Oleh :
Nofanda Roihan Ardiansyah
Penulis adalah mahasiswa UIN KH. Achmad Siddiq Jember
Ayah adalah sosok pria yang memiliki peran penting dalam sebuah keluarga. Ia menjadi kepala keluarga, pemimpin, pembimbing, sekaligus pejuang yang terus berjuang tanpa henti demi kesejahteraan orang-orang yang dicintainya. Meskipun kerja kerasnya sering kali tidak terlihat secara langsung, akan tetapi hasil dari usahanya terasa bagi seluruh anggota keluarganya. Di balik senyum yang selalu ia tunjukkan sebagai sosok ayah, tersimpan kelelahan, kesedihan, bahkan kekhawatiran ketika tidak mampu melihat keluarganya hidup lebih bahagia darinya. Setiap langkah yang dilalui oleh seorang ayah adalah suatu perjalanan yang penuh pengalaman berharga. Ia rela menahan rasa lelah, kantuk, bahkan mengesampingkan kebahagiaan pribadinya demi kebahagiaan keluarga. Ayah rela berpisah dan merantau jauh dari keluarga demi memenuhi kebutuhan hidup. Siang ia diterpa panas matahari, malam pun ia diterjang hujan, semua dijalani demi satu hal yang ia sebut sebagai kebahagiaan dalam keluarga. Ayah juga adalah sosok yang tidak mengenal gengsi. Ia tidak pernah malu ditempatkan pada posisi apa pun dalam pekerjaan, selama itu bisa menjadi jalan untuk menafkahi keluarganya. Sikap tangguh dan ketulusannya menjadikan ayah layak disebut sebagai pahlawan sejati dalam kehidupan kita.
Sebagaimana Sabda Nabi Muhammad Saw :
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Jarir dari ‘Umarah bin Al Qa’qa’ bin Syubrumah dari Abu Zur’ah dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dia berkata; “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata; “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku berbakti kepadanya?” beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “kemudian siapa lagi?” beliau menjawab: “Ibumu.” Dia bertanya lagi; “Kemudian siapa?” dia menjawab: “Kemudian ayahmu.” (Al-Bukhari, 1422b, No. Hadis 5971)
Hadis ini sering dipahami sebagai penegasan akan besarnya jasa seorang ibu, namun tidak berarti bahwa perjuangan ayah dapat dilupakan. Justru, di balik keteduhan dan kasih seorang ibu, terdapat sosok ayah yang berdiri kokoh menopang seluruh keluarga dengan pengorbanannya. Ayah mungkin tidak banyak bicara, namun setiap keringat yang menetes adalah doa yang tak terucap untuk kebahagiaan anak-anaknya.
Maka dari itu, khususnya pada tanggal 12 November yang diperingati sebagai Hari Ayah Nasional, menjadi momentum yang mengingatkan kita akan besarnya perjuangan dan keikhlasan peran seorang ayah dalam keluarga. Selain itu, peran ayah dapat diibaratkan seperti sebuah pedang yang tajam, ia harus digunakan dengan kehati-hatian dan tujuan yang mulia. Pedang tidak selalu diarahkan untuk melukai seseorang, tetapi untuk melindungi dan menegakkan keadilan. Begitu pula dengan seorang ayah, ketegasannya terhadap anak bukanlah wujud kebencian, melainkan bentuk kepedulian dan kasih sayang yang bertujuan untuk membentuk karakter serta melindungi anak-anaknya dari hal-hal yang yang tidak diinginkan. Namun di balik semua itu, ayah sering kali hanya dipandang sebagai sosok pencari nafkah semata dan juga sebagai seseorang yang tugasnya sebatas memenuhi kebutuhan materi keluarga. Tak jarang, masyarakat maupun anak-anaknya sendiri menuntut perannya tanpa benar-benar memahami beratnya perjuangan yang ia jalani setiap hari.
Begitupun di media sosial, peringatan Hari Ayah sering kali terlewat atau dianggap hal yang biasa oleh banyak kalangan, berbeda dengan Hari Ibu yang selalu dirayakan dengan penuh antusias dan ungkapan kasih sayang. Padahal, peran ayah tak kalah penting dalam membentuk kepribadian dan masa depan anak-anaknya. Sudah sepatutnya kita memberikan ruang yang sama untuk mengapresiasi sosok ayah bukan hanya pada satu hari peringatan, tetapi dalam setiap langkah kehidupan. Hari Ayah sejatinya bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan momentum untuk merenungi betapa besar peran ayah dalam membentuk arah hidup dan karakter kita. Bentuk penghargaan terhadap ayah tidak harus menunggu tanggal tertentu atau perayaan khusus. Sebuah ucapan terima kasih, perhatian kecil, atau waktu yang kita luangkan untuknya sudah cukup berarti. Karena bagi seorang ayah, kebahagiaan sejati bukan terletak pada hadiah mewah untuk diberikan kepadanya, melainkan pada rasa dihargai dan disayangi oleh anak-anak yang selama ini menjadi alasan ia berjuang tanpa henti.
Meneladani nilai-nilai positif ayah dalam kehidupan sehari-hari merupakan bentuk penghargaan yang paling nyata terhadap sosok ayah. Nilai-nilai seperti tanggung jawab, kerja keras, keteguhan hati, dan keikhlasan yang ditunjukkan oleh ayah adalah warisan berharga yang patut kita teruskan dalam kehidupan kita. Dari ayah, kita belajar untuk tidak mudah menyerah, untuk tetap berdiri teguh meskipun keadaan sulit, dan untuk berbuat kebaikan tanpa mengharap balasa.
Maka dari itu, memperingati Hari Ayah sejatinya tidak harus menunggu tanggal 12 November saja, akan tetapi setiap hari seharusnya menjadi kesempatan bagi kita untuk mengenang, menghargai, dan meneladani perjuangan seorang ayah. Kasih sayang dan pengorbanannya tidak terbatas oleh waktu atau momen tertentu, melainkan terus hadir dalam setiap langkah hidup anak-anaknya.
————- *** ————–


