29 C
Sidoarjo
Thursday, December 12, 2024
spot_img

Memperluas Penerapan Praktik Pertanian Regeneratif

Sektor pertanian hingga kini terus menjadi sorotan utama di negeri ini, terlebih ditengah perubahan iklim yang ditandai dengan hilangnya keanekaragaman hayati. Selain itu, perubahan iklim secara nyata juga memiliki dampak dan ancaman serius terhadap sektor pertanian. Semakin ekstremnya pola curah hujan dan kemarau yang berkepanjangan, kenaikan suhu rata-rata di bumi, kenaikan muka air laut, serta tingginya potensi bencana alam turut meningkatkan risiko yang dihadapi berbagai kegiatan di sektor pertanian.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Sensus Pertanian 2023, jumlah rumah tangga yang terlibat dalam usaha pertanian di Indonesia mencapai 28,4 juta, meningkat 8,74% dibandingkan tahun 2013. Namun, jumlah usaha pertanian perorangan mengalami penurunan sebesar 7,45%, menjadi 29,34 juta unit pada 2023. Dari segi komposisi, subsektor tanaman pangan mendominasi dengan 15,55 juta rumah tangga, diikuti oleh subsektor peternakan dan perkebunan masing-masing sekitar 12 juta dan 10,88 juta rumah tangga. Salah satu tantangan utama dalam sektor pertanian di Indonesia adalah tingginya jumlah petani gurem, yaitu petani yang mengelola lahan kurang dari 0,5 hektar. Pada 2023, terdapat 17,25 juta petani gurem dari total 27,8 juta petani pengguna lahan pertanian,(Republika, 5/10/2024).

Itu artinya, tingkat ketidakberlanjutan di sektor pertanian Indonesia semakin mengkhawatirkan, terutama karena dampak perubahan iklim, alih fungsi lahan, dan ketergantungan pada praktik intensif yang merusak ekosistem. Berdasarkan data dari BPS, banyak lahan pertanian yang dialihfungsikan menjadi perumahan dan industri, dengan sekitar 150.000 hektare lahan pertanian hilang dalam tiga tahun terakhir. Krisis ini diperburuk oleh perubahan iklim, yang menyebabkan penurunan produksi pangan dan gangguan pada rantai pasokan.

Berita Terkait :  Kehormatan Lembaga Negara

Alih fungsi lahan, penurunan kesuburan tanah, dan krisis iklim menjadi faktor utama. Untuk itu, pemerintah meski terus berupaya mengatasi masalah ini melalui inisiatif seperti pertanian regeneratif, yang berfokus pada pemulihan ekosistem pertanian dan peningkatan ketahanan pangan dengan cara-cara yang lebih berkelanjutan. Begitupun, transformasi besar dalam sistem pangan diperlukan, termasuk memperkuat aspek pasca panen, distribusi, dan pemasaran, serta memperluas penerapan praktik pertanian regeneratif dan cerdas iklim.

Gumoyo Mumpuni Ningsih
Dosen Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img