33 C
Sidoarjo
Friday, December 27, 2024
spot_img

Ahli Klimatologi Unigoro ungkap Potensi Bencana Meteorologi di Bojonegoro


Bojonegoro, Bhirawa
Bencana meteorologi diprediksikan akan terjadi di Kabupaten Bojonegoro selama musim hujan. Ahli klimatologi Universitas Bojonegoro, Dr Heri Mulyanti SSi MSc, menyebut, bencana alam seperti banjir luapan, banjir bandang, longsor, dan angin kencang akan mengintai Kota Ledre sisi utara maupun selatan.

“Dilihat dari wilayahnya, sisi utara yang dekat Bengawan Solo berpotensi terjadi banjir luapan. Lalu sisi selatan atau wilayah dekat hutan berpotensi banjir bandang dan longsor. Lalu angin kencang yang harus diwaspadai,” ungkapnya, Selasa (3/12).

Bencana angin kencang timbul akibat pertumbuhan awan cumulonimbus, angin monsun dari utara, serta adanya gelombang MJO (Madden Julian Oscillation, Red) di atas wilayah Bojonegoro.

Menurut Heri, seharusnya bulan November belum saatnya hujan deras terjadi. Namun, pertumbuhan awan cumulonimbus yang berasal dari osilasi gelombang MJO membuat Bojonegoro berpotensi terkena bencana angin kencang disertai petir. Masyarakat bisa melakukan beberapa langkah antisipasi sesuai dengan wilayahnya masing-masing.

“Yang tinggal di dekat aliran sungai Bengawan Solo harus siap-siap dengan banjir luapan. Tapi kita tidak bisa memprediksikan kapan puncak terjadinya. Sedangkan yang tinggal di wilayah selatan harus siap-siap dengan banjir bandang dan tanah longsor. Warga harus memperhatikan siklus hujan. Jika turun seminggu dua atau tiga hari saja tidak masalah. Tapi jika hujan deras tujuh hari berturut-turut harus mulai waspada,” tuturnya.

Berita Terkait :  Pilkada 2024, Relawan Kompak Dukung Abdul Ghofur - Firosya

Heri menjelaskan, hujan deras lebih dari tiga hari berturut-turut membuat penyerapan air dalam tanah kurang optimal. Terutama di area hutan yang wilayah tutupan pohonnya berkurang akibat deforestasi. Sistem penyerapan air dalam tanah oleh pohon dimulai dari daunnya dahulu, lalu ke batang, dan berakhir di tanah. Pohon berfungsi memperlambat penyerapan air ke tanah.

“Nah kalau area hutannya ditanami jagung seperti yang terjadi di Bojonegoro sekarang, lalu airnya disimpan di mana? Semakin cepat air masuk ke tanah, semakin cepat terkumpul, kalau penuh bisa terjadi longsor dan banjir bandang,” jelasnya.

Wanita yang menyandang gelar doktor ilmu lingkungan dari Universitas Diponegoro ini menambahkan, terjadinya bencana metorologi dapat dikaitkan dengan aktivitas manusia. Dia juga menyoroti berdirinya bangunan-bangunan di daerah aliran sungai (DAS) maupun kawasan hutan yang melanggar aturan.

“Longsor terjadi karena daerah lerengnya curam, struktur tanahnya gampang turun, tetapi dipaksakan ada bangunan di situ. Kalau ditambah hujannya deras, tentu ada potensi banjir bandang juga. Jika tidak ada antisipasi dari masyarakat dan pemerintah bisa memicu bahaya yang lebih besar,” tukasnya. [bas.fen]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img