Surabaya, Bhirawa
Pemerintah Provinsi Jawa Timur menunjukan komitmenya dalam mendorong ekosistem riset dan inovasi, dengan menyelegarakan Penganugerahan Inovasi Daerah dan Inovasi Teknologi (Inotek Award) di Mercure Surabaya Grand Mirama, Surabaya.
Inotek Award ialah ajang penganugerahan inovasi daerah dan teknologi yang diselenggarakan setiap tahun oleh Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Jawa Timur, bertujuan untuk mendorong dan memberikan penghargaan kepada daerah, perangkat daerah, serta masyarakat atas inovasi yang telah diciptakan untuk meningkatkan kesejahteraan dan daya saing.
Tahun ini penghargaan diserahkan langsung oleh Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak yang dalam sambutannya secara khusus menantang para pemimpin untuk memiliki kebesaran hati melanjutkan program pendahulu yang berdampak baik bagi masyarakat. Kamis, (13/11)
Emil Elestianto Dardak menyampaikan inovasi yang berhasil meraih penghargaan tidak boleh hanya berhenti sebagai “mission accomplished” perlunya konsistensi dalam implementasi dan dampak nyata harus menjadi ukuran utama.
“Sebuah momentum meningkatkan semangat untuk terus berinovasi, seraya menekankan pentingnya komitmen dari seluruh kepala daerah dan perangkat daerah untuk terus Inovasi sebagai katalisator kesejahteraan,” jelasnya.
Emil Dardak menyoroti kategori inovasi berbasis teknologi, dimana fenomena maraknya aplikasi seluler yang dibuat oleh masing-masing OPD atau Pemkab/Pemkot, Ia mendorong perlunya penyederhanaan ke dalam konsep Super Apps untuk menghindari duplikasi dan membuat masyarakat harus mendaftar berkali-kali.
“Memang sempat ada masanya seakan-akan semua harus bikin aplikasi mobile, akhirnya banyak sekali, kami harap mungkin disederhanakan saja ke dalam satu namanya Super Apps, membedakan antara aplikasi external oriented (untuk masyarakat) yang diukur dari jumlah unduhan, dan aplikasi internal oriented (untuk birokrasi) yang diukur dari seberapa istikamah digunakan untuk meningkatkan efisiensi, akurasi, dan transparansi tata kelola pemerintahan,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Jawa Timur, Dr. Andriyanto, S.H., M.Kes, mengukapkan bahwa inovasi merupakan katalisator utama bagi kesejahteraan daerah, Menurutnya, jika daerah sepakat meningkatkan kesejahteraan, maka kata kunci utamanya adalah melakukan inovasi.
“Berharap Inotek Award membuktikan komitmen untuk menjadikan inovasi sebagai nafas harian dalam pelayanan publik, terus memfasilitasi, merekam, dan mengembangkan setiap ide cemerlang yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Terdapat Lima Kategori dan Komitmen Objektivitas Penilaian, tambah Andriyanto, Inotek Award 2025 kali ini mempertandingkan inovasi dalam lima kategori, meliputi Inovasi Daerah, Inovasi Teknologi Berbasis Website, Agribisnis dan Energi Baru Terbarukan, Sosial Budaya dan Kependudukan, Inovasi untuk Milenial.
“Kategori kelima, Inovasi untuk Milenial, menjadi kategori tambahan baru yang pesertanya sangat banyak dan disambut antusias,” pungkas Andriyanto.
Kepala BRIDA Provinsi Jawa Timur menyampaikan setiap kategori, yaitu Kategori 1 (inovasi Daerah) Terinovatif I diperoleh oleh Bappedalitbang Kota Surabaya, Kategori 2 (Inovasi Teknologi Berbasis Website) Terinovatif I didapat Bappendalitbang Kabupaten Trenggalek, Kategori 3 (Agribisnis dan Energi Baru Terbarukan) Terinovatif I Bappeda Kabupaten Nganjuk, selanjutnya, Kategori 4 (Sosial Budaya dan Kependudukan) Terinovatif I Bappeda Kabupaten Ngawi, dan Kategori 5 (Inovasi untuk Milenial) Terinovatif I Dispora Provinsi Jawa Timur.
Menanggapi isu yang berpotensi merusak integritas, panitia secara tegas menjamin proses penilaian berjalan sangat objektif dengan menghadirkan Dewan Juri, ini sekaligus menepis anggapan transaksional dalam penilaian.
HKI dan Temu Bisnis Jadi Fokus Lanjutan, total 687 inovasi yang dilaporkan oleh Perangkat Daerah Provinsi Jatim untuk tahun 2025, panitia memastikan tindak lanjut yang konkret. Selain trofi dan piagam, enam peringkat teratas di setiap kategori akan difasilitasi pengurusan Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
“BRIDA Jatim berupaya supaya inovasi dihasilkan tidak cuman menjadi pajangan, tapi inovasi tidak terimplementasikan atau tidak termanfaatkan, sejatinya bukan sebuah inovasi yang baik,” tutur Andriyanto. [ren.adv]


