30 C
Sidoarjo
Saturday, December 6, 2025
spot_img

Kadindik Jatim Berharap Bahan Ajar Bahasa dan Sastra di Kemas Menyenangkan


Dindik Jatim, Bhirawa
Bahasa dan sastra Indonesia tak lepas dari dampak distraksi teknologi yang berkembang pesat. Alhasil, tantangan bahasa dan sastra di Indonesia pun sangat signifikan. Apalagi generasi Z saat ini menggunakan bahasa yang tidak baku atau bahasa ‘kekinian’ untuk mengakrabkan diri.

Tantangan inilah yang harus mampu dikuasi guru bahasa dan sastra Indonesia bagi jenjang SMA. Karenanya, strategi dalam mengembalikan penggunaan bahasa baku, dan pembiasaan bahasa Indonesia dengan benar dikupas Dinas Pendidikan Jawa Timur melalui Bimbingan Teknis Modul Ajar Bahasa Indonesia dan Sastra. Kegiatan ini diikuti 114 guru Bahasa dan Sastra secara bertahap, Selasa (22/7) malam.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Aries Agung Paewai, saat ini bahasa dan sastra perlahan mulai terkikis. Anak-anak tidak lagi menggunakan bahasa baku yang benar. Mereka yang disebut generasi Z (gen Z) lebih memilih menggunakan bahasa kekinian ‘bahasa gaul’ dan singkat-singkat bahkan mencampur adukkan bahasa Inggris dan Indonesia.

“Perkembangan digitalisasi sangat mempengaruhi gaya bahasa anak-anak. Misalnya mantul (mantap betul). Padahal bahasa ini cara berkomunikasi dan bagian dari seni berdiplomasi. Bagaimana menghormati yang lebih tua maupun bagaimana kita menghargai lawan bicara kita,”jelasnya.

Aries mencontohkan, salah satu negara yang saat ini masih mampu menjaga bahasanya adalah Jepang. Mantan Pj Wali Kota Batu ini menilai hingga saat ini Jepang masih sangat menjaga tradisi bahasanya. Bahkan mereka tidak mau menggunakan bahasa lain. Kecuali bahasanya sendiri.

Berita Terkait :  CFD Hari Bhayangkara Ke-79, Masyarakat Manfaatkan Layanan Polres Madiun

“Yang kita hadapi ini media sosial, digitalisasi dan budaya instans berkembang pesat dikeseharian murid. Ini tentu sangat mempengaruhi media media mainstream anak-anak dalam berpikir. Karena mereka mengagung-agungkan bahasa luar negeri. mereka lupa belajar bahasa Indonesia,”tegas Aries.

Jika menarik sejarah, Aries menyebut, banyak peran pejuang dalam menyusun bahasa dan sastra. Bahkan, jika berada pada mata pelajaran dahulu, untuk mengenal bahasa Indonesia para pendidik ataupun pejuang menyusun kata demi kata dengan baku dan mudah diingat hingga hari ini. Sementara untuk karya sastra, banyak karya sastra yang luar biasa bagus dibuat oleh para pujangga terdahulu.

Karenanya, Kadindik kelahiran Makassar ini menyebut, tantangan hari ini harusnya bisa ditangkap para guru. Bagaimana murid dan pendidik tidak boleh terpengaruh digitalisasi. Melainkan bisa menyesuaikan.

“Bagaimana peminatan anak-anak di bahasa dan sastra meningkat. Mereka bisa senang dalam mempelajari ilmu ini. Itu yang lebih penting. Banyak sekali juga aplikasi yang memudahkan kita dalam mengajar. Karena anak-anak ini berasal generasi visual. Suka melihat. Jadi saya harapkan bapak ibu guru dapat membuat bahan ajar bisa menyesuaikan karakter belajar murid,”jabarnya.

Pentingnya bahasa dan sastra kata Aries, bahkan telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Mengacu pada aturan itu, bahasa dan sastra menjadi bagian dari pondasi kebudayaan.

Berita Terkait :  Korupsi: Parameter Krisis Pembangunan

Karenanya, sudah seyogyanya, bagi masyarakat Indonesia menjaga bahasa Indonesia. Bahkan saat ada orang asing ke Indonesia sudah seharusnya mereka belajar bahasa Indonesia. Bukan masyarakat Indonesia yang menyesuaikan bahasa mereka. Justru sebaliknya, jika berkunjung ke suatu negara, masyarakat Indonesia bisa menggunakan atau mempelajari bahasa negara tujuan atau menggunakan bahasa Inggris.

“Tapi yang terjadi kini kita lebih menghormati bahasa negara lain. Dibanding bahasa kita sendiri. Dan di PBB pun saat ini bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi dalam sebuah forum,” terang Aries.

Lebih lanjut ia juga menyebut, proses berbahasa yang mendidik dan membentuk anak-anak adalah gurum jika tidak diawali guru maka apa yang dicita-citakan undang-undang tidak akan terwujud.

Kepada para guru, Aries berpesan agar bersama-sama menyuguhkan pembelajaran Bahasa dan Sastra yang menyenangkan dan tidak monoton. Karena bahasa yang sesuai kosakata akan menjadi kecerdasan murid dan menjadi bagian dari kecerdasan literasi. Sementara peran guru fasilitator, diharapkan Aries mampu menaikkan nilai sastra dan bahasa.

“Saya berharap forum ini menghasilkan bahan ajar yang relevan dan menjadi jawaban dari tantangan bahasa dan sastra di era saat ini. Saya juga berkeinginan bahasa Indonesia menjadi motivasi dan kebanggaan ketika mengucapkan dengan benar. Menjadi budaya dalam berkomunikasi. dan sarana berpikir juga berkarir,”pungkasnya. [ina.wwn]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru