Oleh:
Priyanka Ruweyna (111220062) , Irene Natasha (1152200084) , M. Reza Erfansyah (1312200132) , M. Irfan Habib (1452200027)
Surabaya, 18 Juli 2025. Desa bukanlah tempat yang tertinggal, melainkan ruang yang menyimpan potensi besar-terutama dalam sektor peternakan dan pertanian. Salah satu tantangan nyata yang masih dihadapi peternak sapi di desa adalah soal efisiensi. Aktivitas sederhana seperti mencacah rumput pakan sapi, jika dilakukan secara manual, memerlukan banyak waktu dan tenaga. Padahal, pekerjaan tersebut dilakukan setiap hari, bahkan dua kali sehari.
Melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN), mahasiswa tidak hanya ditantang untuk terjun langsung ke masyarakat, tetapi juga untuk memberikan solusi yang benar-benar relevan. Inovasi yang kami bawa, berupa alat pencacah rumput berbasis listrik, lahir dari kebutuhan lapangan di Desa Cepokolimo, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Di desa ini, khususnya di Dusun Soso, mayoritas warganya menggantungkan hidup dari beternak sapi perah. Namun, belum semua dari mereka terbiasa menggunakan alat bantu dalam menyiapkan pakan ternak.
Mesin pencacah yang kami rancang merupakan bentuk teknologi tepat guna-sederhana, hemat energi, dan mudah dirawat. Alat ini bekerja dengan dinamo listrik dan mata pisau tajam, yang dapat mencacah rumput lebih cepat dan seragam. Peternak tidak perlu lagi menghabiskan banyak waktu dan energi untuk memotong rumput secara manual. Hasil cacahan yang lebih halus pun mempercepat proses pencernaan sapi, sehingga berdampak langsung pada peningkatan produksi susu.
Hal yang lebih penting, alat ini dapat digunakan dan dirawat secara mandiri oleh warga desa. Kami tidak datang dengan teknologi yang rumit, melainkan dengan alat yang bisa dibongkar-pasang sendiri, mudah diperbaiki jika rusak, dan tetap efisien digunakan meski hanya dengan sumber listrik rumah tangga.
Tentu, keberhasilan penerapan teknologi seperti ini tidak lepas dari keterlibatan aktif masyarakat. Dalam proses sosialisasi, pelatihan, hingga serah terima alat, kami melihat antusiasme luar biasa dari warga-terutama dari Pak Arif, seorang peternak sekaligus Ketua RT di Dusun Soso. Dukungan warga menjadi pengingat bahwa solusi yang tepat tak selalu harus mahal atau rumit; yang terpenting adalah sesuai kebutuhan dan dapat dirawat secara berkelanjutan.
Sudah saatnya teknologi tepat guna menjadi fokus utama dalam program pemberdayaan desa. Mahasiswa, akademisi, pemerintah, dan pelaku industri bisa bekerja sama menghadirkan solusi-serupa yang menyentuh kebutuhan riil masyarakat. Bukan sekadar alat, melainkan jembatan menuju efisiensi, kemandirian, dan keberlanjutan ekonomi lokal. [*]


