33 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Revolusi EBT Hibrida, Kunci Peningkatan Pendapatan Petani Jagung Kabupaten Nganjuk


Nganjuk, Bhirawa
Hamparan jagung berwarna kuning yang menjadi ciri khas pertanian Nganjuk yang sedang mengalami revolusi senyap. Tanaman jagung di sawah kering yang luas, jenis panen baru sedang berlangsung-panen energi, bukan hanya pangan. Para petani, yang selama ini bergantung pada bahan bakar fosil yang mudah menguap dan mahal, semakin beralih ke panel surya dan turbin angin untuk menggerakkan operasional mereka, menciptakan masa depan yang lebih tangguh, berkelanjutan, dan menguntungkan bagi landasan pertanian Nganjuk.

Motivasinya sederhana, pertanian jagung modern sangat boros energi. Dari penanaman dan pemupukan hingga irigasi dan panen, setiap langkah prosesnya bergantung pada listrik, yang sebagian besar dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil. Hal ini tidak hanya berkontribusi pada emisi gas rumah kaca dan perubahan iklim, tetapi juga membuat petani terpapar fluktuasi pasar harga bahan bakar dan listrik yang tak terduga. Sistem irigasi tunggal, misalnya, dapat menguras energi secara besar-besaran, dan biaya operasionalnya dapat menjadi pembeda antara musim yang menguntungkan dan yang tidak menguntungkan.

Di sinilah energi terbarukan mengubah permainan. Dengan memanfaatkan matahari dan angin, para petani memutus hubungan dengan sumber daya listrik tradisional, sehingga memperoleh kemandirian energi dan stabilitas keuangan.

Penerapan energi hibrida dari tenaga surya dan angin yang melimpah di wilayah kabupaten Nganjuk ini didampingi oleh Tim Pelaksana Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PkM) dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya yang didukung pendanaan Hibah DPPM Kemdiktisaintek tahun anggaran 2025.

Berita Terkait :  BFF Dorong Peningkatan Ekonomi Melalui Produk Fashion

Tim yang terdiri dari Drs. Y.B. Agung Prasaja, M.Hum., Aris Heri Andryawan, ST., M.T., dan Dr. I Made Kastiawan, S.T., M.T. telah melakukan pelatihan dan pendampingan untuk merubah mindset petani jagung di Nganjuk agar memanfaatkan EBT guna peningkatan pendapatan para petani.

Meskipun tenaga surya dan angin menawarkan manfaat yang signifikan, solusi paling efektif bagi banyak pertanian adalah sistem hibrida yang menggabungkan keduanya. Panel surya mencapai puncaknya pada jam-jam tercerah di siang hari, yang seringkali bertepatan dengan kebutuhan energi terbesar untuk menjalankan pompa irigasi. Sebaliknya, turbin angin dapat menghasilkan listrik sepanjang waktu, termasuk di malam hari atau pada hari berawan ketika produksi surya rendah. Hubungan yang saling melengkapi ini memastikan pasokan energi yang lebih konsisten dan andal, mengurangi kebutuhan akan sistem penyimpanan baterai yang mahal, dan menjamin pasokan listrik saat paling dibutuhkan.

Para petani semakin kreatif dalam mengintegrasikan teknologi-teknologi ini. Alih-alih mengorbankan lahan pertanian yang berharga, mereka memasang panel surya di atap lumbung, gudang peralatan, dan di sepanjang batas properti. Turbin angin, yang seringkali ditempatkan di area pertanian yang kurang produktif, dapat menjadi penanda visual pendekatan pertanian baru yang lebih ramah lingkungan. Beberapa desain inovatif bahkan mengeksplorasi “agrivoltaik,” di mana panel surya ditinggikan cukup tinggi agar tanaman dapat tumbuh di bawahnya, menciptakan hubungan simbiosis yang memberikan naungan bagi tanaman dan pemanfaatan lahan untuk tujuan ganda.

Berita Terkait :  Bupati Mojokerto Muhammad Al Barra Dukung Pengembangan UMKM Bazar Ramadan Desa Pungging

Manfaat finansial dari transisi ini sangat menarik. Meskipun investasi awal dalam teknologi surya dan angin bisa sangat besar, penghematan jangka panjangnya sangat besar. Petani tidak perlu lagi khawatir tentang fluktuasi harga solar atau kenaikan tagihan listrik. Seiring waktu, sistem ini dapat menghasilkan keuntungan sendiri, dengan beberapa analisis menunjukkan periode pengembalian modal hanya beberapa tahun, terutama dengan hibah dan subsidi pemerintah yang tersedia. Selain penghematan langsung, energi terbarukan menyediakan aliran pendapatan baru yang beragam. Petani dapat menjual kelebihan daya kembali ke jaringan listrik, mengubah lahan mereka menjadi aset penghasil listrik selain penghasil pangan.

Bermitra dengan Kelompok Tani “Agro Lestari” pelaksana PkM-DPPM 2025 ini juga mengembangkan konsep agrosociopreneur, Dimana pasokan listrik yang dihasilkan dalam program ini dapat dimanfaatkan bagi petani sekitar lahan terpasang teknologi tepat gun aini untuk menggerakkan pompa air dan peralatan pertanian lainnya seperti alat penyemprot elektrik, pengusir hama tikus dan alat pengawasan dan control tanaman. Ke depan pelaksana PkM juga akan mengenalkan inovasi alat pertanian yang dapat dikendalikan dari jarak jauh.

Lebih lanjut, energi terbarukan dapat meningkatkan efisiensi operasional pertanian secara keseluruhan. Misalnya, sumber daya yang andal memungkinkan penggunaan teknologi yang lebih canggih, seperti peralatan pertanian presisi yang mengoptimalkan penggunaan air dan pupuk, yang selanjutnya mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan hasil panen.

Berita Terkait :  Jajaran Polres Situbondo Tindaklanjuti Minyak Goreng Berharga Murah

Terlepas dari keuntungan yang jelas, jalan menuju adopsi yang meluas bukannya tanpa tantangan. Biaya awal yang tinggi merupakan kendala utama bagi banyak petani, dan menavigasi lanskap insentif pemerintah serta opsi pembiayaan yang kompleks dapat menjadi tantangan tersendiri. Terdapat pula konflik tata guna lahan yang perlu dipertimbangkan, karena beberapa kelompok tani khawatir lahan pertanian akan dikonversi menjadi “ladang” surya, alih-alih ladang tanaman pangan. Namun, gerakan agrivoltaik berupaya mengatasi hal ini, menunjukkan bahwa produksi energi dan produksi pangan dapat hidup berdampingan dan bahkan saling melengkapi. [why]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru