Wali Kota Pasuruan Sebut Ini Warisan Budaya Harus Dilestarikan
Oleh:
Hilmi Husain, Pasuruan
Di tengah-tengah teriknya cuaca panas justru menjadi penyemangat masyarakat Kota Pasuruan dalam mengikuti tradisi sedekah laut (petik laut) di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kota Pasuruan, Rabu (16/7).
Hal itu dibuktikan dengan hadirnya ribuan masyarakat yang tampak antusias memadati kawasan pesisir Kota Pasuruan sejak pagi hari untuk menyaksikan rangkaian acara yang menjadi bagian penting dalam tradisi dan budaya maritim masyarakat setempat.
Di awali dengan pawai kirab budaya yang menampilkan atraksi drum band, arak-arakan kepala sapi sebagai ikon larung laut, maskot petik laut serta beragam rombongan berkostum adat dan laut lainnya.
Suasana menjadi semakin semarak dengan iringan musik dan tepuk tangan meriah dari warga sepanjang jalur kirab.
Tepat pukul 09.00, mereka naik ke puluhan perahu yang dihias bendera warna-warni untuk melarung sejaji ke tengah laut.
Salah satu perahu membawa sebuah ancak berisikan aneka hasil bumi seperti buah-buahan, ketupat, makanan dan kepala sapi. Selanjutnya, ancak itu dilarung ke tengah laut.
Suasana semakian meriah ketika ancak dilarung ke laut. Warga terjun ke laut berebut isi ancak yang diyakini membawa keberkahan.
“Tradisi petik laut ini sebagai rasa syukur atas anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa rejeki hasil tangkapan ikan selama setahun ini. Tentu, doa supaya panen ikan bisa semakin melimpah,” papar M Muslik, salah satu nelayan pesisir utara, Kota Pasuruan.
Tradisi petik laut tersebut mendapatkan sambutan hangat dari salah satu masyarakat dari Kabupaten Pasuruan. Hariadi, warga Gempol menyatakan senang karena tradisi tahunan ini terus dilestarikan.
“Ini wariaan budaya kita, tak hanya doa dan syukuram rapi juga menjadi hiburan masyarakat,” kelas Hariadi.
Sementara itu, Wali Kota Pasuruan, H Adi Wibowo menyatakan petik laut bukan sekadar seremonial, melainkan bentuk ikhtiar spiritual dan budaya yang harus terus dilestarikan.
“Tasyakuran petik laut ini merupakan warisan budaya dari para leluhur yang harus terus kita jaga. Melalui prosesi ini, kita berdoa untuk keselamatan para nelayan dan warga pesisir, sekaligus menghidupkan semangat kebersamaan,” ujar Mas Adi, sapaan akrabnya.
Mas Adi juga menegaskan kegiatan tersebut memiliki potensi besar dalam menggerakkan sektor ekonomi masyarakat.
Terutama melalui keterlibatan pelaku UMKM, seniman, budayawan hingga sektor wisata yang berkembang dari tradisi tersebut.
“Setiap tahun, letik laut selalu menjadi momentum yang melibatkan banyak elemen masyarakat. Ini menjadi modal usaha kita untuk mendorong pariwisata dan ekonomi kreatif Kota Pasuruan,” imbuh Mas Adi.
Pejabat nomer satu di Kota Pasuruan ini mengakui bahwa masih ada pekerjaan rumah terkait pembangunan infrastruktur. Namun menilai infrastruktur sosial sudah terbentuk kuat.
“Terpenting lagi adalah soal infrastruktur sosial kita sudah terbentuk dengan baik. Masyarakat telah melaksanakan petik laut secara rutin. Ini jugamenjadi tanggung jawab kita bersama untuk terus melestarikannya,” kata Mas Adi.
Pemkot Pasuruan, kata Mas Adi, juga berkomitmen untuk terus mendukung kegiatan budaya seperti petik laut sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan di Kota Pasuruan.
“Kita dari Pemerintah Kota Pasuruan akan terus mendukung petik laut ini. Karena ini, bukan hanya menjaga warisan budaya, tapi juga menghidupkan ekonomi masyarakat. Tradisi ini adalah kekuatan lokal yang harus kita angkat bersama,” tambah Mas Adi.
Wali Kota Pasuruan, H Adi Wibowo, Ketua TP PKK Suryani Firdaus, Wakil Wali Kota, M Nawawi serta Wakil Ketua I TP PKK Fitriah Nawawi turut menaiki perahu bersama rombongan untuk mengikuti langsung pelarungan tersebut.
Adapun petugas Polairud Pasuruan mengawal jalannya acara dari darat hingga laut. Mereka hanya memastikan prosesi berjalan aman serta memberikan imbauan keselamatan kepada warga yang ikut melarung ancak.
Rangkaian acara petik laut diawali dengan kegiatan sholawat bersama pada malam sebelumnya. Itu adalah bagian dari spiritualitas dan doa bersama seluruh elemen masyarakat. [hil.gat]


