26 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Petani Penggarap Lahan Apel Kota Batu Keluhkan Penurunan Produksi

Pemkot Batu,Bhirawa
Para petani penggarap menyampaikan keluhanmua terkait menurunnya produktivitas lahan apel di kawasan Gimbo Verponding 2204 yang berada di Dusun Junggo, Desa Tulungrejo, Kota Batu. Keluhan ini didengar langsung Wakil Wali Kota Batu, Heli Suyanto saat menghadiri acara Sedekah Bumi yang digelar penggarap lahan apel di kawasan tersebut, Sabtu (19/7) pagi.

Adapun kegiatan Sedekah Bumi ini merepresentasikan penguatan komitmen antara pemerintah dan masyarakat dalam membangun pertanian yang baik di Kota Batu. Hal ini sekaligus sebagai ujud rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Para petani penggerap berdialog secara terbuka dengan wawali. Apalagi program unggulan kepemimpinan Nurrochman- Heli sangat memprioritaskan kesejahteraan petani. Menanggapi keluhan petani, Heli Suyanto menyatakan bahwa program untuk petani Kota Batu sedang berjalan perlahan.

Dan diharapkan program ini dapat terlaksana dengan baik sehingga bisa membantu meningkatkan kesejahteraan para petani penggarap di lahan apel yang ada di Kota batu. “Saya juga mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama mendukung upaya peningkatan produksi apel dan kesejahteraan petani,” ujar Heli Suyanto.

Diketahui, banyak pohon apel tua di kawasan Desa Tulungrejo mulai ditumbangkan. Hal ini terjadi dikarenakan biaya perawatan yang semakin mahal. Hal ini tidak seimbang dengan hasil panen yang didapat. Selain itu harga jual yang tak menentu membuat beberapa petani mengeluh dan menyerah.

Berita Terkait :  Forkompinda Kabupaten Malang Salurkan Paket Sembako pada Warga Terdampak Banjir

Beberapa lahan apel kini telah berubah menjadi ladang sayur.”Saat ini sangat berat untuk mempertahankan apel. Obat mahal, pupuk mahal, panennya sedikit, harganya juga kadang nggak nutup. Jadi ya kami tebang saja, kita ganti dengan ditanami sayur,” ujar Dwi, salah satu petani apel Desa Tulungrejo.

Ia menjelaskan bahwa sebagian besar pohon apel di desanya sudah berusia 40- 50 tahun. Di usia itu pohon apel makin rapuh, dan gampang terserang penyakit. Selain itu buah apel yang dihasilkan, ukurannya juga semakin kecil. Dan jika hal ini dibiarkan berlarut maka para petani akan semakin banyak mengalami kerugian.

Di Desa Tulungrejo dan beberapa kawasan lain di Kota Batu, adanya petani yang menebang pohon apelnya semakin sering terlihat. Data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan KP) Kota Batu mencatat pada tahun 2022 lahan apel di Kota Batu sebanyak 1.200 hektare. Tahun ini tinggal 1.092 hektare. Artinya ada penurunan sekitar 100 hektare hanya dalam tiga tahun.

Mayoritas petani memilih beralih ke sayur dan hortikultura yang dianggap lebih cepat panen dan lebih pasti hasilnya. Hal ini memberikan ancaman jika hal ini dibiarkkan maka produksi Apel Kota Batu yang terkenal akan tinggal cerita saja. Kondisi ini membuat Wakil Ketua I DPRD Kota Batu, Ludi Tanarto buka suara.

Ludi menyakatakan keprihatinannya melihat ikon Kota Batu yang mulai terpinggirkan. Menurutnya, persoalan utama yang dialami Apel Kota Batu ada di permintaan pasar. Apel Batu makin kurang diminati. “Karena itu, kami mendukung penuh langkah wali kota untuk mempertahankan apel sebagai identitas Kota Batu. Ini bukan cuma soal bisnis, tapi soal sejarah,” tegas Ludi.

Berita Terkait :  Pj Wali Kota Batu Sematkan Lencana 32 ASN Berprestasi

Ia mengusulkan apel diintegrasikan dengan sektor pariwisata. Hotel-hotel di Kota Batu bisa menyajikan apel sebagai buah penyambut tamu alias ‘welcome fruit’. Di destinasi wisata, apel bisa diberikan sebagai suvenir khas Kota Apel. Langkah ini diharapkan bisa memperkuat dan mempertahankan branding Kota Batu sebagai Kota Apel.[nas.ca]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru