Surabaya, Bhirawa
Waki Rektor 2 Universitas 17 Agustus 1945 (Untag), Surabaya, Supangat Ph.D., ITIL., COBIT., CLA., CISA, mendorong pemeriksaan kesehatan rutin setiap ulang tahun atau “Birthday Check-Up”. Konsep sederhana namun bermakna ini, dinilai Supangat mampu mengajak masyarakat untuk menjadikan hari ulang tahun sebagai momen refleksi sekaligus evaluasi terhadap kesehatan diri.
“Ide tersebut sejalan dengan semangat membangun budaya hidup sehat dan pencegahan penyakit sejak dini. Namun, penerapannya di Indonesia masih membutuhkan kajian mendalam dari sisi sosial, ekonomi, dan perilaku masyarakat,” ujar Supangat, Rabu (15/10).
Saat ini, masyarakat belum menjadikan pemeriksaan kesehatan rutin sebagai kebiasaan. Ia menilai banyak orang masih datang ke fasilitas kesehatan ketika sudah sakit, bukan untuk mencegah.
Lebih lanjut, kesadaran untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin masih perlu ditumbuhkan melalui pendidikan kesehatan publik dan literasi digital. Kampus, sekolah, dan media dapat menjadi jembatan dalam membangun kebiasaan baru ini dengan pendekatan yang sesuai dengan konteks sosial masyarakat Indonesia.
Supangat juga menyoroti konsep Birthday Check-Up memiliki kesamaan semangat dengan Program Quick Win Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) yang diluncurkan oleh pemerintah. Program ini merupakan langkah nyata menuju perubahan paradigma kesehatan dari berobat setelah sakit menjadi menjaga agar tidak sakit.
Meski demikian, ia menilai implementasi program tersebut harus dikawal agar efektif dan berkelanjutan. “Pertanyaannya bukan hanya apakah pemeriksaan tahunan perlu, tetapi juga apakah fasilitas kesehatan siap melayani peningkatan jumlah peserta. Data hasil pemeriksaan juga harus terkelola dengan baik untuk mendukung perencanaan kebijakan kesehatan,” ujarnya.
Supangat menambahkan, bagi masyarakat berpenghasilan rendah, biaya pemeriksaan kesehatan tahunan terasa berat. Karena itu, skema subsidi, asuransi, atau insentif pajak kesehatan dapat menjadi alternatif solusi jika dirancang dengan tepat.
Dalam pandangannya, perguruan tinggi memiliki peluang besar untuk berperan aktif dalam riset kebijakan kesehatan berbasis data. Ia menilai konsep Birthday Check-Up sangat relevan dengan perkembangan smart healthcare dan digitalisasi layanan kesehatan.
“Kampus seperti Untag Surabaya dapat menjadi mitra riset untuk memetakan perilaku masyarakat dan mengukur efektivitas ekonomi program semacam ini. Pemeriksaan rutin bisa menjadi bagian dari sistem kesehatan digital yang efisien dan terintegrasi,” ujar Supangat.
Ia menggambarkan masa depan di mana setiap warga memiliki profil kesehatan digital (health profile) yang dapat diakses secara aman dan digunakan untuk pemantauan serta analisis risiko kesehatan secara berkelanjutan.
Lebih lanjut, Supangat menekankan bahwa Birthday Check-Up bukan hanya soal pemeriksaan kesehatan, tetapi perubahan pola pikir terhadap hidup sehat dan rasa syukur atas usia yang bertambah.
“Jika setiap ulang tahun dijadikan momentum untuk mengevaluasi kondisi fisik dan mental, maka usia bukan lagi sekadar angka, melainkan cermin kualitas hidup yang terjaga,” ujarnya.
Menurutnya, tradisi meniup lilin dan memotong kue bisa dilengkapi dengan satu kebiasaan baru, memeriksakan kesehatan sebagai bentuk rasa syukur atas kehidupan.
Supangat menilai langkah pemerintah melalui program PKG merupakan awal yang baik, namun keberlanjutan dan keterlibatan masyarakat menjadi kunci agar upaya menuju budaya hidup sehat dapat benar-benar terwujud.
“Sudah saatnya masyarakat menjadikan pemeriksaan kesehatan sebagai bagian dari gaya hidup, bukan kewajiban. Dari situlah ekosistem kesehatan yang cerdas dan berkelanjutan dapat terbentuk,” pungkasnya. [ina.wwn]


