Surabaya, Bhirawa
Aktivitas pertambangan nikel di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, menimbulkan kontroversi karena diduga menimbulkan kerusakan lingkungan. Dugaan disuarakan organisasi lingkungan Greenpeace, pada Selasa (3/6).
Aksi ini pun mendapat perhatian berbagai pihak. Sebab, Raja Ampat menjadi salah satu pulau terbaik yang dimiliki Indonesia karena keindahan lautnya. Selain itu, terumbu karang sehat, dan ribuan spesies hidup berdampingan dalam harmoni yang luar biasa di Raja Ampat.
Menurut Guru Mapel Biologi SMA 17 Agustus 1945 (SMATAG) Surabaya Maulidatul Kurnia Pratiwi, S.Pd., M.Pd, kawasan Raja Ampat begitu penting bagi lingkungan dan alam Indonesia karena memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Banyak hewan endemik ‘asli’ Indonesia yang hidup disini, seperti burung Cendrawasih bisa ditemukan di Raja Ampat.
Di perairannya, terumbu karang menjadi rumah bagi ikan-ikan kecil dan spesies laut lainnya. Semua makhluk hidup di Raja Ampat terhubung dalam satu sistem ekologis yang saling bergantung. “Sayangnya, belakangan ini muncul kabar tentang dibukanya izin tambang nikel di beberapa pulau kecil di Raja Ampat. Sebagai guru Biologi, saya tentu merasa khawatir. Kawasan seistimewa itu seharusnya dilindungi, bukan dieksploitasi,”ujar Maulida, Rabu (11/6).
Jika tambang nikel benar-benar beroperasi di pulau-pulau kecil seperti Gag dan Kawe, lanjut Maulida, tentu dampaknya akan langsung terasa. Fungsi lahan sebagai habitat flora dan fauna akan terganggu. Ketika makhluk hidup kehilangan tempat tinggal dan sumber makanan, mereka akan mengalami tekanan yang dapat berujung pada kepunahan.
Maulida menegaskan bahwa aktivitas penambangan akan berisiko merusak laut dan terumbu karang di sekitar Raja Ampat akibat pengerukan. “Proses ini menimbulkan dampak lanjutan seperti sedimentasi dan pencemaran bahan kimia ke perairan. Secara sederhana, saat penggalian tambang dilakukan, akan muncul kebisingan dan getaran yang cukup kuat. Itu saja sudah cukup untuk mengganggu makhluk hidup di sekitarnya, termasuk biota laut yang sangat sensitif terhadap perubahan kondisi lingkungan,”tegasnya.
Meski bisa pulih, lanjut Maulida, proses perbaikan kerusakan lingkungan akibat tambang tidaklah mudah. Sebelum memulai pemulihan, perlu dilakukan identifikasi untuk mengetahui seberapa besar tingkat kerusakan yang terjadi.
Pada umumnya, aktivitas pertambangan menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan dalam skala besar. Karena itu, mengembalikan kondisi alam seperti semula sangatlah sulit dan memerlukan waktu serta upaya yang panjang.
“Sebagai guru Biologi, saya sering menyampaikan kepada siswa bahwa Raja Ampat adalah contoh nyata dari ekosistem yang seimbang. Di dalamnya terdapat beragam flora dan fauna endemik Indonesia yang harus kita jaga melalui berbagai upaya konservasi. Cara-cara sederhana yang saya ajarkan antara lain menghindari perburuan liar, tidak merusak habitat, serta mendukung kegiatan seperti reboisasi,”sebut Maulida menekankan.
Ia berujar, meski hidup di Surabaya, bukan berarti tidak bisa ikut serta dalam menjaga kelestarian Raja Ampat. Bahkan Maulida mendorong muridnya untuk berani menyuarakan pendapat yang didasarkan pada pengetahuan. Misalnya, satu kali repost cerita tentang “Save Raja Ampat” atau ajakan konservasi di media sosial, itu sudah menjadi bentuk aksi nyata sebagai pelajar yang peduli lingkungan.
“Tambang dan pelestarian alam sebenarnya bisa saja berjalan berdampingan, asalkan aktivitas pertambangan dilakukan dengan memperhatikan etika lingkungan. Salah satu prinsip sederhananya adalah tidak mengeksploitasi wilayah yang memiliki nilai ekologis tinggi. Dengan kata lain, eksplorasi sumber daya alam harus dilakukan secara bijak dan penuh tanggung jawab agar tidak merusak keseimbangan lingkungan yang ada,”tegasnya,
Menanggapi ini, Maulida mengajak generasi muda untuk menggunkan waktu dan ilmu yang di pelajari di sekolah untuk diwujudkan kedalam aksi nyata. “Tunjukkan kontribusi, sekecil apa pun, dalam konservasi lingkungan. Karena semua itu adalah kekayaan bangsa, aset kehidupan, dan penyeimbang dunia yang tak tergantikan,” pungkasnya. [ina.wwn]


