25 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Wilayah Ditentukan Sejarah

Oleh:
Sihabuddin
Penulis adalah Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta.

Setiap daerah di bumi ini mulai dari benua, sub benua, negara, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, desa, dusun, RW hingga RT memiliki wilayah sebagai pemisah antara satu daerah dengan daerah lain sebagai satu kesatuan geografis dan unsur-unsur terkait di dalamnya. Daerah dan wilayah merupakan istilah yang sering digunakan secara bersamaan untuk membahas suatu lokasi. Bisa dikatakan daerah dan wilayah adalah serupa tapi berbeda. Daerah lebih menekankan pada aspek administratif dan kewenangan pemerintah, sementara wilayah merujuk pada area geografis yang memiliki karakter tertentu. Maka dari itu, berbicara daerah maka akan berbicara struktur pemerintahan yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengelola suatu wilayah. Sedangkan jika berbicara wilayah maka akan berbicara kondisi fisik geografis (gunung, Pantai, pulau dan sebagainya), sosial budaya (suku, Bahasa, adat dan sebagainya) dan ekonomi (wilayah pertanian, peraiaran, industri dan sebagainya).

Setiap tempat memiliki daerah kewenangan yang ditentukan oleh wilayah yang batas-batasnya banyak ditentukan oleh sejarah. Bisa dikatakan sejarah adalah penentu banyak wilayah. Tidak bisa dipungkiri banyak daerah yang wilayahnya berdasarkan sejarah. Maka tidak heran berita yang sempat viral beberapa waktu lalu tentang empat pulau (Pulau Panjang, Pulau Lipan, Pulau Mangkir Gadang dan Pulau Mangkir Ketek) di Provinsi Aceh yang sempat menjadi polemik dengan Provinsi Sumatera Utara dengan alasan wilayah yang lebih dekat ke Sumatera Utara, akhirnya dikembalikan lagi ke Provinsi Aceh dengan alasan sejarah yang kuat dan peta lama yang menunjukan keempat pulau tersebut milik Provinsi Aceh.

Berita Terkait :  Gelar Deklarasi Pemilihan Damai, Minta Semua Paslon Patuhi Aturan

Tidak hanya kasus tentang kepemilikan empat pulau di Aceh yang berdasarkan sejarah. Indonesia sendiri dengan wilayahnya yang membentang dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote juga ditentukan oleh sejarah berdasarkan wilayah bekas jajahan Belanda. Itulah kenapa Kepulauan Natuna yang diapit oleh Malaysia Barat dan Malaysia Timur yang secara geografis lebih dekat ke Malaysia tapi bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia karena wilayah tersebut seperti wilayah Indonesia lainnya, sama-sama dijajah Belanda. Tidak hanya itu, Kepulauan Andanam dan Nikobar yang jaraknya hanya 150 kilometer dari Pulau Rondo di Provinsi Aceh tapi malah masuk wilayah negara India yang berjarak kurang lebih 1600 kilometer dari daratan utama India, tidak lain jawabannya karena faktor sejarah, wilayah tersebut pernah menjadi koloni Inggris hingga akhirnya diserahkan ke India.

Beberapa puluh tahun lalu Indonesia pernah bersengketa dengan Malaysia tentang kepemilikan Pulau Ligitan dan Pulau Sipadan di selat Makasar di perairan Kalimantan Timur yang akhirnya pada tahun 2002 kedua pulau tersebut oleh mahkamah internasional dinyatakan milik Malaysia dengan alasan Malaysia memiliki bukti arsip sejarah lebih kuat terkait Pulau Sipadan dan Ligitan, bahwa Inggris yang pernah menjajah Malaysia telah melakukan pendudukan efektif atas kedua Pulau tersebut. Sengketa terhadap kedua pulau tersebut juga disebabkan kesalahan sejarah yang mana Inggris dan Belanda tidak membuat batas wilayah yang jelas di perairan timur Kalimantan sehingga kepemilikan kedua pulau tersebut menjadi tidak jelas setelah Indonesia dan Malaysia merdeka.

Berita Terkait :  Support BPBD Jatim Berbuah Tim Bola Voli Pantai Jatim Maju Perempat Final

Sejarah antara Belanda dan Inggris di masa lalu yang tidak menyepakati batas wilayah yang jelas di Kalimantan Timur bukanlah satu-satunya kasus. Indonesia dan Timor Leste sampai saat ini masih bersengketa masalah perbatasan di wilayah perbatasan laut di sekitar Oecusse. Menurut cacatan sejarah, Belanda yang mengusai Indonesia dan Portugis yang mengusai Timor Leste menorehkan kurangnya perjanjian batas yang jelas dan rinci pada masa penjajahan sehingga memunculkan persepsi yang berbeda antara kedua negara. Namun secara umum tidak ada masalah perbatasan saat Timor Leste dinyatakan merdeka dari Indonesia sebab sudah mengacu pada sejarah kolonialisme bangsa Eropa di kedua negara tersebut. Seperti halnya Kepulauan Cocos yang terletak di selatan Pulau Jawa yang masuk wilayah Australia meskipun jauh lebih dekat ke Indonesia secara geografis dan budaya, hal ini karena kepulauan tersebut dijajah Inggris di masa lalu.

Di dalam negeri Indonesia sendiri, sejarah menjadi penentu batas beberapa wilayah antar provinsi meskipun secara geografis wilayah tersebut lebih dekat ke wilayah provinsi lain namun tetap dimasukan ke wilayah administrasi yang lebih kuat bukti sejarahnya. Contohnya adalah Pulau Sakala yang secara geografis berada di utara provinsi Nusa Tenggara Barat dimasukan ke Provinsi Jawa Timur yang jaraknya sangat jauh dari daratan utama provinsi Jawa Timur karena Pulau Sakala termasuk gugusan Kepulauan Kangean yang secara administrasi masuk pada Kabupaten Sumenep Madura dan sejarah mencatat Kepulauan Kangean menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Sumenep yang berpusat di Madura Timur. Konon, pada masa lampau raja-raja Sumenep menjadikan wilayah Kepulauan Kangean sebagai tempat pembuangan bagi orang-orang yang mendapatkan hukuman berat karena kesalahan besar.

Berita Terkait :  Bupati Hamid Tekankan ASN Jalankan Roda Pemerintahan Bersih dan Profesionalisme

Sejarah juga menjadi penentu wilayah negara-negara yang tidak ada hubungannya dengan Indonesia secara geografis. Seperti halnya wilayah Afganistan saat ini yang mengacu pada wilayah yang tidak pernah secara resmi menjadi jajahan negara-negara Eropa di masa lampau sehingga disebut “Kuburan Kekaisaran” karena kemampuannya menolak dominasi asing di wilayahnya. Sedangkan wilayah tetangganya Pakistan mengacu pada wilayah bekas jajahan Inggris yang mayoritas Islam di Asia Selatan. Pada masa penjajahan Pakistan yang mayoritas Islam dan India yang mayoritas Hindu merupakan satu negara yang kemudian dibagi dua negara atas dasar perbedaan agama mayoritas.

Hingga saat ini India Pakistan masih sering berkonflik memperebutkan wilayah Kashmir yang disebabkan kesalahan sejarah. Inggris waktu itu memberikan kebebasan pada Kashmir yang mayoritas Islam namun dipimpin raja Hindu untuk memilih bergabung pada India atau Pakistan. Di sinilah konflik dimulai, raja Kashmir memilih bergabung ke India, namun sebagian warga Kashmir merasa lebih cocok bergabung ke Pakistan dengan alasan kesamaan agama mayoritas, sebagian lagi menginginkan kemerdekaan tidak bergabung ke keduanya. Seandainya di catatan sejarah Inggris menentukan wilayah Kashmir entah itu masuk wilayah Pakistan, India atau tidak bergabung pada keduanya dengan ciri khas yang berbeda dengan keduanya mungkin sejarah tidak akan mencatat konflik berkepanjangan antara kedua negara tersebut. Sejarah benar-benar penentu wilayah.

—————- *** ——————

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru