicu meningkatnya harga kebutuhan pokok dan biaya rumah tangga, terutama subkelompok makanan, minuman, dan tembakau yang naik 0,60 persen, serta perawatan pribadi dan jasa lainnya yang naik 0,72 persen.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) naik 0,06 persen karena Indeks BPPBM turun lebih dalam dibandingkan penurunan It. Kenaikan NTUP tertinggi terjadi pada subsektor Hortikultura (8,52 persen).[rac.ca]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru