Pemkot Mojokerto, Bhirawa
Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari mengatakan, Kota Mojokerto ini wilayahnya kecil, 57 % adalah pemukiman penduduk. Sehingga sentra industri besar hampir tidak ada.
Karena itu Koperasi yang berada di level akar rumput bisa tumbuh besar seperti PT atau CV. Karena Koperasi ini sebenarnya seperti PT yang go publik, pemiliknya banyak yaitu semua anggota. Demikian antara lain disampaikan Wali Kota Ning Ita saat membuka pelatihan SKKNI di Plut Maja Karya Kinarya, Kamis (11/9).
Selain itu Ning Ita juga menegaskan komitmennya dalam memperkuat gerakan koperasi di Kota Mojokerto dengan kembali mengalokasikan anggaran untuk pelatihan SKKNI bagi para pengurus koperasi.
“Setiap tahun kami selalu mengalokasikan anggaran untuk pelatihan SKKNI ini. Ini adalah bentuk kepedulian saya terhadap gerakan koperasi di Kota Mojokerto. Itulah kenapa dalam beberapa tahun berturut-turut saya dinobatkan sebagai Pembina Koperasi Terbaik. Karena saya benar-benar ingin koperasi bisa berdiri setara dengan badan-badan usaha lainnya,” kata Ning Ita sapaan akrab wali kota.
Lebih lanjut ia menjelaskan, kondisi struktur ekonomi Kota Mojokerto yang terbatas justru membuat keberadaan koperasi menjadi sangat strategis.
Saat ini, 32% struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Mojokerto didominasi oleh sektor perdagangan, disusul jasa, transportasi-akomodasi, dan jasa konstruksi. Namun, minimnya lahan dan keterbatasan aksesibilitas membuat investor besar sulit menanamkan modal di Kota Mojokerto.
“Kota kita ini kecil, 57% wilayahnya adalah permukiman, sehingga sentra industri atau perdagangan besar hampir tidak ada. Saya sering ditawari teman-teman investor, tapi selalu terkendala lahan dan aksesibilitas. Karena itu saya ingin koperasi yang ada di level akar rumput bisa tumbuh besar, setara dengan PT atau CV. Karena koperasi ini sebenarnya sama seperti PT go public, pemiliknya banyak, yaitu para anggota,” terangnya.
Selama ini, menurut Ning Ita, koperasi yang berkembang pesat biasanya adalah koperasi karyawan di sebuah perusahaan karena memiliki dukungan modal kuat dan diversifikasi usaha. Sementara koperasi di kelompok masyarakat akar rumput masih cenderung kecil dan terbatas pada unit simpan pinjam.
“Fokus saya justru koperasi-koperasi di level grass root seperti panjenengan ini. Agar punya semangat untuk menjadi badan usaha dengan omset besar, sehingga kekuatan ekonomi bisa merata dimiliki masyarakat. Karena pemilik sahamnya adalah anggota sendiri,” tegasnya.
Ia pun mengingatkan bahwa pelatihan SKKNI bukan akhir, melainkan awal. “Setelah ikut pelatihan ini, panjenengan harus ikut uji kompetensi. Kalau sudah punya sertifikat uji kompetensi, barulah layak untuk mendapatkan izin usaha. Jadi jangan hanya berhenti di pelatihannya saja,” pesan Ning Ita.
Melalui pelatihan SKKNI yang secara rutin diselenggarakan Pemkot Mojokerto setiap tahun, ia berharap kualitas sumber daya manusia pengurus koperasi semakin profesional, kompeten, dan mampu menjadikan koperasi sebagai kekuatan ekonomi rakyat yang sesungguhnya.(min,oky.gat)


