Kota Malang, Bhirawa
Bukan hanya soal perebutan gelar juara, tetapi tentang bagaimana ribuan pelajar putri Kota Malang menunjukkan bahwa mereka juga mampu berlari, bertarung, dan bermimpi di lapangan hijau. Wali Kota Malang, Dr. Ir. Wahyu Hidayat, M.M, hadir langsung menyaksikan laga final. Wajahnya tampak bangga melihat antusiasme para siswi yang kini mulai menjadikan sepak bola sebagai ruang untuk berekspresi dan berkembang.
“Malang dan sepakbola adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Tingginya jumlah peserta menunjukkan bahwa sepakbola juga sangat digemari kalangan putri. Kehadiran MilkLife Soccer Challenge memfasilitasi keinginan mereka untuk sungguh-sungguh menggeluti olahraga ini,” ujar Wahyu, Minggu (16/11).
Meski baru pertama kali diselenggarakan di Kota Malang, kompetisi ini langsung mendapat sambutan luar biasa. Sebanyak 1.918 pelajar dari 120 SD dan MI di Malang dan sekitarnya ambil bagian.
Mereka terbagi dalam 64 tim KU 10 dan 111 tim KU 12, menjadikan gelaran ini salah satu kompetisi sepak bola putri usia dini terbesar di wilayah tersebut.
Wali Kota Wahyu berharap ajang ini dapat menjadi parameter atau barometer baru bagi perkembangan sepak bola putri di Kota Malang. Lebih dari itu, ia ingin agar kompetisi ini menjadi rumah bagi mimpi-mimpi kecil yang berani besar.
Deputy Program Manager Bakti Olahraga Djarum Foundation, Welly Arisanto, mengungkapkan bahwa semangat luar biasa para pelajar putri di Malang adalah pertanda baik bagi masa depan ekosistem sepak bola putri.
“Antusiasme ini adalah awal yang positif. Dengan kultur sepak bola Malang yang begitu kuat, saya yakin kota ini bisa menjadi ‘kuda hitam’ dan bersaing dengan kota-kota penyelenggara lainnya,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa MilkLife Soccer Challenge yang digelar di 10 kota memiliki satu tujuan besar: melahirkan talenta pesepakbola putri terbaik yang akan tampil di ajang MilkLife Soccer Challenge All Stars di Kudus, Jawa Tengah, tahun depan.
Pelatih kepala MilkLife Soccer Challenge, Timo Scheunemann, juga tak dapat menyembunyikan kebahagiannya. Sebagai putra Malang, kehadiran kompetisi ini di kampung halamannya menjadi momen yang sangat berkesan.
Timo meminta agar para siswi dan sekolah tidak berhenti berlatih setelah kompetisi usai. “Saya senang akhirnya MilkLife Soccer Challenge sampai di Malang. Ini kompetisi bergengsi. Para peserta harus lebih serius berlatih. Jika perlu, sekolah bisa mendatangkan pelatih khusus untuk meningkatkan teknik mereka,” tegasnya.
Ia berharap pada Seri 2 nanti, perkembangan para peserta akan tampak signifikan dan pertandingan semakin menarik.
Gelaran MilkLife Soccer Challenge Malang Seri 1 bukan hanya menghadirkan juara, tetapi juga menghadirkan keberanian, mimpi, dan langkah awal pesepak bola putri Malang untuk menunjukkan bahwa lapangan hijau adalah milik semua—termasuk mereka yang memilih berlari mengejar mimpi dengan sepatu bola dan hati yang tak pernah menyerah.mut.wwn


