Oleh.
M. Fadeli
Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Fisip Ubhara Surabaya, Pelatih Gerakan Pramuka
Setiap tanggal 14 Agustus Gerakan Pramuka merayakan hari kelahirannya. Tahun ini Gerakan Pramuka merayakan hari ulang tahun ke 65, dengan tema “kolaborasi untuk membangun ketahanan bangsa”. Sejalan dengan tema tersebut ada pertanyaan mendasar di era kekinian apakah masih relevan kegiatan Pramuka dalam bentuk tali-temali, berkemah, semaphore, morse, baris berbaris, permainan, bernyanyi, menari dan lain-lain untuk membentuk ketahanan bangsa ?.
Sejak tanggal 14 Agustus 1961 Pramuka merupakan satu-satunya organisasi nonformal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan di Indonesia. Secara historis organisasi kepanduan telah berkembang pesat sejak zaman Hindia Belanda tahun 1912. Kemudian perkembangan organisasi kepanduan di indonesia hingga menjadi 100 organisasi terhimpun dalam Perhimpunan Kepanduan Indonesia atau Perkindo. Pada khirnya semua organisasi kepanduan meleburkan diri menjadi organisasi Gerakan Pramuka melalui surat keputusan Presiden Soekarno Nomor 238 Tahun 1961 dengan ketua Kwartir Nasioanal Gerakan Pramuka pertama adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Gerakan Pramuka sebagai organisasi kepanduan merancang dan membentuk karakter generasi muda dengan semangat nilai-nilai kebangsaan. guna mewujudkan generasi muda berkarakter. Melalui pendekatan metode kepramukaan yaitu pengamalan kode kehormatan, belajar ambil melakukan, kegiatan berkelompok, brkerjasama dan berkompetisi, kegiatan menarik dan menantang, kegiatan di alam terbuka, kehadiran orang dewasa dalam memberikan bimbingan dorongan dan dukungan, penghargaan tanda kecakapan serta satuan terpisah antara putera dan puteri (baca pasal 12 UU Gerakan Pramuka No 12 tahun 2010)
Kegiatan Pramuka dilakukan di alam terbuka bersifat menarik menyenangkan sehingga melahirkan postur seorang Pramuka memiliki kecerdasan Sesosif yaitu spiritual, emosiaonal, sosial, intelektual, dan fisik.
Hal ini sangat relevan terhadap tantangan yang dihadapi anggota Pramuka kususnya generasi Z dalam menghadapi problem kesehatan mental, siber bulliying, keterhubungan dengan media sosial berlebihan, tekanan finansial, disrupsi akibat perkembangan teknologi dan lain sebaginya. Sehingga tantangan kedepan tidak hanya membutuhkan kecerdasan intelektual akan tetapi Gerakan Pramuka menyiapkan generasi muda untuk memiliki kecerdasan sosial, emosional dan spiritual.
Bahwa kegiatan Pramuka dalam bentuk tali-temali, berkemah, semaphore, morse, baris berbaris, permainan, bernyanyi, menari terkesan sangat ketinggalan zaman dan kurang menarik. Akan tetapi perlu disadari bentuk kegiatan tersebut bermakna filosofis dan merupakan sarana atau alat. Sarana membentuk mental disiplin dan tanggungjawab, leadership, kerjasama, kemandirian dan kepedulian sosial. Dalam konteks ini kegiatan-kegiatan dimaksud masih relefan untuk menunjang kemampuan self management, collaboration skill, project management dan sustainability mindset.
Beberapa tahun kedepan Indonesia akan menghadapi fenomena bonus demografi tepatnya tahun 2030 hingga 2040 dimana jumlah usia produktif akan lebih besar dari usia tidak produktif. Hal ini menjadi tantangan dan peluang bagi bangsa Indonesia, disinilah Gerakan Pramuka harus hadir ikut menjawab tantangan bersama elemen masyarakat lainnya. Disamping menyiapkan generasi muda berkarekter kuat dalam menghadapi zaman juga memiliki kecakapan hidup sesuai kebutuhan zamannya. Selain peroalan bonus demografi bangsa indonesia tengah menghadapi anomali cuaca yang mengakibatkan menurunnya produktifitas hasil pertanian, krisis pangan global akibat perang, juga masih adanya ketergantungan impor beberapa komiditi. Gerakan Pramuka tidak bisa hanya berpangku tangan menutup mata. Kehadiran Gerakan Pramuka sangat dibutuhkan untuk menyokong ketahanan pangan menuju ketahanan bangsa.
Persoalan ketahanan bangsa tidak terlepas ketahanan pangan bahkan Presiden Prabowo mengatakan pada saat rapat di kementrian pertanian ” masalah pangan adalah masalah kedaulatan”. Kedaulatan pangan dapat terwujud jika masyarakatnya memiliki kemandirian. Karakteristik Pramuka memiliki kemandirian yang kuat harus sejalan dengan upaya kemandirian pangan. Artinya secara organisasi Gerakan Pramuka tidak hanya menggantungkan anggaran dari APBN, APBD saja akan tetapi memiliki kemandirian sumber pendanaan atau kemandirian finansial.
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga baik jumlah maupun kualitasnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut gerakan pramuka harus hadir sebagai institusi yang memiliki jaringan dari tingkat pusat hingga ke sekolah, gugus depan. Apakah bentuk kontribusi tersebut, misalnya bekerjasama dengan pemerintah setempat, BUMN, BUMD serta stakeholder lainnya untuk mengelola lahan-lahan kosong kegiatan budidaya dan pemberdayaan.
Secara operasional kegiatan Kepramukaan mengarah kemadirian keluarga atau komunitas, kelompok. Konsep kemandirian keluarga adalah setiap anggota pramuka mampu memanfaatkan lahan sela sekitar rumah untuk kegiatan budidaya pemberdayaan cukup 5 polybag, 2 ayam petelur misalnya. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian dengan menanam sayuran, holtikultura, sedangkan untuk memenuhi karbohidrat menanam buah-buahan dan untuk memenuhi protein memelihara ikan lele atau ayam petelur.
Sedangkan konsep kemandirian komunitas dapat diwujudkan dalam kegiatan di gugus depan atau sekolah. Masing-masing gugus depan atau sekolah dapat memanfaatkan lahan kosong, untuk kegiatan budidaya dan pemberdayaan. Dalam bentuk urban farming, hidroponik, aquaponik, kebun momunitas, memanfaatkan teknologi sederhana tepat guna. Kegiatan pengawetan makanan, inovasi produk-produk hasil pertanian, kemampuan mengolah sampah zero weste, wirausaha berbasis digital, e commerce branding lokal dan lain-lain.
Sehingga kegiatan kepramukaan akan lebih variatif dan solutif, selain memiliki nilai edukasi terhadap Dasa Dhama kedua cinta alam dan kasih sayang sesama manusia. Jika memiliki kelebihan produksi akan dijadikan kegiatan wirausaha mandiri untuk menyokong makan bergizi gratis (MBG). Gerakan ketahanan pangan oleh Gerakan Pramuka jika dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan serta massif bukan tidak mungkin akan menjadi pilot projek ketahanan pangan bagi organisasi lainnya. Hal ini akan menjadi gerakan kesadaran membangun ketahanan bangsa sesuai tema HUT Pramuka ke 64 tahun 2025, “kolaborasi untuk membangun ketahanan bangsa”.
———— *** ————–


