Pemprov, Bhirawa
Program Sekolah Rakyat (SR) di Provinsi Jawa Timur terus berkembang. Pada bulan September ini, Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan menambah satu klaster baru, yakni klaster 1C, di tujuh lokasi baru. Dengan penambahan ini, total Sekolah Rakyat di Jawa Timur mencapai 26 lokasi yang tersebar di berbagai kabupaten/kota.
Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur Restu Novi Widiani menyampaikan penambahan ini menunjukkan komitmen kuat Pemprov Jatim dalam mendukung program nasional untuk menekan angka putus sekolah di kalangan anak-anak dari keluarga kurang mampu.
“Dengan tambahan klaster 1C ini, maka Jawa Timur akan memiliki 26 Sekolah Rakyat. Ini merupakan kontribusi terbesar dari seluruh provinsi di Indonesia,” ujar Novi.
Hingga kini, jumlah siswa yang terdata untuk 1A, 1B dan 1C mencapai 2.395 siswa, dengan rincian 15 rombel SD, 35 rombel SMP, dan 48 rombel SMA. Masing-masing rombel menampung 25 siswa. Para siswa yang masuk dalam program ini merupakan anak-anak dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), khususnya kategori desil 1 dan 2.
Program ini mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat, termasuk Presiden, yang meminta agar anak-anak usia SD juga mendapatkan akses lebih besar. Maka dari itu, pengembangan tahap 1C difokuskan juga pada perekrutan siswa usia sekolah dasar.
Beberapa kabupaten baru yang bergabung dalam klaster 1C antara lain Kabupaten Sumenep, Kabupaten Malang, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Bangkalan.
Selain itu, beberapa kabupaten yang sudah terlibat atau pengembangan sebelumnya seperti Banyuwangi, Pacitan, dan Pasuruan juga mendapatkan perluasan lokasi baru.
Sebagaimana diketahui, lokasi milik Pemprov, beberapa fasilitas digunakan sebagai tempat pelaksanaan SR, di antaranya UPT PSPA Batu, SMK Maritim Lamongan, Balai Latihan Kerja Disnaker di Singosari, Kabupaten Malang
Kadinsos Jatim juga menambahkan bahwa proses penyelesaian gedung di beberapa lokasi masih dalam tahap finishing. “Kami masih menunggu penyelesaian SPK bangunan. Contohnya di Kabupaten Malang, SPK berakhir pada 22 September. Kami berharap proses ini bisa dipercepat agar siswa bisa segera memulai kegiatan belajar seperti di klaster 1A dan 1B,” jelasnya.
Novi menegaskan bahwa SR adalah solusi nyata untuk menjangkau anak-anak yang hampir putus sekolah. Banyak siswa berasal dari keluarga tidak mampu, dan tidak sedikit dari mereka yang sebelumnya telah kehilangan harapan untuk melanjutkan pendidikan.
“Ada anak yang bilang lebih baik adiknya saja yang sekolah karena orang tua tidak mampu. Tapi setelah ada SR, mereka punya harapan baru. Bahkan sekarang mereka punya cita-cita besar, seperti jadi pengusaha atau pemimpin perusahaan,” katanya.
Program ini tidak hanya dijalankan oleh Dinsos, tetapi juga melibatkan berbagai pihak Dinas Pendidikan, SDM PKH untuk proses penjaringan siswa, Kerjasama dengan Polres untuk pendidikan kedisiplinan, Lembaga kesehatan sosial anak untuk pendampingan psikososial
Bahkan provinsi juga menugaskan pejabat Dinsos, termasuk kepala UPT, untuk melakukan monitoring ke lokasi-lokasi SR guna memastikan keamanan, fasilitas, dan kenyamanan siswa.
“Guru-guru yang mengajar di SR ini adalah guru pilihan. Mereka bukan hanya pendidik, tapi juga punya rasa sosial tinggi. Ini adalah dunia baru bagi mereka, dan mereka menjalankannya dengan hati,” ujar Kadinsos.
Siswa SR juga dibekali kebutuhan dasar, seperti Seragam (diperkirakan mulai didistribusi September), Alat mandi, handuk, perlengkapan pribadi lainnya, Bantuan belajar dari Kemensos dan dinas sosial daerah.
Orang tua siswa mengaku sangat terbantu dengan adanya program ini karena tidak lagi harus memikirkan biaya transportasi atau uang jajan anak. “Ini adalah program nasional yang mengurangi beban hidup ibu-ibu. Mereka kini bisa fokus mendampingi anak-anak yang sebelumnya hampir kehilangan harapan,” pungkasnya. [rac.kt]


