25 C
Sidoarjo
Wednesday, March 19, 2025
spot_img

Intrapreneur Beretika, Fondasi Perusahaan

Komunikasi interpersonal Feriando (kanan) dalam koordinasi di lapangan secara langsung. | Sumber: Dokumentasi Pribadi (2024)

Sebuah perusahaan yang baik biasanya memiliki budaya kerja yang efektif dan efisien untuk menunjang kualitas kerja dari para karyawan ataupun staf mereka. Tentunya peran pemimpin dalam membentuk jiwa perusahaan di dalam diri pekerja juga memengaruhi arah perkembangan dari bisnis itu sendiri. Beberapa tenaga kerja ada yang tidak menaruh dirinya di dalam tubuh perusahaan, sehingga seolah-olah mereka hanya kaki-tangan yang hanya bekerja ketika disuruh dan tidak dapat memfokuskan diri pada inovasi dan kreativitas.

Penulis : Fiorella Lauw.
Mahasiswa Fikom Universitas Ciputra Surabaya

Namun, tidak dengan Chintya Nagata (24) dan Feriando Kurniawan (26), dua orang bersaudara asal Semarang yang telah mengusahakan diri mereka dalam mentransformasi suatu ide atau gagasan menjadi usaha menguntungkan yang diimplementasikan dengan didampingi penggunaan etika komunikasi antar pribadi dan etika komunikasi organisasi yang baik dalam lingkungan perusahaan mereka masing-masing.

Etika komunikasi antar pribadi atau interpersonal erat kaitannya dengan etika komunikasi organisasi. Keduanya saling berhubungan karena ketika komunikasi yang harmonis berjalan dalam masing-masing individu di suatu perusahaan maka tujuan komunikasi akan tercapai. Menghasilkan pekerjaan yang maksimal dan dapat memberikan dampak positif bagi berkembangnya perusahaan. Penyampaian pesan dalam organisasi akan lebih efektif jika dilakukan melalui komunikasi antar pribadi yang menekankan interaksi dan saling memberikan tanggapan antara individu-individu di dalamnya. Para karyawan yang mampu melakukan percakapan efektif dengan rekannya juga dapat memberikan peran dalam membentuk pola pikir dalam organisasi.

Pentingnya Etika Komunikasi Etis
Komunikasi etis menjadi suatu kunci penting dalam melakukan interaksi dengan orang, apalagi hidup di lingkungan kerja yang profesional yang di setiap pekerjaannya diwajibkan dapat menyelesaikan tugas dan tanggung jawab dengan hasil yang maksimal. Begitu pula yang dirasakan oleh Chintya Nagata, lulusan Manajemen Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang saat ini merupakan seorang Communication Relation Officer (CRO) di Bank Central Asia, Semarang. Ia mengungkapkan bahwa etika komunikasi penting dilakukan karena setiap individu memiliki perbedaan sehingga komunikasi menjadi elemen esensial untuk saling memahami supaya dapat memperlancar pekerjaan. Ditambah lagi, pekerjaan Chintya sebagai CRO mewajibkannya bertemu dengan berbagai nasabah dari segala kalangan usia dan latar belakang, sehingga sangat memicu dirinya untuk melakukan etika komunikasi antar pribadi yang tepat.

Tidak berbeda jauh, Edo panggilan akrab dari Feriando, juga menyatakan beberapa nilai utama dari PT Hasnur Riung Sinergi yang berlokasi di Kalimantan Selatan. Unsur penting tersebut digunakan sebagai pedoman dalam bekerja, yang diantaranya adalah kesatuan sikap, dapat dipercaya, disiplin, pantang menyerah, keadilan, kebersamaan, dan kebijaksanaan. Akan tetapi, alumni Universitas Pertamina jurusan Teknik Geologi tersebut menjelaskan bahwa baginya yang utama adalah dapat dipercaya karena kepercayaan merupakan dasar hubungan yang sehat bagi rekan kerja hingga atasan, dan juga dapat mendorong kerja sama dan kolaborasi yang lebih baik untuk mencapai tujuan perusahaan. Edo telah bekerja selama kurang lebih dua tahun di bidang pertambangan, khususnya menjadi Group Leader dalam divisi Short Term Mineplan and Pit Control. Walaupun menghabiskan banyak waktu untuk bekerja di proyek, Edo dan tim selalu menjunjung tinggi etika komunikasi baik itu antar pribadi maupun dalam organisasi.

Berita Terkait :  BPBD Sampang Tuntaskan Distribusikan Puluhan Desa Krisis Air Bersih

Prinsip Etika Komunikasi Interpersonal dan Organisasi
Dua bersaudara ini memang bekerja dalam lini bisnis yang berbeda jauh, tetapi keduanya sama-sama telah menerapkan etika komunikasi antarpribadi dan organisasi yang merupakan unsur fundamental dalam sebuah fondasi suatu perusahaan. Dapat dilihat dari pengalaman Chintya mengikuti company training yang membentuknya menjadi anggota tim berintegritas sebagai salah satu core value dari BCA, dengan tujuannya untuk mengetahui batasan setiap individu dalam melakukan pekerjaan. Kepercayaan yang telah diberikan kepadanya selama lebih dari dua tahun, menjadikan Chintya harus berkomitmen dalam mengerjakan pekerjaan semaksimal mungkin, baik itu diawasi maupun tidak.

“Selama bekerja ya harus menjunjung tinggi kejujuran, karena itu merupakan tanggung jawab karyawan supaya melakukan pekerjaan menjadi sebuah habit”, ungkapnya. Bersama rekan kerjanya, ia juga menggambarkan komunikasi internal berjalan sangat baik. Belum ada konflik yang berarti baginya dan tim selama ini. Hal ini menunjukan bahwa komunikasi interpersonal yang terjadi didalamnya berlangsung dengan mulus.

Begitu pula yang terjadi dalam lingkup kerja Edo di lapangan. Rasa respek dan empati diterapkannya dalam berkomunikasi, contohnya ketika rekan kerja yang beragama Islam harus pulang terlebih dahulu untuk mempersiapkan sholat jumat. Untuk menjaga hubungan baik, respon yang ia berikan adalah mempersilakan mereka untuk istirahat terlebih dahulu karena memahami perbedaan dan menghormati perbedaan dapat mempererat hubungan antar individu. Kisah menarik dalam kehidupan pekerjaan juga disampaikan oleh Edo, bahwasanya ia dengan tim beserta staf lain tinggal di lingkungan yang sama tepatnya di mess.

“Ya kita harus berpandai-pandai memisahkan konflik pekerjaan dan kehidupan di mess.” Meski demikian, privasi dan batasannya dengan teman sejawatnya itu dijaga dengan menghormati limit pribadi serta menggunakan bahasa yang tepat. Obrolan sebaiknya tetap berada dalam area yang wajar dan sesuai dengan konteks hubungan profesional.

Kejujuran dan transparansi menjadi bagian tak terlupakan dari etika komunikasi antarpribadi. Implementasi kepada nasabah secara nyata dilakukan oleh Chintya yakni tidak ada menutup-nutupi fakta yang ada. Poin yang harus disampaikan ke nasabah harus dilaporkan apa adanya, baik itu berita baik maupun buruk. Walaupun itu berita tidak mengenakkan, tetap harus dikomunikasikan karena jika tidak disampaikan maka akibatnya juga akan kembali ke perusahaan. Menurutnya, sangat penting untuk tetap mempertahankan sikap profesional agar tujuan komunikasi tetap tercapai.

Berita Terkait :  Pj Bupati Pasuruan Berharap Ada Peningkatan Layanan Pendidikan

Menjaga hubungan komunikasi yang baik dan lancar tidaklah mudah, Chintya dan Edo tentunya pernah mengalami hambatan dalam dialog bersama partner kerja. Dalam suatu kesempatan, mereka sama-sama mengusahakan penyelesaian konflik secara mandiri tanpa melibatkan atasan. Mereka meyakini bahwa masalah harus diselesaikan sesegera dan seefektif mungkin. Dengan demikian, solusi akan cepat muncul dan masalah selesai. Kendati demikian, terdapat juga problem yang tidak bisa diselesaikan oleh mereka sendiri, sehingga ternyata peran pemimpin atau atasan di perusahaan mereka masing-masing juga penting dalam menjamin interaksi terus berjalan.

“Jikalau kepala tim dan anggota sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi alternatif tak kunjung ditemukan, kami melakukan eskalasi ke atasan”, ujar Chintya.

Menjumpai Tantangan
Pada jabatan yang dipegang oleh kakak beradik ini, erat kaitannya dengan interaksi interpersonal, baik dengan rekan kerja maupun dengan eksternal perusahaan seperti mitra bisnis, masyarakat dan nasabah. Hal tersebut memungkinkan terjadinya pertemuan dengan individu yang memiliki latar belakang beraneka ragam, sehingga berdampak pada variasi pemikiran dan perspektif. Demi menjaga hubungan baik dengan pihak eksternal tersebut, Chintya dan Edo berusaha untuk terus membangun komunikasi yang jujur dan berkesinambungan. Seperti yang dilakukan Edo ketika bekerja di lapangan, ia banyak melakukan dialog dan pendekatan untuk membangun hubungan yang baik serta kuat dengan warga setempat demi memperlancar pekerjaannya di proyek.

Disamping itu, Chintya mengungkapkan bahwa mengenal masing-masing nasabah menjadi tantangan tersendiri, ia harus banyak melakukan analisis data melalui profil nasabah dari database. Lalu, ia mulai mempelajari latar belakang agar obrolan di kemudian hari dapat mengalir. Setelah menguasai latar belakang nasabah, kemampuan adaptasi dan fleksibel Chintya diuji karena harus menyesuaikan dengan kepribadian client. Ia pun mengungkapkan bahwa cara komunikasi seorang dengan yang lainnya tidak bisa disamakan. Ada nasabah yang harus diperlakukan menggunakan bahasa formal dan baku, tetapi ada pula mereka yang lebih nyaman dianggap sebagai seorang teman, sehingga cara berbicara juga harus diatur yakni memakai tutur kata sehari-hari yang lebih ringan.

Hambatan lain yang ditemui Edo di proyek adalah alat komunikasi yang terkadang tidak efektif. “Radionya sering crowded/ramai sehingga kita harus KopDar/kopi darat, yaitu maksudnya adalah bertemu langsung.” Selain itu, ia menyampaikan bahwa berkomunikasi dengan owner juga menjadi sebuah rintangan, karena owner jarang ke lapangan sehingga tidak tahu menahu soal kondisi sebenarnya. Edo harus menjelaskan dengan baik dan menggunakan bahasa yang sopan serta bahasa sehari-hari dalam menyampaikan kendala di luar plan, supaya owner dapat memahami yang sebenarnya terjadi proyek. Tak jarang, Edo juga berkontribusi dalam tanggung jawab sosial perusahaan sebagai salah satu cara pendekatan kepada masyarakat setempat dengan dibantu oleh tim Corporate Social Responsibility (CSR) melalui berbagai acara yang dilaksanakan bersama antara warga setempat dan seluruh tim dari perusahaan.
Strategi Memelihara Komunikasi Etis

Berita Terkait :  Kembangkan Jiwa Wirausaha, SDN Jemur Wonosari 1 Memanfaatkan Limbah Sampah Bernilai Ekonomi

Jalur komunikasi yang efektif dengan manajemen secara alami akan meningkatkan loyalitas terhadap perusahaan. Maka, komunikasi yang teratur dapat terjadi jika antar individu mau untuk saling memahami dan menghormati. Menerima masukan dengan lapang dada dari siapapun akan membuat semakin improve dan percaya diri. Chintya pun juga berkata bahwa pentingnya untuk selalu memperbarui knowledge dan skill tentang perkembangan zaman supaya tetap up to date dalam perbincangan dengan rekan kerja dan nasabah. Selanjutnya, ia juga menyampaikan bahwa memungkinkan sekali dapat belajar dari pengalaman nasabah sebagai masukan untuk pandangan dalam jenjang karir berikutnya.

Adapun juga yang dilakukan Edo untuk tetap survive dalam bekerja adalah no hard feeling dan profesional, ditambah komunikasi terus menerus supaya dapat mengevaluasi apa yang kurang di hari sebelumnya sehingga tidak terjadi miskomunikasi. Memang dalam beberapa pekerjaan, karena tuntutan tersebut membuat intensitas pertemuan dengan rekan kerja semakin tinggi maka kemungkinan terjadinya perbedaan pendapat semakin besar pula. Masing-masing individu harus memahami dan mampu mengidentifikasi perbedaan lalu mulai beradaptasi untuk melakukan pendekatan. Dari saling berkompromi itulah dapat menghasilkan titik temu yang dapat memecahkan permasalahan apapun yang terjadi dalam pekerjaan.

Berkontribusi dan berdampak besar bagi perusahaan menjadi sebuah keinginan dari setiap karyawan. Bagaimanapun juga, untuk dapat menunjang keinginan tersebut dibutuhkan usaha dan kerja keras yang tinggi. Salah satunya adalah dengan mengupayakan komunikasi berjalan lancar, baik komunikasi internal (dengan rekan kerja) maupun eksternal (stakeholders, mitra bisnis, pelanggan, masyarakat). Komunikasi dua arah bersama staf lain ataupun dengan client haruslah dengan menjunjung tinggi kejujuran, transparansi, saling menghormati dan empati. Jika keempat unsur tersebut sudah dengan baik dieksekusi, maka dapat dipastikan objektif dalam dialog akan tercapai sehingga berpengaruh pada kinerja dan akhirnya mampu menjadi fondasi kuat dari suatu perusahaan.

Editor : Helmy Supriyatno.

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru