Surabaya, Bhirawa
2.764 Mahasiswa Program Pendidikan Profesi Guru Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (PPG Unusa) dari 29 provinsi di seluruh Indonesia mengikuti “Orientasi Mahasiswa PPG Guru Tertentu Tahap 1 Tahun 2025” di Ruang Seminar Lantai 2 Kampus C Unusa.
Pelaksanaan PPG di Unusa mendorong peningkatan kompetensi dan kualitas guru secara berkelanjutan karena pembentukan karakter melalui pembiasaan dalam proses pembelajaran, Rabu, (4/6).
Rektor Unusa, Prof Dr Ir Achmad Jazidie, M Eng, mengatakan Seorang guru tidak hanya dituntut kompeten secara akademik, tapi juga menjadi teladan dalam membentuk karakter siswa, pendidikan karakter harus dimulai dari guru.
“Selamat datang di Unusa, kampus untuk membentuk guru professional, PPG Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya telah terakreditasi Unggul dan menjadi salah satu LPTK terbaik di Indonesia” jelasnya.
Koordinator PPG Unusa, Dr. Nafiah, M Pd, menyampaikan keunggulan program PPG di Unusa memiliki akreditasi unggul, kurikulum berbasis karakter Aswaja, serta didukung teknologi pembelajaran yang mutakhir. “Unusa berhasil masuk dalam 10 besar terbaik penjaminan mutu PPG tahun 2024, serta sudah terakreditasi unggul dari 4 prodi PPG se-Indonesia,” ujar Nafiah.
Lanjut Nafiah menambahkan bahwa Mahasiswa hadir secara online berasal dari 29 provinsi, mulai dari Aceh sampai Papua, dominasi peserta dari Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Utara, sebanyak 2.754 mahasiswa telah melakukan lapor diri yang terdiri dari Prodi PGSD 1.628, PAUD 479 dan Pendidikan Bahasa Inggris 647 Mahasiswa.
“Acara ini menjadi awal bagi ribuan calon pendidik untuk menapaki profesi sebagai guru, semangat Aswaja dan visi Unusa mencetak guru berkarakter pada era digital, kegiatan hari ini bukan hanya sekadar orientasi, melainkan awal dari pengabdian panjang di dunia pendidikan Indonesia” ucapnya.
Orientasi juga dengan materi bertajuk “Tantangan Guru Profesional di Era Digital” yang disampaikan oleh Prof Dr H Muchlas Samani, M Pd, dimana mengajak para calon guru untuk tidak hanya cakap teknologi, tetapi juga memiliki integritas dan kepekaan sosial. “Di era digital, guru harus menjadi pendidik yang tidak tergantikan oleh mesin. Kuncinya adalah pantang menyerah. [ren.wwn]


