25 C
Sidoarjo
Thursday, December 18, 2025
spot_img

Refleksikan Makna Iduladha dalam Dunia Teknologi


Surabaya, Bhirawa
Memaknai momen Hari Raya Idul Adha tidak lagi sekedar berkurban hewan. Bagi Wakil Ketua 3 Asosiasi Pendidikan Tinggi Informatika dan Komputer (Aptikom) Provinsi Jawa Timur, Supangat, Ph.D., ITIL., COBIT., CLA., CISA., momen ini menjadi kesempatan baik untuk merenungkan kurban digital.

Meski tidak mengganti ibadah fisik, kurban digital erat tentang memperluas makna pengorbanan yang juga bisa terjadi di ruang digital, melalui pilihan sadar yang mengedepankan nilai, etika, dan kepentingan bersama.

Menurut Kaprodi Sistem dan Teknologi Informasi (Sistekin) Universitas 17 Agustus 1945 ini, di era digital seperti sekarang, di mana aktivitas manusia banyak bergeser ke dunia maya, makna kurban perlu dilihat dari sudut yang lebih luas. Kurban tetap penting dalam bentuk fisik, tetapi dalam kehidupan sehari-hari yang sarat teknologi, muncul bentuk-bentuk kurban lain yang juga layak direnungkan.

“Kehadiran teknologi memang membawa banyak kemudahan, tetapi juga memunculkan tantangan baru. Waktu yang tersita di depan layar, perhatian yang terbagi karena notifikasi tanpa henti, dan kebiasaan multitasking yang mempengaruhi kualitas hubungan sosial menjadi hal yang lumrah terjadi. Dalam kondisi seperti ini, mengurangi distraksi bisa menjadi bentuk pengorbanan,”ujar Supangat.

Pria lulusan Doktoral Universiti Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM) ini juga melanjutkan, mengelola penggunaan teknologi secara sadar, membatasi akses media sosial di waktu-waktu tertentu, atau menyediakan waktu khusus untuk hadir secara utuh ditengah keluarga dan rekan kerja, adalah bentuk pengorbanan yang kontekstual di era digital.

Berita Terkait :  Catat Rekor Dunia MURI, 10.864 Murid Jatim Bentangkan 15.273 Meter Kain Merah Putih

Di lingkungan kerja, khususnya dalam pengelolaan sistem informasi, kurban bisa dimaknai sebagai kesediaan untuk mengambil keputusan yang tidak selalu mudah. “Misalnya, ketika muncul godaan untuk mengambil jalan pintas demi menyelesaikan proyek dengan cepat, padahal ada risiko keamanan atau etika yang perlu dipertimbangkan,”jelasnya.

Lebih lanjut, dalam menjaga integritas sistem, melindungi kerahasiaan data pengguna, dan membangun sistem yang aman serta andal, seringkali membutuhkan waktu dan sumber dayalebih. Pengambilan keputusan yang tepat dalam situasi seperti ini merupakan bentuktanggung jawab profesional sekaligus pengorbanan yang tidak selalu terlihat, namunpenting untuk jangka panjang.

“Teknologi tidak pernah sepenuhnya netral. Di balik setiap sistem yang dibangun,selalu ada keputusan dan pertimbangan yang dibuat oleh manusia. Apakah sistem yang dirancang mampu diakses oleh semua pihak, atau hanya bisa dinikmati oleh kelompok tertentu? Apakah efisiensi menjadi satu-satunya ukuran keberhasilan, atau ada pertimbangan inklusivitas di dalamnya?,”tegasnya.

Supangat menjabarkan saat masih banyak wilayah yang belum mendapatkan akses internet yang memadai, penting untuk memastikan bahwa sistem informasi yang dikembangkan tidak menambah jurang ketimpangan.

“Kurban dalam hal ini bisa berarti menahan keinginan untuk mengejar popularitas teknologi mutakhir dan menggantinya dengan komitmen untuk membangun sistem yang adil, terbuka, dan menyeluruh,”pungkasnya. [ina.wwn]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru