28 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Taklukkan Banjir Jakarta

Hanya dalam semusim, Jakarta (dan se-kawasan) banjir parah lagi, disebabkan sungai Kali Ciliwung, meluap. Melanda lebih 80 teritorial RT (Rukun Tetangga). Banjir di sebagian kampung sampai mencapai atap rumah. Transportasi lumpuh total. Padahal dua pekan lalu, belasan sungai (dan waduk) sudah dikeruk. Terutama sungai Ciliwung, dan Kali Krukut. Sebanyak satu juta meter-kubik lumpur sudah diangkat dari dasar sungai. Banjir Jakarfta selalu disebabkan hujan deras, luruhan air bah dari Bogor, dan pasang air laut (rob).

Sejak tiga dekade silam, (saat dipimpin Soerjadi Soedirdja), Jakarta sudah banjir. Bahkan permukiman elit Pandai Indah Kapuk, juga tergenang, pada tahun 1996. Begitu pula ketika Sutiyoso, menjadi Gubernur DKI, juga dilanda banjir tahun 2002. Untuk pertama kalinya tercatat korban jwa sebanyak 32 orang meninggal dunia. Tujuh ruas jalan tol tergenang air, dan delapan dari 13 sungai yang melintasi Jakarta tak mampu lagi menampung volume air yang datang.

Sutiyoso, yang memimpin Jakarta dua periode, juga mengalami banjir besar dua kali. Sejak itu, banjir Jakarta dikenal periode lima tahunan. Pada Pebruari 2007, Jakarta terendam banjir dahsyat, sampai 12 hari. Selain sistem drainase yang buruk, banjir disebabkan hujan paling deras sepanjang 100 tahun. Intensitasnya mencapai 235 mm. Penyebab banjir saat itu, komplet: hujan lebat, air laut pasang rob, dan kiriman dari wilayah hulu (di Bogor dan Cianjur).

Berita Terkait :  DPRD Kota Madiun Sampaikan Nota Penjelasan 3 Raperda Inisiatif Tahap I

Banjir Jakarta 2007, menyebabkan korban jiwa sebanyak 80 orang meninggal dunai. Sejak saat itu (2007) banjir terdeteksi selalu disebabkan tiga faktor rutin (hujan lebat, rob, dan kiriman dari hulu). Menyebabkan meluapnya 13 sungai yang mengalir di Jakarta. Mengakibatkan hampir 60% wilayah DKI Jakarta terendam banjir dengan kedalaman mencapai hingga 5 meter di beberapa titik lokasi banjir.

Hujan lebat yang dahsyat, dialami Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi), tahun 2013. Baru beberapa bulan menjadi Gubernur, Jokowi sudah berurusan dengan banjir pada pekan ketiga Januari 2013. Kerugian saat itu sangat besar, mencapai Rp 20 trilyun. Serta lebih nelangsa, karena terdapat korban jiwa sebanyak 20 orang meninggal dunia. Pada era Jokowi, banjir besar juga datang lagi pada tahun 2014. Korban jiwa mencapai 23 orang.

Ketika banjir Jakarta, 2013, istana juga terendam air di atas mata kaki Presiden SBY, sampai mnenyingsingkan celana. Gubernur Jokowi ditelpon Presiden SBY. Hal yang sama, terjadi pula saat Jokowi menjadi Presiden RI, tahun 2020. Istana kebanjiran, Presiden Jokowi menelpon Gubernur Anies Baswedan. Curah hujan pecah rekor lagi, sebesar 377milimeter, tertinggi sepanjang masa, melebihi tahun 2007. Banjir bandang tahun 2020, menyebabkan Jakarta lumpuh total.

Makin sengsara, karena Jakarta gelap gulita. PLN memadamkan listrik, untuk menjaga keselamatan dari kemungkinan kabel terjulur ke banjir. Sekaligus krisis air bersih, karena jaringan PT Palyja dan Aetra, sempat terputus. Terdapat korban jiwa sebanyak 9 orang. Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi), merupakan satu kesatuan ekologi, yang terdampak banjir. Seolah-olah tiada Gubernur Jakarta yang bisa “menaklukkan” banjir. Walau sudah digagas rekayasa cuaca.

Berita Terkait :  Babinsa Koramil 0823/14 Jatibanteng Bersama Posyandu Beri Lyanan Kesehatan Ibu dan Anak

Konon sejak zaman kerjaan Tarumanegara. Bukti tertua tentang banjir di Jakarta berasal dari Prasasti Tugu yang ditemukan pada tahun 1878 di Jakarta Utara. Prasasti ini mencatat upaya Raja Purnawarman dari Tarumanegara mengatasi banjir. Prasasti telah mengajarkan, bahwa menanggulangi banjir niscaya wajib memperbaiki ekologi, sekaligus membuat ekosistem (berupa sarana dan prasarana) banjir. Juga kukuh mengurus sampah.

——— 000 ———

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru