Bencana hidro-meteorologi (banjir dan tanah longsor) di kawasan pulau Sumatera bagian utara, menimbulkan duka sangat mendalam. Harta benda (rumah dan seisinya disapu banjir bandang). Sawah ladang hancur terendam lumpur. Semakin pedih karena sebanyak lebih 300 korban jiwa tidak tertolong, tertimbun longsor, dan terseret banjir. Ratusan kerabat juga masih dinyatakan hilang. Serta sebanyak 13 ribu warga dievakuasi untuk mengungsi ke temoat yang lebih aman.
Tetapi penyebab banjir, dan tanah longsor sudah bisa diketahui. Yakni, alih fungsi lahan, terutama kawasan hulu (pegunungan dan hutan). Banjir dan tanah longsor di tiga propinsi (Aceh, Sumatera, dan Sumatera Barat), dipicu hujan lebat. Air bah turun dari kawasan hulu menuju Sungai. Karena ekosistem yang semakin rapuh, air bah juga membawa material longsor, berupa tanah pekat, bebatuan gunung, serta bagian pohon yang patah dan tumbang.
Banyaknya material berupa bagian pohon menunjukkan masifnya penebangan, dan pembukaan lahan. Seluruh material luruh menghantam perkampungan. Dalam dua dekade terakhir, ekosistem esensial telah dibabat dalam ukuran jutaan hektar, dijadikan tanaman produksi, terutama kebun sawit. Fenomena atmosfer berupa siklon tropis senyar, dan gejala La-Nina, sebenarnya bisa dipredikasi secara presisi. Sehingga bisa me-minimalisir dampak bencana hidro-meteorologi. Tetapi alih fungsi lahan di bagian hulu, sering di-abaikan.
Ekosistem di kawasan Batang Toru, selama tiga dekade dipacu berbagai ekspansi industry. Ada industri emas yang memerlukan danau pencucian seluas lebih 600 hektar, dengan menebang sekitar 19 ribupohon tegakan tinggi. Pada Pebruari 2025 lalu, telah dilayangkan petisi “Perlindungan dan Penghentian Eksploitasi Batang Toru” di Jakarta. Ekosistem di kawasan Batang Toru, perlu dilindungi karena memiliki ke-aneka ragaman hayati sangat kompleks (dan esensial). Termasuk sebagai habitat orang utan Tapanuli.
Berdasar catatan Walhi, Lembaga swadaya masyarakat (LSM) Friends of the Earth (FoE) juga menyampaikan petisi yang sama. FoE yang tergabung dalam koalisi internasional, menyampaikan petisi secara langsung kepada Jardine Cycle & Carriage Limited di London, Inggris. Jardine Cycle & Carriage Limited adalah perusahaan induk yang memiliki PT AR, perusahaan yang mengoperasikan tambang emas Martabe di Sumatera Utara.
Pemerintah telah mengerahkan berbagai sumber daya yang dimiliki BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), Basarnas. Juga melibatkan Operasi Kemanusiaan TNI. Sebanyak 6 kapal dikerahkan, termasuk sebagai bantuan rumah sakit kapal oleh KRI Soeharso-990. TNI-AL juga mengerahkan pesawat angkut berat Airbus A400M, yang baru saja tiba di tanah air. Juga tiga pesawat tipe Hercules C-130 yang mengangkut personel marinir, yang siaga mendirikan pos kesehatan, dan menangani korban luka. Terutama pada area terisolir.
Kalangan DPR menyarankan status darurat nasional. Karena bencana banjir bandang, dan tanah longsor di tiga propinsi, sangat berat. Seluruh jalan nasional trans-Sumatera, telah terputus. Tak terkecuali lintas Sumatera Barat-Jambi. Serta jalan lintas Sumatera-Aceh, masih dalam penanganan Kementerian Pekerjaan Umum, mengerahkan puluhan alat berat. Distribusi bantuan masih terhambat.
Pemulihan pasca-bencana, telah di-wajib-kan berdasar UU Penanggulangan Bencana. Bahkan secara khusus diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2008 Tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana. Untuk mengembalikan fungsi sosial, ekonomi, dan fisik. Rehabilitasi lingkungan niscaya akan memerlukan biaya sangat besar. Kerusakan infrastruktur akibat banjir dan longsor di Sumatera, sangat masif.
Pemulihan ekosistem terutama diperlukan pada kawasan Batang Toru. Sebagai penyangga cagar alam pegunungan Bukit Barisan, Danau Toba, akan menjadi indikator perbaikan lingkungan di Sumatera Utara.
——— 000 ———


