28 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Faktor Perubahan Iklim, Produksi Garam di Kota Pasuruan Turun

Kota Pasuruan, Bhirawa
Perubahan iklim membuat dampak besar terhadap petani garam di Kota Pasuruan. Buktinya, hingga pertengahan Juli 2025, produksi garam belum menunjukkan tren stabil.

Ketua Himpunan Masyarakat Petani Garam (HMPG) Kota Pasuruan, Abdus Somad menyatakan faktornya adalah musim kemarau masih turun hujan. Sehingga, hasil produksinya tidak maksimal.

Biasanya, mulai bulan Juni petani garam mulai mempersiapkan lahan hingga mengatur sirkulasi air laut. Kemudian, bulan Juli petani sudah bisa panen garam. Namun, hingga bulan pertengahan bulan Juli, baru beberapa petani yang sudah panen.

“Bisa di lihat pekan-pekan kemarin itu mendadak cuaca tak menentu, terkadang panas lalu hujan deras. Bila dihitung saat ini sudah masuk musim kemarau. Dan asumsinya kemarau berjalan enam bulan. Tapi, ini cuacanya berbeda,” tandas Abdus Somad, Senin (28/7).

Berdasarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hasil prediksi curah hujan bulanan menunjukkan anomali curah hujan terjadi sejak Mei 2025. Kondisi ini diprediksi terjadi hingga bulan Oktober 2025.

Menurutnya, kalau cuaca normal, pada bulan Juli panen garam sudah mulai stabil. Untuk lahan seluas 50×18 meter, misalnya, petani garam bisa memanen garam dengan berat total 7 sampai 8 ton.

“Dahulu bulan Juni turun, awal bulan Juli produksi garam sudah melimpah. Tapi saat ini karena terhambat cuaca akhirnya masih lesu. Untungnya, harga di pasaran kini masih lumayan,” imbuh Abdus Somad.

Berita Terkait :  Sumenep Tercatat Sebagai Daerah Berkinerja Sangat Memuaskan

Salah satu petani garam di Kelurahan Panggungrejo, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan, Miftahul membenarkan hal itu. Menurut Mifta, ia sudah memulai produksi garam sejak awal bulan Mei lalu.

Lahannya memang sudah panen, namun jumlahnya kecil. Dirinya mengaku, proses produksinya memakan waktu hingga 2,5 bulan di lahan 52×18 meter.

Bulan Mei mulai produksi, bulan Juli baru panen. Hasilnya pun hanya 5 ton. Padahal, di lahan yang dia kerjakan, produksi garam biasanya 7 hingga 20 hari dengan hasil 7-8 ton tiap panen.

“Penyebabnya adalah hujan. Biasanya saya 20 hari sudah bisa panen. Ini 2,5 bulan baru panen satu kali,” kata Mifta. [hil.kt]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru