Surabaya, Bhirawa
Di tengah derasnya arus digitalisasi, pelaku UMKM di pedesaan kerap kali tertinggal. Bukan karena mereka enggan belajar, tapi karena tidak tahu harus mulai dari mana. Di desa, digitalisasi bukan sekadar membuat akun Instagram atau mengunggah foto makanan dengan filter estetik. Ada proses panjang yang membutuhkan pendampingan, empati, dan adaptasi terhadap kondisi lokal.
Sub kelompok 6 KKN R-33 Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya mendapat kesempatan melihat langsung tantangan tersebut saat mendampingi usaha rumahan Catering Mbak Inul di Desa Segunung, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto. Usaha kuliner ini sebenarnya sudah berjalan cukup lama dan dikenal di lingkungan sekitar karena rasanya yang enak dan harga yang terjangkau. Namun dari sisi promosi dan pelayanan, semuanya masih dilakukan secara manual.
Kami tidak datang membawa konsep besar atau pendekatan rumit. Justru kami memulai dari hal-hal kecil namun berdampak, seperti membuat akun Instagram, WhatsApp Business, dan TikTok; mendaftarkan lokasi usaha di Google Maps; mendesain ulang logo dan stiker kemasan; hingga memasang plang nama sederhana di depan rumah. Kami juga memproduksi konten visual berupa foto dan video makanan, serta membuat katalog digital yang bisa digunakan Mbak Inul saat promosi.
Perubahan yang ingin dicapai dari pendampingan ini bukan hanya soal promosi daring, tetapi juga bagaimana Catering Mbak Inul bisa membangun kepercayaan diri dalam menjalankan usahanya secara lebih modern. Dengan identitas visual yang lebih rapi, kehadiran di media sosial, dan dukungan digital lainnya, diharapkan usaha rumahan ini bisa lebih siap menjangkau pasar yang lebih luas. Pendekatan ini juga berpotensi memberi inspirasi bagi pelaku UMKM lain di Desa Segunung yang ingin beradaptasi dengan era digital.
Pengalaman ini mengajarkan kami bahwa digitalisasi UMKM tidak cukup hanya dengan pelatihan singkat. Yang dibutuhkan adalah pendampingan yang bersifat partisipatif dan tentu belajar bersama, praktik langsung, dan komunikasi dua arah. Dalam mendampingi Catering Mbak Inul, Sub kelompok 6 KKN R-33 Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya terlibat langsung dalam berbagai proses mulai dari pembuatan akun media sosial, produksi konten promosi, desain ulang identitas visual, hingga pemasangan plang nama usaha. Aktivitas ini bukan hanya membantu pelaku usaha mengenal dunia digital, tetapi juga memperkuat rasa kepemilikan terhadap perubahan yang sedang dijalankan.
Di sinilah peran kampus dan mahasiswa menjadi sangat penting. Kuliah Kerja Nyata seharusnya tidak berhenti pada laporan dan luaran, melainkan menjadi ruang nyata untuk menjembatani teknologi dengan masyarakat. Ketika mahasiswa hadir bukan sebagai instruktur, melainkan sebagai teman belajar, maka proses pemberdayaan akan terasa lebih bermakna dan berkelanjutan.
Sudah saatnya semua pihak melihat pemberdayaan UMKM desa sebagai investasi jangka panjang. Pemerintah, kampus, komunitas kreatif, dan generasi muda bisa berkolaborasi membangun ekosistem digital yang inklusif dan berkeadilan. Mulai dari infrastruktur dasar, pendampingan visual branding, hingga pelatihan konten dan manajemen usaha yang aplikatif.
Harapannya, semangat ini tidak berhenti di Catering Mbak Inul atau Desa Segunung saja. Tapi bisa menjadi contoh bahwa UMKM mana pun, di mana pun, bisa naik kelas asal dibantu dengan pendekatan yang praktis dan manusiawi. [*]
Penulis: Sub Kelompok 6 KKN R-33
- Alifia Putri Siva (Ilmu Komunikasi)
- Dina Lira Adristi (Manajemen)
- Putri Hartatik (Administrasi Niaga)
- Ilham Aditya Antonio (Teknik Sipil)
- Mochamad Hariyanto (Psikologi)


