Dindik Jatim, Bhirawa
Kemendikdasmen tengah mengintegrasikan pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) ke dalam Kurikulum Merdeka. Pendekatan ini telah diterapkan pada tahun ajaran 2025-2026. Sebagai bentuk kematangan dan kesiapan satuan lembaga, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur menggelar bedah Deep Learning, dalam Seminar Pendidikan “Pemanfaatan Teknologi dalam Pembelajaran Mendalam”.
Seminar ini menghadirkan sejumlah tokoh pendidikan nasional dan praktisi teknologi pendidikan, Jumat (24/10).
Adapun narasumber antara lain Ketua Pusat Kajian Pendidikan dan Budaya Dewantara Ki Tato Darmanto Reksohadiprodjo, Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Jatim Prof. Dr. Warsono, M.S., CEO Kelas Pintar Uffiie Fernando, Chief of Corporate Growth and Strategy Moch. Imron Hamzah, serta Ketua Badan Musyawarah Pendidikan Swasta (BMPS) Jawa Timur Drs. Abdullah Sani, M.Pd. Hadir pula para Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah se-Jawa Timur.
Pada kesempatan ini, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur, Aries Agung Paewai menegaskan pentingnya pemanfaatan teknologi untuk memperkuat filosofi deep learning atau pembelajaran mendalam.
“Pembelajaran mendalam bukan sekadar metode, melainkan filosofi yang menempatkan peserta didik sebagai subjek aktif dalam proses belajar. Teknologi bukan pengganti guru, tetapi penguat peran guru sebagai fasilitator yang reflektif, adaptif, dan transformatif,” ujarnya.
Menurut Aries, Jawa Timur telah memulai langkah konkret dalam integrasi teknologi ke dalam ekosistem pendidikan. Namun, ia menekankan bahwa teknologi baru bermakna jika diiringi visi, nilai, dan pendampingan manusiawi.
“Seminar ini menjadi ruang refleksi, kolaborasi, dan inovasi untuk memperkuat ekosistem pendidikan Jawa Timur yang adaptif, inklusif, dan berdaya saing,” tambahnya.
Sementara itu, Prof. Dr. Warsono, M.S., menjelaskan konsep deep learning sebagai pendekatan yang menekankan proses belajar yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.
“Tujuannya mengembangkan kemampuan berpikir kritis, meningkatkan pemahaman konsep, serta mengaitkan pengetahuan dengan kehidupan nyata,” paparnya.
Prof. Warsono juga menyoroti pentingnya perubahan mindset belajar dari orientasi nilai dan ujian menuju budaya belajar mendalam.
“Masalah utama pendidikan kita adalah budaya belajar yang salah fokus-terlalu mengejar IPK dan ujian. Solusinya adalah membangun budaya belajar berbasis proyek, diskusi kritis, eksperimen, serta aktivitas yang menumbuhkan kreativitas dan kolaborasi,” jelasnya.
Melalui seminar ini, Dinas Pendidikan Jawa Timur berharap seluruh pemangku kepentingan pendidikan dapat memperkuat komitmen dalam menerapkan deep learning yang didukung teknologi, sehingga peserta didik Jawa Timur tumbuh menjadi pembelajar sepanjang hayat yang kritis, kreatif, dan adaptif terhadap perubahan zaman. [ina.kt]


