Kab Probolinggo, Bhirawa
Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyelenggarakan Festival Mangrove ke-VII sebagai rangkaian Hari Mangrove Sedunia ke-X, dengan semangat Sedekah Oksigen untuk Masa Depan yang digelar di Pantai Bahak, Desa Curahdringu, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo, Selasa (19/8), sebagai wahana edukasi komunitas dan langkah nyata konservasi pesisir.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan, festival ini mendorong warga dari berbagai usia untuk ikut serta aktif melestarikan mangrove. Menurutnya, menanam mangrove bukan sekadar penanaman pohon, tetapi sedekah oksigen untuk kehidupan.
Gubernur Khofifah menekankan pentingnya mangrove tidak hanya untuk menjaga keseimbangan lingkungan, tetapi juga mendukung ketahanan pangan dan ekonomi pesisir. ”Kalau mangrove ditanam, ikan akan datang. Ini bukan hanya urusan ekologi, tetapi juga kesejahteraan masyarakat pesisir,” tambahnya.
Sebagai bentuk komitmen, pada Festival Mangrove ke – VII kali ini dan kedepannya, Gubernur melakukan penanaman sebanyak 17.845 bibit mangrove di kawasan Pantai Bahak. Jumlah ini dipilih untuk merefleksikan semangat kemerdekaan Indonesia, yakni tanggal 17 Agustus 1945.
Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan Pemprov Jatim, Dr Ir Jumadi mengatakan, hingga kini luas tutupan mangrove di provinsi ini mengalami peningkatan signifikan, dari kisaran 44-46% menjadi 48,38%. ”Kalau mangrove ditanam, ikan akan datang. Maka, ini bukan hanya urusan ekologi, tetapi juga kesejahteraan masyarakat pesisir,” ujarnya.
”Jika ditotal, ada sekitar 14 juta batang pohon mangrove yang ditargetkan tertanam sampai 2029. Ini bagian dari gerakan bersama untuk menegakkan komitmen menjaga pesisir,” terang Jumadi.
Tak hanya itu, kerja sama internasional juga menyasar bidang peningkatan kapasitas masyarakat. Pada September mendatang, dua kelompok masyarakat dari Jawa Timur akan diberangkatkan ke Filipina untuk mengikuti pelatihan pengelolaan mangrove, termasuk pemberdayaan kelompok ibu-ibu pesisir.
Festival yang dirangkai dengan penanaman bibit mangrove, pelepasan kepiting bakau, hingga pameran produk olahan berbasis mangrove ini sekaligus menegaskan peran Jawa Timur sebagai laboratorium mangrove terbesar di Pulau Jawa. Dengan lebih dari 30 spesies mangrove hidup di wilayah ini, Jawa Timur diharapkan menjadi rujukan edukasi konservasi tingkat nasional bahkan internasional.
Komitmen konservasi mangrove di Jawa Timur juga mendapat dukungan dari berbagai mitra, baik dalam negeri maupun internasional. Yayasan Gajah Sumatera (Yagasu), misalnya, menyiapkan program penanaman 1 juta pohon per tahun dari total target 4 juta batang hingga 2029.
Selain itu, ada pula dukungan dana investasi karbon dari Perancis, hibah dari Amerika Serikat untuk menanam 10 juta batang mangrove dalam lima tahun, serta kontribusi Jepang, Singapura, hingga Tiongkok. [fir.fen]


