28 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Jejak Sejarah Program Gizi di Indonesia

Oleh
Tidor Arif T. Djati
Pemerhati kearsipan ; Ketua Asosiasi Arsiparis Indonesia Wilayah Jawa Timur

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) mulai tahun 2024 sedang dijalankan oleh kabinet Merah Putih. Ada yang menyambutnya sebagai terobosan penting untuk kesehatan generasi muda, ada pula yang mengkritik soal anggaran dan efektivitasnya. Terlepas dari kontroversi praktek di lapangan dalam pemberian MBG, di balik itu semua, program ini memiliki dimensi lain yang jarang disorot. MBG adalah sebuah langkah historis. Suatu saat, MBG akan ditulis oleh generasi mendatang, bukan hanya sebagai laporan pembangunan, tetapi juga berpotensi direkonstruksi dalam buku sejarah. Pertanyaannya, apa yang harus dilakukan pemerintah dalam konteks kearsipan sekarang ini agar MBG benar-benar tercatat sebagai bagian dari memori bangsa?

Jejak Sejarah Program Gizi di Indonesia
Sejatinya, MBG bukanlah hal baru. MBG bisa jadi merupakan replikasi inovasi era Orde Baru. Sejak lama pemerintah Indonesia telah berupaya memperbaiki gizi anak-anak Indonesia. Tahun 1970-1980-an, melalui Program Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK. Program ini dilatarbelakangi akibat masyarakat kekurangan protein, vitamin A, yodium, dan anemia gizi. Tahun 1990 pemerintah Orde Baru juga menggulirkan Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS). Sayangnya, program itu tak terdokumentasi dengan baik. Kita kesulitan menemukan data utuh bagaimana kebijakannya, bagaimana dilaksanakan, bagaimana respon keluarga maupun anak-anak saat itu, dan bagaimana evaluasinya. Akibatnya, sejarah gizi di Indonesia lebih banyak diceritakan dari ingatan lisan, bukan dari arsip resmi yang terkelola. Di sinilah program MBG punya keunikan dan kesempatan. Ia lahir di era digital, di mana dokumen harusnya mudah disimpan, diakses, dan didistribusikan. Jika pengelolaan arsipnya dilakukan dengan benar, program MBG bisa menjadi salah satu program pemerintah dengan jejak dokumentasi paling lengkap dalam sejarah Indonesia.

Berita Terkait :  PT Petrokimia Gresik Kirim Bantuan Peduli Erupsi Gunung Semeru Ke Masyarakat Lumajang

Mengapa Arsip Program MBG Penting?
Menurut penuis, ada tiga alasan mendasar mengapa arsip-arsip program MBG perlu diselamatkan dan dilestarikan: (1) MBG melibatkan anggaran triliunan rupiah. Arsip menjadi bukti autentik bagaimana uang negara dikelola. Tanpa arsip, pertanggungjawaban hanya jadi klaim sepihak. Keselamatan arsip adalah bagian dari akuntabilitas pemerintah terhadap program MBG; (2) Generasi berikutnya akan belajar dari pengalaman ini, apakah program MBG berhasil atau gagal, di mana kelemahannya, bagaimana memperbaikinya, serta bagaimana refleksi sejarah dari program sejenis tahun 1970 hingga tahun 1990 era Orde Baru? Itu hanya mungkin ditulis dan direkonstruksi secara obyektif jika arsip tersedia. Ini berarti arsip merupakan alat pembelajaran bagi genarasi muda, sekaligus dapat diketahui kesinambungan atau sebaliknya antara program MBG dengan program UPGK maupun PMT-AS; (3) Arsip adalah jejak sejarah. Arsip MBG akan menceritakan tentang negara yang hadir atau bahkan tentang cerita unik anak-anak sekolah. Jika arsipnya hilang, maka sejarah kehilangan salah satu bab pentingnya. Ini artinya arsip adalah memori koletikf bangsa.

Apa yang Harus Dilakukan Pemerintah?
Beberapa hal penting yang kiranya dapat dilakukan pemerintah antara lain: Pertama, pemerintah melalui Arsip Nasional RI perlu menjamin kebijakan kearsipan nasional dijalankan dalam program MBG ini. Lembaga pengambil kebijakan, pelaksana program MBG menciptakan dan menyelamatkan setiap arsip-arsip terkait kebijakan, pelaksanaan, manajemen MBG, laporan, hingga catatan teknis pelaksanaan program MBG harus diarsipkan sesuai kaidah Undang-undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan dan peraturan turunannya. Arsip Nasional RI (ANRI) harus aktif terlibat didalamnya. Sementara itu lembaga kearsipan daerh juga sudah harus menyiapkan diri melakukan penguatan ke dalam untuk merespon program nasional tersebut di level daerah. Kedua, perlunya menyimpan arsip testimoni dan konteks sosial. Tidak cukup hanya menyimpan dokumen resmi. Suara anak-anak, guru, dan orang tua juga harus terekam. Ini bisa berupa wawancara, catatan guru, hingga rekaman sederhana di sekolah. Ketiga, membangun repositori digital program MBG dengan mendorong dan menguatkan informasi program MBG melalui pusat data yang bisa diakses publik. Dengan begitu, transparansi dapat terjaga dan generasi mendatang mudah mengakses sebagai bahan penelitian. Keempat, mengarahkan sekolah untuk mengelola arsip internalnya. Setiap sekolah bisa memiliki catatan ata laporan dan dokumentasi kegiatan makan bersama. Arsip kecil seperti ini kelak bisa menjadi bahan sejarah lokal yang bernilai. Kelima, mendorong mitra kerja pelaksana program MBG yang mendapatkan dana program MBG wajib menciptakan, menyimpan dan menyelamatkan arsip-arsip yang terkait kemitraan program MBG. Karena setiap kegiatan lembaga apapun yang dibiayai dari anggaran negara, arsipnys harus diperlakukan sebagai arsip negara. Jika arsip bernilai itu disimpan dan dilestarikan, generasi mendatang akan melihat MBG bukan hanya sebagai angka-angka, melainkan sebagai kisah nyata tentang negara yang berusaha menyehatkan anak-anak negeri.

Berita Terkait :  Dua Raperda Disetujui, Pemkot Probolinggo Perkuat Sinergi Eksekutif–Legislatif

Menghadapi Kritik dan Protes.
Program MBG memang menuai kritik. Ada yang menilai biayanya terlalu besar, ada yang khawatir kualitas makanan tidak konsisten, ada pula yang menyoroti distribusi yang tidak merata. Bahkan sebagian siswa disebut-sebut kurang suka dengan menu tertentu. Kritik itu wajar. Setiap kebijakan besar selalu menghadapi resistensi. Yang penting, semua rekaman kritik itu disimpan atau sebagian menyebut diarsipkan. Arsip tidak hanya berisi prestasi, pujian, tetapi juga perdebatan, bahkan kegagalan. Dari sana, kita bisa melihat dinamika sosial yang lebih utuh. Jika suatu saat program MBG dihentikan atau diubah, arsiplah yang akan menjelaskan alasannya. Dengan demikian, sejarah tidak terputus, dan generasi mendatang tidak perlu mengulang kesalahan yang sama. Jika dalam implementasi program MBG yang diuntungkan secara langsung adalah pelaksana program, siswa, orang tua, maupun jasa catering, maka dalam perspektif kearsipan yang paling diuntungkan adalah bangsa secara keseluruha. Mengapa? Karena dengan pendokumentasi arsip secara baik, Indonesia akan memiliki memori kolektif tentang bagaimana negara mengelola kesehatan generasi mudanya.

Penutup
Makan Bergizi Gratis adalah program besar kabinet Merah Putih yang akan selalu menjadi bahan perbincangan. Bisa jadi suatu saat ia dipuji sebagai tonggak sejarah, bisa juga dikritik sebagai program replikasi inovasi yang gagal. Namun yang lebih penting dari itu apakah jejaknya tersimpan dengan baik atau tidak. Sejarah mencatat banyak program besar di Indonesia yang hilang dari ingatan karena arsipnya tak terkelola dengan baik. Jangan sampai MBG bernasib sama. Pemerintah harus sadar, memberi makan bergizi pada anak-anak hari ini memang penting, tetapi memberi arsip yang utuh untuk generasi esok tidak kalah lebih penting. Dengan begitu, MBG bukan hanya memberi makan bergizi bagi tubuh, tetapi juga memberi gizi esok hari bagi memori bangsa.

Berita Terkait :  Danrem 082/CPYJ Pimpin Serah Terima Dandim 0814/Jombang

———- *** ————

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru